Dirilis

10 September 2022

Penulis

Havie Abdul Gafur

Pernahkah Anda mendengar frase likeability gap? Tidak apa jika Anda baru mendengarnya kali ini karena hal ini memang jarang sekali muncul dalam pembahasan sehari- hari di dunia kerja. Tetapi tidak ada salahnya jika Anda mengetahui hal ini sehingga dapat bermanfaat dalam mendukung interaksi Anda dengan rekan kerja atau kolega lebih baik lagi.

Likeability gap adalah penyesuaian perilaku agar lebih diterima atau disukai oleh sebuah kelompok, dalam kasus ini adalah kelompok gender. Hal ini merupakan salah satu dampak dari bias gender dan double bind (ikatan ganda).

Seperti yang diketahui, data menunjukkan bahwa ‘kesuksesan’ dan ‘disukai’ seringkali tidak tidak sejalan untuk perempuan. Para pemimpin perempuan yang menempati pucuk pimpinan sebuah organisasi atau perusahaan lebih tidak disukai daripada laki-laki, bukan karena kesuksesan mereka tapi karena perilaku mereka yang dianggap berbeda dari sifat alami mereka. Sehingga banyak perempuan beranggapan bahwa agar mereka disukai, berarti mereka harus melakukan sesuatu dengan tepat atau bersikap baik kepada anggota kelompoknya, seperti:
 

  • Perempuan lebih memilih untuk pura-pura setuju pada sebuah ide atau tugas yang sebenarnya tidak sejalan dengan nilai yang dimilikinya
  • Melakukan semua hal agar tidak dianggap pemilih dalam melakukan tugas
  • Menambah kata ‘tolong’ setiap kali memberikan tugas agar tidak dianggap sombong atau bossy
  • Berinteraksi tidak terlalu hangat atau tidak terlalu dingin agar tidak dianggap agresif atau ambisius

Sebenarnya, perilaku seperti tersebut di atas justru memperkuat bias gender yang ada di tempat kerja yang kemudian berdampak pada kesetaraan upah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kinerja perempuan dievaluasi lebih kepada kualitas pribadi daripada kompetensinya dan perempuan yang berani menegaskan diri bahwa mereka pantas mendapatkan kenaikan gaji sering kali mendapatkan sanksi karena melakukannya.
 
 

Jenis-jenis Likeability

Berikut ini jenis-jenis likeability yang perlu Anda tahu.

 

1.    The Goldilocks Conundrum / Teka-teki Goldilocks

Hanya ada anggapan bahwa Anda ‘terlalu hangat’ atau ‘terlalu dingin’. Perempuan yang asertif seringkali dianggap agresif dan tidak disukai, namun jika perempuan terlalu baik, mereka dianggap tidak cukup layak sebagai pemimpin. Dalam konteks ini, perempuan harus menjadi apa yang diharapkan oleh perempuan lain atau apa yang diharapkan dari seorang pemimpin.

 

2.    The Unattainable Luxury of Authenticity / Autentisitas adalah suatu kemewahanan yang sulit tercapai

Anda diberi tahu bahwa Anda ‘terlalu berlebihan’ atau ‘tidak cukup’ sehingga membuat Anda menurunkan kualitas diri agar sesuai dengan keinginan orang lain. Mengubah siapa diri Anda yang mungkin bisa melemahkan siapa diri Anda yang sebenarnya.

 

3.    Likeability Penalty / Sanksi disukai

Jika Anda mencapai kesuksesan, Anda menjadi kurang disukai karena masyarakat tidak biasa melihat perempuan berada dalam kesuksesan. Bagi perempuan, setiap langkah menuju kesuksesan seringkali disambut dengan kritik. Selain itu, bagi perempuan, mengejar kenaikan gaji atau promosi dipandang sebagai hal yang kurang tepat.      

Baca juga:  tips keberhasilan komunikasi di dunia kerja


 

Cara Mengatasi Likeability Gap

Berikut ini cara mengatasi likeability gap yang bisa Anda lakukan.
 

  1. Fokus pada membangun hubungan dengan orang lain, memahami orang lain dan bersikap inklusif, bukan bagaimana Anda mengontrol pemikiran dan perilaku orang lain.
  2. Biarkan empati menjadi kekuatan Anda dalam memimpin. Selalu berusaha mendengarkan dan memahami, hal ini menunjukkan bahwa kemanusiaan adalah karakter kepemimpinan yang kuat.
  3. Percaya diri dan pertahankan nilai-nilai diri Anda. Dibandingkan menjadi plin-plan, pegang teguh keyakinan Anda, itu penting.
  4. Jangan membuat atau menilai diri Anda kecil. Anda ada diposisi saat ini karena kerja keras Anda, karena Anda mau berkembang, karena Anda mau belajar.

Memang tidak mudah untuk menantang dan mengatasi bias gender karena adanya norma sosial atau norma budaya. Beberapa di antara kita tanpa sadar sering melakukannya. Tapi kita bisa memutuskan untuk tidak menurunkan kualitas diri hanya agar diterima atau disukai oleh kelompok di sekitar kita.

Hal yang penting adalah saling menghargai dan memanfaatkan sifat feminin atau maskulin yang ada secara alami pada perempuan atau laki-laki untuk menciptakan kepercayaan, hubungan yang tulus, integritas, dan visi yang kuat agar kinerja tim menjadi lebih baik. Hal ini dapat mendorong partisipasi perempuan pada kepemimpinan.
 
Jika Anda masih memiliki pertanyaan terkait psikologi lainnya, Anda dapat berkonsultasi dengan mitra ahli tepercaya kami melalui fitur Tanya Ahli. Untuk informasi kesehatan lainnya, Anda juga bisa membacanya di daya.id. Dengan mendaftar di daya.id semua informasi terkait kesehatan bisa Anda akses secara gratis dan sangat mudah. Jadi, yuk kunjungi daya.id sekarang juga!

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

4 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Arief Akbar

31 Oktober 2022

.

Balas

. 0

Arief Akbar

31 Oktober 2022

.

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS