Dirilis

15 Mei 2020

Penulis

Alviko Ibnugroho

Para ahli ekonomi mengingatkan, tahun 2020 ini ada kemungkinan terjadi resesi dunia. Hal itu telah didukung data-data yang relevan dan dianalisis menggunakan metode ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.

Prediksi tersebut mungkin sekali terjadi. Karena dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kebijakan-kebijakan lain dalam menghadapi wabah COVID-19, roda perekonomian berputar sangat lambat, bahkan nyaris berhenti. Meski beberapa sektor industri seperti kesehatan, alat-alat kesehatan, kebutuhan rumah tangga dan lain-lain masih berjalan cukup baik.

Untuk berjaga-jaga jika situasi seperti ini berlangsung cukup lama, perlu adanya langkah antisipatif yang harus kita lakukan.
 

Miliki Uang Tunai

Dalam ilmu perencanaan keuangan, ada sebuah istilah dalam langkah mengantisipasi masa resesi, yakni cash is king.

Makna utamanya adalah, ketika Anda memiliki cukup uang kas, Anda akan memiliki fleksibilitas dan kemudahan dalam hal keuangan. Uang kas yang dimaksud adalah uang yang mudah Anda cairkan dalam jangka pendek.

Dalam keadaan normal, orang yang punya uang biasanya tidak akan menahan kas dalam jumlah besar, karena akan merugikan, bisa tergerus inflasi. Uang kas yang tidak terpakai (idle money) harus ditekan seminimal mungkin. Dengan catatan masih ada tabungan di bank yang dapat digunakan jika ada keperluan mendadak atau terjadi kondisi darurat.

Menurut ilmu perencanaan keuangan, idealnya jumlah dana darurat tersebut setara tiga sampai dengan enam bulan pengeluaran rutin untuk berjaga-jaga dari masalah keuangan. Dana darurat yang terlalu kecil dianggap berisiko bila terjadi situasi tak terduga. Terlalu banyak malah jadi mubazir.

Lihat juga video: Pentingnya dana darurat dalam rumah tangga

Pertanyaan berikut adalah mengapa di saat krisis pandemi ini memiliki uang cash dapat dikatakan raja (cash is king)?

Berikut beberapa keutamaan memiliki uang tunai atau kas:
1. Pemenuhan Kebutuhan Jangka Pendek
Memiliki uang kas membantu Anda memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti kebutuhan belanja, beli bensin, bayar listrik, uang sekolah, hingga membayar sumbangan. Semua ini merupakan kebutuhan yang harus dibayar tunai. Jangan berpikir untuk menggunakan kartu kredit yang pada akhirnya tetap harus membayar, dan mungkin dengan biaya lebih akibat adanya bunga pinjaman. Ini adalah kebutuhan yang harus disisihkan dari pendapatan atau gaji dan pasti terjadi setiap bulannya.

2. Persediaan Dana Darurat
Anda mungkin menghadapi kondisi di mana mendadak kehilangan pekerjaan dan butuh waktu untuk mencari penggantinya. Kondisi lainnya yang mungkin terjadi adalah salah satu keluarga Anda tertimpa musibah dan memerlukan bantuan keuangan. Jangan sampai ketika kondisi tersebut terjadi, Anda menjadi bingung dan berpikir untuk menjual aset. Menjual aset merupakan sebuah opsi, tetapi sebaiknya menjadi opsi terakhir.

Memiliki dana darurat, artinya Anda tidak perlu menjual aset karena dapat menggunakan dana darurat. Dana darurat akan melepaskan Anda dari masalah keuangan di tahap awal dan memberikan kesempatan untuk bertindak rasional tanpa merusak rencana keuangan yang sudah dibuat.

Lihat juga video: Pentingnya mempersiapkan dana darurat

3. Sarana Mengambil Kesempatan Berinvestasi
Ada kondisi di mana Anda memiliki kesempatan untuk berinvestasi, tetapi kesempatan tersebut terlewati karena Anda tidak memiliki uang kas untuk berpartisipasi. Anda mungkin berpikir memang ada ya kejadian seperti itu? Jawabannya: Ada!

Masih ingatkah Anda ketika akhir tahun 2008 IHSG terpuruk jatuh di kisaran 1.000. Saat itu dapat diumpamakan banyak berlian berserakan di jalan dan tidak ada satu pun yang mau mengambil atau membelinya. Alasannya ada dua: pertama takut, dan kedua tidak punya uang untuk mengambil kesempatan tersebut.

Mau bukti? Lihat saja harga saham-saham blue chips ketika masa itu. Bandingkan harga saham pada tahun 2008 dengan harga pada tahun 2012.

Sebagai contoh: sebuah saham perusahaan otomotif terbesar di Indonesia, ketika akhir Oktober 2008 jatuh menyentuh Rp6.600 per lembar saham dan pada Januari 2012 pernah menyentuh di harga tertinggi, yaitu Rp79.000 per lembar saham. Bayangkan apabila Anda membeli saham perusahaan tersebut dengan dana Rp50 juta di harga terendah dan menjualnya di harga tertinggi. Maka dana Anda akan menjadi Rp598 juta. Wow, hampir 12 kali lipat keuntungannya.

Dari cerita saya di atas, coba Anda buka IHSG saat ini. Banyak saham yang rontok akibat krisis pandemi, bahkan ada saham-saham yang merosot hingga titik terendah Rp50,- (lima puluh rupiah).

Nah, andai saat ini Anda memiliki uang cash Rp10 juta saja, Anda sudah bisa mendapatkan saham tersebut cukup banyak dan bagus untuk investasi jangka panjang.

Alokasi Aset

Uraian sebelumnya mengulasan tentang manfaat jika kita memiliki ketersediaan uang cash atau tunai di keluarga kita. Selanjutnya bagaimana jika Anda tidak memiliki banyak uang cash dan ingin memiliki uang cash di saat krisis pandemi ini? Jawabannya adalah lakukan alokasi aset.

Coba diskusi dengan pasangan Anda, apa saja aset yang dimiliki saat ini, dan berapa besar nilai yang bisa dihasilkan oleh aset tersebut jika dijadikan uang tunai. Biasanya keluarga Indonesia saat melakukan alokasi aset, maka akan keluar kata-kata “Duh, sayang kalau dijual” atau “Sekarang kan nilainya lagi turun?”

Kalau berpikir seperti ini, maka Anda tidak akan bisa menyelesaikan masalah keuangan Anda. Anda harus buang jauh-jauh pemikiran tersebut. Anda membutuhkan uang tunai. Metode alokasi aset dapat menjadi alternatif penyelesaian jangka pendek untuk masalah ini.

Ingat, landasan pola pikir dalam mengatasi masalah keuangan saat ini adalah harus dikaitkan dengan nilai keimanan atau keyakinan Anda dalam beragama. Harta adalah titipan Tuhan, dan kadang Anda mempunyai jenis aset yang sama lebih dari satu, padahal tidak digunakan secara maksimal. Mengapa masih merasa sayang dan seolah memeluk erat aset tersebut? Bukankah jika Anda dan keluarga berhasil melewati masa ini, Anda dapat membeli kembali aset tersebut bahkan mungkin yang lebih baik.

Lalu aset apakah yang harus kita pilih dalam melakukan strategi alokasi aset dalam mengatasi masalah keuangan keluarga kita?

1. Emas. Ini adalah aset yang paling memungkinkan untuk dijadikan sarana alokasi aset. Mungkin berat bagi pasangan dan Anda saat harus menukar aset kesayangannya menjadi uang kas atautunai. Namun perlu diingat, bahwa emas yang dimiliki, seberapa sering Anda gunakan atau manfaatkan?

Kita mencoba menyadari fungsi kegunaan dari emas tersebut. Satu sisi emas bisa dijadikan sebagai sarana aksesoris, dan di sisi lain emas juga sebagai instrumen investasi yang memang dapat dijadikan sebagai jalan keluar jika kita memerlukan dana tunai saat keadaan darurat. Ada dua cara kita melakukan alokasi aset emas ini,
  • Melalui gadai. Anda bisa menggunakan institusi penggadaian yang ada untuk menukar emas dengan dana tunai. Anda juga masih memiliki waktu untuk kembali menukar emas tersebut beberapa saat kedepan.
  • Menjual emas tersebut di toko emas dan mendapatkan dana tunai yang bisa digunakan untuk melewati masa krisis pandemik ini.

2. Kendaraan. Kendaraan adalah sarana alokasi aset berikutnya yang memungkinkan untuk dilakukan di saat memiliki masalah keuangan seperti sekarang. Jenis kendaraan seperti sepeda motor atau mobil, sama seperti emas. Anda akan berat melepas kendaraan kesayangan. Namun ingat, saat ini cash is king. Anda jauh lebih membutuhkan dana tunai dibanding kendaraan yang mungkin saat ini tidak banyak digunakan. Kuatkan hati Anda untuk menyakini bahwa ini bukan karena Anda bangkrut atau jatuh miskin. Ini hanya strategi alokasi aset yang memang terbaik untuk melewati fase krisis pandemi ini.

3. Properti. Ini adalah pilihan terakhir dalam strategi alokasi aset. Properti terdiri dari rumah, tanah, kebun atau lainnya. Memang ini paling sulit dan lama untuk ditukar menjadi dana tunai karena situasi saat ini tidak mudah menjual properti. Anda cenderung akan mendapatkan dana tunai dibawah harga pasar nilai properti tersebut namun jika memang Anda butuh sekali dana tunai maka hal tersebut sangat mungkin dilaksanakan.

Nah, dengan prinsip cash is the king, porsi konsumsi barang-barang tersier atau aset yang tidak terlalu banyak digunakan saat ini, serta untuk investasi, dikurangi dulu. Alihkan ke tabungan sehingga Anda memiliki cadangan dana cukup besar.

Ingatlah, melakukan strategi cash is king dengan melakukan alokasi aset bukan menunjukkan Anda bangkrut atau jatuh miskin.

Ini adalah sebuah strategi untuk dapat melewati badai krisis pandemi. Dan yakinlah suatu saat nanti Anda dapat kembali memiliki aset yang telah dialokasikan tersebut, bahkan mungkin dengan kondisi yang jauh lebih baik dibandingkan saat sebelum krisis. Oleh karena itu plan your future (rencanakan masa depan anda)

Jika Anda memiliki masukan atau pendapat lainnya, silakan tuliskan masukan Anda pada kolom komentar. Atau jika Anda memiliki pertanyaan terkait kondisi keuangan keluarga, silakan ajukan pertanyaan pada kolom Tanya Ahli.

Sumber:

Alviko Ibnugroho

Penilaian :

5.0

3 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ardhan Ashary Nasution

13 Desember 2023

Terima Kasih informasi nya 👍👍

Balas

. 0

Arrino Fatra

09 Agustus 2023

Info bermanfaat

Balas

. 0

LINDA BUDIYARTI

17 Desember 2020

Wah ini ilmu baru buat saya, thank you banget daya.id sudah jadi tempat saya belakar ?

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Dian Savitri

Perencana Keuangan Pribadi

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS