Dirilis

22 November 2021

Penulis

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia

Mutasi virus COVID-19 mulai dilaporkan sejak akhir tahun 2020. Mutasi virus COVID-19 ini diperkirakan akan terus muncul dan menghasilkan jenis varian baru. Beberapa varian dapat menyebar lebih cepat dibandingkan varian terdahulu yang mengakibatkan meningkatnya kasus COVID-19 di dunia. 

Varian sendiri dikategorikan sebagai VOI (variant of interest) dan VOC (variant of concern). Dikatakan variant of interest apabila menunjukkan penanda genetik spesifik terhadap perubahan pada pengikatan reseptor, dan pengaruhnya terhadap pengurangan manfaat dari antibodi. Sedangkan variant of concern adalah terjadinya peningkatan penularan, gejala yang lebih berat, dan pengurangan secara signifikan fungsi antibodi yang telah terbentuk. 

Sampai saat ini dikenal ada 9 mutasi yang dihasilkan oleh virus COVID-19. Yang termasuk dalam kategori VOI yaitu varian Mu, Eta, Iota, Kappa, dan Lambda. Sedangkan varian dengan kategori VOC adalah Delta, Alpha, Beta, dan Gamma.

Baca Juga: Gejala COVID-19 dan Cara Mengatasinya
 


 

COVID-19 Varian Delta Lebih Menular Dibanding Varian Pendahulu


Virus COVID-19 penyebab COVID-19 masih terus bermutasi dan menghasilkan varian baru. Terlebih saat ini ditemukan varian baru yang disebut Varian Delta (B.1.617.2), yang pertama kali diidentifikasi di India pada Oktober 2020. 

Varian Delta atau B.1.617.2 merupakan varian yang timbul akibat virus COVID-19 yang telah bermutasi. Varian ini telah ditemukan hampir di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia. Gejala yang timbul pada varian ini lebih cepat dibandingkan varian lainnya yang akan timbul pada tubuh hanya dalam 3-4 hari setelah terinfeksi virus ini. Gejala yang paling sering dikeluhkan seperti sakit kepala, pilek, batuk, dan sakit tenggorokan. Gejala lain yang dapat timbul seperti sesak napas, kelelahan, anosmia, nyeri otot, serta gangguan pencernaan.

Penderita pada usia muda mungkin terlihat seperti flu biasa, namun pada orang-orang tua dan yang memiliki penyakit komorbid dapat mengakibatkan gejala yang lebih serius, sehingga membutuhkan perawatan yang intensif di rumah sakit. 

Hingga saat ini masih terus dilakukan pemanatauan lebih lanjut dari varian Delta. Penelitan sejauh ini menyebutkan bahwa varian Delta memiliki tingkat penularan lebih tinggi 40% dibandingkan virus COVID-19 varian pendahulunya (Alpha). Salah satu mutasi yang terjadi adalah ditemukannya lapisan protein pada bagian luar virus yang menyebabkan virus akan lebih mudah menempel pada bagian tubuh manusia, seperti di hidung dan paru-paru. Lapisan protein ini yang menyebabkan virus lebih cepat menular ke manusia.

Baca Juga: Benarkah Vitamin C Dapat Menangkal COVID-19?
 

COVID-19 Varian Delta Plus Terus Bermutasi


Saat ini masyarakat kembali dihebohkan dengan adanya mutasi baru subvariant delta yang dikenal dengan Delta Plus alias AY.1. Varian ini merupakan mutasi dari virus COVID-19 varian Delta (B1617.2) yang lebih dulu ditemukan di India. 

Ada pertanyaan dan kekhawatiran terhadap subvarian Delta Plus yang telah ditemukan di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat dan di Inggris. Varian Delta plus pertama kali mulai muncul pada pertengahan Maret 2021, dan pada akhir April 2021 kasus varian ini dilaporkan muncul di Inggris. 

Public Health England (PHE) atau Badan Kesehatan Inggris pertama kali menyatakan varian delta plus sebagai variant of concern (VOC) dalam pada pertengahan Juni tahun ini, yang juga diikuti oleh India. Pada dasarnya varian Delta dan Delta Plus tidak jauh berbeda dalam hal penularanan, namun varian Delta Plus ini harus tetap diwaspadai karena virus ini masih terus bermutasi. 

Kementerian Kesehatan India sendiri melaporkan ada tiga karakteristik dari varian delta plus:
  1. Peningkatan transmisi penularan;
  2. Lebih kuat mengikat sel reseptor paru-paru sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel manusia;
  3. Dapat mengurangi respon terhadap antibodi monoclonal, yang berarti kekebalan tubuh yang sudah terbentuk mungkin tidak dapat menghadapi varian delta plus
 




 

Cara Mencegah Penularan Varian Delta dan Delta Plus

Mengingat peningkatan kasus COVID-19 yang disebabkan virus COVID-19 varian Delta dan Delta Plus di Indonesia, diharapkan masyarakat agar tetap waspada. Untuk mencegah penyebaran COVID-19 varian Delta dan Delta Plus maka kita harus menerapkan protokol kesehatan yang berlaku (5M) yang dianjurkan oleh Pemerintah. 

Selain itu vaksinasi COVID-19 juga merupakan salah satu cara untuk mencegah penularan COVID-19 varian Delta dan Delta Plus. Individu yang sudah melakukan vaksinasi COVID-19 lengkap (dua dosis) memiliki perlindungan tubuh yang lebih baik. Berbeda halnya apabila baru mendapatkan satu dosis vaksin yang masih dianggap rentan untuk terhadap virus COVID-19. 

Punya pertanyaan lebih lanjut mengenai lebih lanjut tentang kesehatan? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahli kesehatan tepercaya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

 

Sumber:

Perhimpunan Dokter Umum Indonesia

Penilaian :

5.0

2 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Alvin Hartanto

Ahli Gizi

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS