Dirilis

05 Juni 2022

Penulis

Dian Wisnuwardhani-Psi. Sos.

Tingginya rasa penasaran dan kemudahan dalam mengakses informasi membuat munculnya self-diagnosis. Simak pembahasan berikut mengenai diagnosis diri yang mungkin pernah Anda alami.

Diagnosis diri seringkali terjadi. Biasanya, individu berpikir dan penasaran tentang kondisi dirinya, sehingga ia mencari lebih lanjut mengenai hal tersebut. Pencarian ini dilakukan melalui internet, media sosial, dan sebagainya. Namun, hasil pencarian sebenarnya belum tentu benar.

 

Apa Itu Self-diagnosis?

Diagnosis diri atau self-diagnosis merupakan proses seseorang mengamati diri mereka sendiri mengenai gejala patologi, identifikasi penyakit ataupun gangguan tertentu tanpa adanya konsultasi medis atau dengan ahlinya, juga disebut sebagai self-labeling (memberi label tertentu pada diri sendiri). Diagnosis diri biasanya terjadi karena adanya pertanyaan dari dalam diri, seperti “kayaknya saya mengidap penyakit ini deh,” lalu mencari informasi dari berbagai sumber. 

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan diagnosis diri. Pertama, adanya perilaku membandingkan apa yang dirinya rasakan dengan apa yang ditemukan dari sumber pencarian. Misalnya, ia merasa memiliki kondisi tertentu, lalu mulai menjelajah internet. Ia merasa ada penyakit tertentu yang gejalanya cocok sekali dengan apa yang dialami. Kemudian, dirinya mulai mencocokkan dan membandingkan apa yang dirasakan dengan gejala penyakit tersebut. Akhirnya meyakini dirinya mengidap penyakit itu tanpa berkonsultasi. 

Tak berhenti sampai di situ, berbagai sumber lain seperti internet (website, aplikasi), artikel (iklan, media cetak, surat kabar), anggota keluarga, ataupun teman merupakan sumber yang dapat menyebabkan seseorang mendiagnosis diri. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak ada waktu, biaya, merasa lebih efisien, tidak merasa gejala yang serius, takut ke rumah sakit, dan sebagainya, meskipun hal itu bisa berbahaya. 

 

Apakah Boleh Melakukan Self-Diagnosis?

Sebenarnya, diagnosis diri dapat meningkatkan kesadaran terhadap apa yang dirasakan diri sendiri, mendorong seseorang untuk mencari bantuan profesional, dan dapat membantu memberikan pandangannya terhadap kondisinya untuk berkonsultasi kepada ahli. 

Namun, diagnosis diri bisa saja salah dan menghasilkan konsekuensi tertentu. Misalnya terlambat atau tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat. Jadi, diagnosis diri dapat berdampak positif, tapi jika tidak segera mencari profesional, maka bisa berbahaya. 

Baca juga : Buku Self Help membantu usaha Anda
 
 

Bahaya Self-Diagnosis

Terdapat kasus dimana seseorang melakukan diagnosis diri melalui internet, lalu melakukan pengobatan tanpa adanya konsultasi. Bukannya membaik, gejala yang dialaminya semakin parah. Akhirnya, ia memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter. Ternyata, dirinya selama ini tidak tepat dalam memulai pengobatan, dan ketika didiagnosis serta diberikan obat oleh dokter, perlahan ia membaik. 

Contoh tersebut menunjukkan bahwa diagnosis diri yang tidak tepat dan tanpa berkonsultasi dengan profesional dapat memperburuk keadaan atau gejala. Tidak hanya dalam konteks kesehatan fisik atau medis, namun juga berlaku bagi kesehatan mental. Diagnosis diri dapat berpengaruh terhadap efek kognitif, afektif, dan perilaku, berikut penjelasan singkatnya.

 

•    Efek Kognitif

Diagnosis diri dapat membuat bingung dan tidak yakin mengenai kondisinya. Seseorang kemungkinan cemas yang berlebih dan cenderung berperilaku sesuai yang didapatkan dari hasil pencariannya, meskipun belum tentu benar. Diagnosis diri juga bisa menyebabkan individu merasa kondisinya tidak dapat sembuh, sehingga merasa putus asa dan tidak berdaya.


 

•    Efek Afektif

Afektif adalah perasaan dan emosi yang dialami. Saat diagnosis diri terjadi, bisa saja merasa tertekan, cemas, dan kesulitan tentang kondisinya. Apakah hal-hal yang dialaminya saat ini dapat berakibat juga pada masa depannya, atau juga emosionalnya terkuras karena adanya hasil dari diagnosis diri. 

 

•    Efek Perilaku

Seseorang merasa hasil diagnosis diri melalui pencarian dari berbagai sumber membuatnya kesal, marah, ragu akan interaksi sosial dengan orang lain, juga tidak menutup kemungkinan berpotensi mengalami penyalahgunaan zat maupun alkohol. Binge eating juga efek perilaku dari diagnosis diri, dimana memakan makanan yang membuat nyaman untuk menghilangkan perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan. 

 

Apa yang Harus Dilakukan Terhadap Self-Diagnosis?

Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan:

 

•    Tidak mempercayai hasil dari sumber pencarian sepenuhnya

Setelah merasa ada kondisi tertentu yang dianggap berbeda dan mengganggu dari biasanya, Anda dapat melakukan pencarian di berbagai sumber yang ada, tapi pastikan sumber tersebut akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Jangan mempercayai sepenuhnya begitu saja ya, karena bisa saja sumber tersebut ditulis oleh non-profesional dan menyebabkan salah diagnosis.

 

•    Mencari tahu lebih lanjut dan berkonsultasi ke profesional

Ketika Anda sudah melakukan pencarian tentang kondisimu, cobalah cari tahu lebih lanjut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mendatangi profesional seperti dokter, psikolog, psikiater, atau ahli lainnya sesuai kondisi yang dialami. Saat Anda berkonsultasi dengan profesional, mereka akan memberikan diagnosis yang lebih tepat akurat jika Anda berbicara jujur dan terbuka tentang apa yang Anda rasakan, karena terdapat proses dan pertimbangan hingga mencapai diagnosis tersebut. Lalu bisa mengetahui apa yang dialami dan mendapatkan pengobatan serta perawatan yang sesuai.

Baca juga : Konsultasi Online membantu Anda tetap sehat meski sibuk

Punya pertanyaan lebih lanjut? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

3 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS