Dirilis

02 Mei 2023

Penulis

Dyah Larasati, S.Psi., S.E., M.Psi., (Tim Arsanara Development Partner)

Melahirkan adalah salah satu peristiwa penting dalam hidup seorang wanita. Ia bukan hanya melahirkan seorang anak ke dunia, tapi ia juga melahirkan dirinya yang baru: seorang ibu. 

Dalam kelahirannya sebagai seorang ibu, sosoknya yang lama berubah, tubuhnya berubah, hormonnya berubah, cara pikirnya berubah, hatinya berubah. Dan selayaknya sebuah perubahan, kadang terasa tidak nyaman, dan butuh waktu untuk penyesuaian. 

Sayangnya, orang di sekitar ibu bisa lupa. Ketika ibu pulang ke rumah membawa bayi, orang di sekitarnya mengira senyum ibu mewakili keadaannya: baik-baik saja. Padahal di balik senyum itu, ada badan yang remuk redam. Ada pikiran yang gelisah menghadapi perubahan dan segala ketidaktahuan. Ada perasaan yang membuncah tapi tidak dapat diberi nama. Namun, seperti orang di sekitar yang mengira ibu baik-baik saja, ibu pun mengira bahwa ia harusnya baik-baik saja.

Kesehatan mental ibu yang baru melahirkan seringkali terabaikan oleh alasan yang mengatakan bahwa melahirkan adalah peristiwa natural untuk seorang wanita. Betul, melahirkan memang fitrah wanita. Namun tidak lantas menafikkan konsekuensi kesehatan yang dapat dialami oleh para wanita. Menurut penelitan, 1 dari 5 wanita yang baru melahirkan akan mengalami gangguan kesehatan mental, dan 1 dari 7 wanita akan mengalami depresi setelah melahirkan (Post Partum Depression/PPD). 

Penelitian juga menunjukkan bahwa kurang dari 15% wanita yang mengalami PPD mendapatkan bantuan. Padahal, jika gangguan kesehatan mental ibu tidak ditangani dengan baik, maka akan memengaruhi kualitas hidup ibu, kemampuan ibu dalam merawat dan membangun kedekatan dengan bayi, hubungan ibu dengan pasangannya, dan pada akhirnya memengaruhi seluruh keluarganya.

Gangguan kesehatan mental yang umum dialami oleh ibu baru atau yang biasa disebut baby blues, seringkali muncul di hari ke 4 atau 5 setelah melahirkan dengan gejala mood swing, sering menangis, mudah tersinggung, kelelahan dan kecemasan. Walaupun belum ada penelitian yang mampu memastikan penyebab pasti baby blues, namun perubahan hormon dalam tubuh wanita setelah melahirkan diduga menjadi penyebab utama. Gejala-gejala ini biasanya dirasakan selama satu hingga dua minggu dan umumnya dapat diatasi tanpa pengobatan karena tidak mengganggu aktivitas sehari-hari dan tidak membutuhkan bantuan medis. 

Namun demikian, jika tidak teratasi dengan baik dan gejala menetap atau menunjukkan perburukan setelah dua minggu seperti ibu menjadi tidak mau mandi, tidak mau makan, menarik diri, mengabaikan bayinya, atau bahkan terdapat keinginan menyakiti diri ataupun bayi, maka ibu ataupun keluarga terdekat disarankan untuk segera menghubungi tenaga professional seperti psikolog ataupun psikiater.

Jika memang baby blues normal dialami oleh wanita setelah melahirkan, lantas apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya dan meningkatkan kesehatan mental Ibu? Sama seperti ketika seseorang menghadapi perubahan pada umumnya, salah satu hal yang dapat dilakukan oleh ibu dan keluarga adalah dengan mempersiapkan diri, baik secara fisik dan mental dari sejak sebelum melahirkan dan setelah melahirkan. 

 

Tips Persiapkan Kesehatan Mental Ibu

Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan.

 

1. Menjaga asupan nutrisi

Asupan nutrisi yang seimbang secara kualitas dan kuantitas akan dapat membantu tubuh wanita yang baru melahirkan dalam menyeimbangkan hormon-hormon yang dibutuhkan. Makan makanan yang bergizi juga dapat membantu meningkatkan daya tahan dan stamina tubuh sehingga ibu baru dapat memiliki energi yang cukup dalam merawat bayi dan menjalankan rutinitas sehari-hari.

 

2. Olahraga

Berolahraga bagi wanita yang baru melahirkan bukan hanya bertujuan untuk mengembalikan badan ke bentuk semula. Tujuan olahraga lebih untuk menjaga kebugaran tubuh, melancarkan metabolisme, dan meningkatkan produksi hormon endorfin yang merupakan salah satu hormon penting tidak hanya untuk kesehatan mental seorang ibu namun juga untuk mendorong produksi ASI bagi ibu menyusui. Meskipun demikian, para ibu yang baru melahirkan disarankan untuk memilih olahraga yang bersifat low impact, seperti jalan kaki, berenang, sepeda statis atau yoga untuk meminimalisir risiko cedera.

 

3. Tidur cukup

Tidur adalah faktor penting dalam kesehatan mental dan fisik. Kurang tidur dapat menyebabkan perasaan mudah tersinggung, cemas, depresi, hingga gangguan kesehatan mental lainnya. Untuk seorang ibu yang baru melahirkan, tidur yang cukup dapat membantu proses pemulihan tubuh setelah melahirkan dan menyeimbangkan hormon, termasuk hormon-hormon yang mempengaruhi mood dan produksi ASI. 

Bukan rahasia umum bahwa kebanyakan ibu yang baru melahirkan seringkali mengalami kurang tidur karena harus menyusui bayinya secara berkala. Untuk mengatasinya, Ibu yang baru melahirkan dapat berdiskusi dengan pasangan atau keluarganya dalam mengatur strategi tidur atau jadwal pemberian susu, baik di malam maupun siang hari.

 

4. Mengubah mindset

Banyak ibu baru memiliki tujuan menjadi ibu yang baik untuk anak mereka. Namun sebenarnya label “baik” dapat diartikan berbeda oleh setiap orang dan tidak ada indikator pasti mengenai bagaimana seorang ibu dapat disebut “baik”. Seringkali label “baik” pun menjadi sebab ibu merasa tertekan setiap mendengar tangisan bayi karena secara norma sosial tangisan menunjukkan adanya keadaan yang “tidak baik”. Oleh karena itu seorang ibu baru perlu mengubah mindset dan menetapkan tujuan baru yaitu menjadi orangtua yang responsif yang senantiasa berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan anak baik secara fisik maupun emosi. 

 

5. Meningkatkan pengetahuan

Kebingungan dan ketidaktahuan adalah salah satu sumber stres. Dengan meningkatkan pengetahuan melalui banyak mencari informasi dari sumber yang valid dan reliabel, ibu baru dapat membedakan mitos dan fakta seputar bayi dan ibu yang baru melahirkan. Memiliki pengetahuan yang tepat juga dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam merawat bayi, dan mengurangi ketegangan ketika menghadapi tangisan bayi.

 

6. Tidak membandingkan diri dengan orang lain

Setiap anak dilahirkan dengan temperamen dan kebutuhan yang berbeda. Hal ini menyebabkan setiap ibu juga akan berbeda dalam merespon kebutuhan anaknya. Itulah sebabnya seorang ibu baru disarankan untuk tidak membandingkan diri dengan ibu lainnya karena apa yang dilakukan oleh seorang ibu untuk bayinya belum tentu sesuai diterapkan oleh ibu lain untuk bayi yang lain. 

Menjauhi media sosial ketika baru menjadi ibu baru juga sebuah cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental ibu, mengingat media sosial seringkali tanpa disadari membuat seorang ibu melihat keadaan ibu lainnya dan berakhir membandingkan keadaan keduanya.

 

7. Mencari dukungan sosial

Dukungan sosial salah satu sumber penting dalam mengelola stres. Orang lain dapat membantu ibu dalam menghadapi situasi stres. Dengan hanya mengetahui bahwa ibu memiliki seseorang untuk bergantung saja dapat membuat situasi tampak lebih mudah untuk dihadapi. Dengan dukungan sosial yang tepat, seseorang dapat mendapatkan kepuasan emosional (misalnya dari pasangan, teman, keluarga), dukungan informasi (dari komunitas menyusui, dokter, support group), dan dukungan nyata baik yang bersifat materi atau finansial maupun pelayanan (asisten rumah tangga, penyedia jasa kebersihan, tempat penitipan anak, dan sebagainya).

 

8. Mendekatkan diri kepada Tuhan YME

Berdoa dan berserah kepada Tuhan adalah salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan hati dan kenyamanan bagi seseorang. Dengan percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dan tidak membebani cobaan diluar kemampuan, seorang ibu dapat menjalani peran dan menghadapi tantangan dalam kesehariannya secara lebih positif. 

Nah, sahabat Daya itulah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi baby blues. Punya pertanyaan lebih lanjut terkait masalah baby blues atau masalah psikologi lainnya? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.9

14 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Fitri haryanti

26 Mei 2023

Goodddd

Balas

. 0

Fitri haryanti

26 Mei 2023

Goodddd

Balas

. 0

Wiwit kustira

25 Mei 2023

masyallah

Balas

. 0

Wiwit kustira

24 Mei 2023

sangat bermanfaat

Balas

. 0

Dewi Selviana

23 Mei 2023

Sangat bermanfaat

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS