Informasi Artikel

Penulis Artikel

Tsalitsa Haura Syarifah, Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Pernahkah Anda melihat seseorang memiliki orang tua yang sudah tidak bekerja, sekaligus memiliki anak-anak yang harus menempuh pendidikan, lalu harus menanggung kehidupan kedua generasi tersebut? Itulah salah satu gambaran sandwich generation.

Di sisi lain, ada kalanya di kehidupan keluarga di Indonesia, seseorang tidak hanya tinggal bersama keluarga inti, tetapi juga dengan keluarga yang lebih besar, seperti kakak, adik, paman, bibi, dan keponakan karena tuntutan keadaan. Itu juga sandwich generation.


 

Istilah Sandwich Generation menggambarkan generasi yang terhimpit generasi di atas dan di bawahnya, serta mengacu pada mereka yang punya tanggung jawab mengurus generasi yang lebih tua seperti orang tua dan kakek neneknya, juga keluarga yang meliputi anak-anaknya di waktu yang bersamaan. 

 

Sandwich Generation Butuh Dukungan Sosial dan Emosional

Orang-orang yang menjadi Sandwich Generation saat ini rata-rata berusia 30-an sampai 50 tahun. Situasi yang dihadapi oleh generasi ini menurut beberapa ahli diakui cukup chaos dan sulit, belum lagi jika keluarga yang ditanggungnya memiliki kondisi atau kebutuhan khusus, seperti punya penyakit fisik, mental, maupun perilaku seperti kecanduan alkohol, narkoba, atau judi online. Energi yang perlu dikeluarkan menjadi ekstra untuk memikirkan banyak hal, memberikan perhatian dan mencurahkan emosi untuk setiap orang dalam waktu yang terbatas, harus bekerja mencari uang demi membiayai seluruh kebutuhan anggota keluarga, memastikan kesejahteraan dan urusan kesehatan, merencanakan pendidikan anak, dan lain sebagainya. Tuntutan dan desakan hidup serasa tiada henti dan silih berganti.

Bagi para lansia yang dirawat oleh Sandwich Generation di dalam keluarga yang tergolong harmonis, hal positif yang dirasakan adalahnya minimnya rasa kesepian yang pada umumnya meliputi hari-hari tua mereka. Hal ini dapat menurunkan kemungkinan depresi dan baik bagi kesehatan mental mereka. Hanya saja, bagi Sandwich Generation, rentan sekali untuk mengalami stres, frustrasi, dan jika dialami berkepanjangan dapat meningkatkan kemungkinan gejala burnout dan depresi. Bahkan dalam berkomunikasi saja, Sandwich Generation perlu melakukan banyak penyesuaian diri. 

Jika berbicara dengan orang tua mereka yang Baby Boomers harus dengan surat tulis tangan atau bertemu langsung. Jika dengan Generasi X, lebih jelas lewat telepon, sementara dengan anak-anaknya yang generasi Z harus terbiasa dengan texting atau video chatting. Kondisi kesehatan mental dapat menjadi lebih buruk jika di dalam keluarga tersebut mempunyai isu permasalahan terkait interaksi dan hubungan satu sama lain. Belum lagi jika sebagian menjadi bread-winner atau pencari nafkah utama jika pasangannya tidak bekerja akibat terkena lay-off ataupun alasan lainnya.

Sandwich Generation pada umumnya akan berusaha keras dalam pekerjaan karena tidak bisa mengelak dari tuntutan keadaan. Mereka mungkin akan menjadi workaholic namun di sisi lain juga realistis dalam memilih pekerjaan. Komitmen kerja yang dimiliki kemungkinan mengarah pada continuance commitment dan bersifat transaksional, dimana mereka akan memprioritaskan atau bertahan di tempat kerja yang paling memberikan keuntungan materiil baginya. 

Jika seorang karyawan kurang mampu profesional dalam memisahkan urusan keluarga dan pekerjaan, maka kemungkinan yang terjadi adalah masalah regulasi emosi karena terbawanya tekanan rumah ke pekerjaan ataupun sebaliknya, dan dapat menurunkan fokus di pekerjaan sehingga dapat mengurangi produktivitas di tempat kerja.

Salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh Sandwich Generation adalah dukungan sosial dan emosional dari lingkungannya. Jika kita memiliki rekan kerja yang berada dalam situasi tersebut, kita perlu memahami kondisinya dengan lebih baik agar kita dapat berempati dan saling membantu sesuai kemampuan kita. Berkata dan bersikaplah dengan baik, karena orang yang sedang memiliki banyak beban dan masalah akan sensitif mendengar ucapan dan menerima perilaku orang lain. Hindari berburuk sangka dan menyebarkan gosip, terlebih jika kita tidak mengetahui dengan pasti bagaimana kesulitan dan perjuangan orang lain.

Tips Menjalani Kehidupan Sandwich Generation

Di sisi lain, jika Anda yang membaca artikel ini merupakan salah seorang Sandwich Generation, teruslah semangat dan bersabar menghadapi situasi. Yakinlah Anda tidak berjuang seorang sendiri. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik antara lain:

  1. Identifikasi penyebab stres (stressor) dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat dipikirkan lebih efektif bagaimana cara mengantisipasinya. 
  2. Refleksikan dan evaluasi bagaimana cara menghadapi tantangan dan masalah sejauh ini. Apakah sudah menggunakan cara yang sehat atau masih ada perilaku tidak sehat yang perlu dihindari. 
  3. Delegasikan pekerjaan yang bisa dilakukan oleh orang lain. Jika tidak ada masalah finansial, dapat mencari bantuan caregiver atau ART, sehingga pekerjaan rumah lebih terbantu.
  4. Lakukan cara yang sehat dalam mengelola stres, seperti konsumsi makanan yang sehat, sempatkan berolahraga meskipun hanya berjalan kaki dalam waktu singkat, punya support system untuk bercerita, baik pasangan, keluarga yang dapat diandalkan, juga teman baik.
  5. Tetap perhatikan kesehatan dan kesejahteraan diri. Tidur dan istirahat yang cukup, jika sempat lakukan hobi, merawat diri (self-care), serta aktivitas lainnya yang membuat Anda tetap bahagia dan sehat mental.
  6. Upayakan untuk profesional dalam bekerja, fokus mengerjakan tugas dan tidak mencampurkan urusan rumah/keluarga di tempat kerja dan juga tidak membawa masalah pekerjaan ke rumah agar tetap bisa memberikan performa optimal dan tidak mendapat risiko kehilangan pekerjaan.
  7. Cari dukungan profesional jika merasa kurang memiliki dukungan sosial ataupun keluarga yang dibutuhkan. Coba konsultasikan dengan ahli (misalnya psikolog) terkait permasalahan yang dihadapi.


Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah psikologi lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.8

6 Penilaian

Artikel Terkait

5.0
Kesehatan Mental

Tips Membangun Karier dengan Konsep Ikigai

24 September 2025

5.0
Kesehatan Mental

Tips Mencari Kerja di Masa Pandemi

23 Agustus 2021

5.0
Kesehatan Mental

Tips Membangun Karir di Dunia Digital saat Pandemi

23 Agustus 2021

5.0
Kesehatan Mental

Pengertian Money Personality dan Cara Mengeceknya

18 Juli 2022

Berikan Pendapat Anda

Diana punki

03 October 2025

tidak ada yang instan di dunia ini kalo mau mencuri mungkin bisa ;)

Balas

. 0

0 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS