Dirilis

04 November 2022

Penulis

Linda Budiyarti

Apa itu toxic masculinity? Dr Ike Herdiana M.Psi, Psikolog dari Universitas Airlangga mengatakan, toxic masculinity berkaitan dengan pandangan tradisional yang ada dalam masyarakat, dimana pria harus mempunyai nilai-nilai kejantanan tertentu. “Misalnya, seorang pria harus kuat, agresif, petarung, dan memiliki nilai-nilai lainnya yang dilekatkan pada seorang pria,” kata Dr Ike, seperti dikutip dari situs unair.ac.id.

Tapi apanya yang toxic atau beracun dari pandangan ini?

Di era digital, terutama dengan adanya media sosial, semua orang merasa berhak memberikan penilaian lewat komentar, termasuk soal nilai-nilai kejantanan pria tadi. Masalahnya, standar itu dilekatkan kepada para pria secara berlebihan. Standar berlebihan itu yang akhirnya menyebabkan toxic. Dimana sebagian pria merasa tekanan secara ekstrem karena tuntutan nilai-nilai yang dilekatkan tersebut.

Untuk membantu Anda memahami toxic masculinity, silakan baca hasil survei Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) di bawah.

 

Toxic Masculinity di Dunia Kerja

Berdasarkan hasil survei IBCWE di sejumlah perusahaan pada Februari 2022, ditemukan kalau toxic masculinity di dunia kerja masih tinggi.  

Dalam surveinya, IBCWE memetakan 10 macam toxic masculinity. 42% dari total yang mengisi survei tidak mengetahui bahwa pernyataan-pernyataan tersebut merupakan toxic masculinity

10 pernyataan yang diajukan dalam survei adalah sebagai berikut:

  1. Pria harus kuat secara sikap dan mental
  2. Pria tidak memerlukan teman curhat
  3. Pria bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain
  4. Pria harus lebih dominan/superior dari perempuan dalam segala hal
  5. Pria harus berpenghasilan lebih besar daripada perempuan
  6. Pria tidak perlu mengurus rumah tangga dan mengasuh anak
  7. Pria harus membiayai semua pengeluaran keluarganya
  8. Pria dirasa lebih aman untuk bekerja lembur dan pulang larut malam/dini hari
  9. Pria lebih pantas untuk melakukan pekerjaan berat atau kerja fisik
  10. Pria harus selalu bisa mengambil keputusan dalam pekerjaannya


Dari 10 pernyataan di atas, ada 3 pernyataan yang diajukan untuk memahami tanggapan masyarakat mengenai toxic masculinity di dunia pekerjaan, yaitu:



Nah, dari data yang ada pada tabel di atas, dapat dikatakan bahwa toxic masculinity masih cukup tinggi dalam dunia pekerjaan.  

Bagaimana menurut pandangan Anda sendiri mengenai ketiga pernyataan diatas?

 

Dampak Toxic Masculinity Dalam Dunia Pekerjaan

Bagaimana masalah toxic masculinity ini mempengaruhi individu yang mengalami masalah toxic masculinity, Anda dan juga lingkungan Anda? 

Berikut ini beberapa dampak masalah toxic masculinity yang tak jarang tidak terlalu tampak bahkan terasa di lingkungan Anda:  

 

1.    Dampak Kesehatan


Merujuk hasil riset yang dipaparkan oleh healthline, toxic masculinity bisa mempengaruhi kondisi kesehatan mental seorang pria, seperti depresi. Kondisi depresi ini bisa membuatnya kurang tidur yang tentunya hal ini akan mempengaruhi kinerjanya. Jika ada kinerja seseorang yang menurun dalam tim Anda tentu akan mempengaruhi kinerja perusahaan.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dari sumber yang sama juga disebutkan bahwa biasanya pria juga enggan memeriksakan dirinya ke tempat yang tepat karena khawatir dianggap lemah. 

 

2.    Dampak Sosial

Ternyata toxic masculinity tidak hanya berdampak pada individunya tetapi juga pada lingkungan Anda secara umum. Toxic masculinity akan menganggap bahwa agresi dan kekerasan adalah hal yang bisa dilakukan untuk memecahkan masalah. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi lingkungan.

Baca juga: Ini Pentingnya Peran Human Resources dalam Menjaga Kesehatan Mental

 

Bagaimana Cara Mengarasi Toxic Masculinity 

Cara mengatasi masalah toxic masculinity tidak bisa hanya dengan satu jawaban, butuh perubahan sosial seperti stereotip gender dan stigma mengenai kesehatan mental.

Namun, jika Anda seorang pria yang merasakan adanya masalah dengan toxic masculinity, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi dampak toxic masculinity dalam kehidupan Anda sendiri maupun kehidupan orang-orang di sekitar Anda, yaitu:

 

1. Jujur pada Diri Sendiri

Anda tidak merasa takut mengakui adanya masalah toxic masculinity pada diri Anda dan Anda memiliki keinginan untuk mengubahnya.

Baca juga: 5 Tips Jaga Kesehatan Mental

 

2. Tidak Menyalahkan Diri Sendiri

Anda tidak fokus menyalahkan diri sendiri jika sebelumnya Anda lebih banyak mengandalkan kekuatan fisik atau lebih agresif dalam menyelesaikan masalah. Sebaliknya, Anda fokus pada di mana Anda berada dan bagaimana Anda memperbaikinya.

Baca juga: 4 Tips Jaga Keseimbangan Kesehatan Fisik dan Mental

 

3. Konsultasi dengan Ahli

Jika Anda merasakan tekanan atas standarisasi sosial toxic masculinity, jangan ragu berkonsultasi ke Psikolog. Selain itu Anda juga bisa melakukan konsultasi kepada Psikolog di website Daya.id melalui fitur Tanya Ahli.

Anda juga bisa membaca informasi dan tips lain seputar kesehatan mental di website www.daya.id melalui fitur Tips dan Info Terkini. 

Tentu tidak hanya kesehatan, Anda juga bisa mendapatkan manfaat lain dari website ini tanpa dipungut biaya. Anda cukup mendaftar dan login saja, maka Anda bisa mendapatkan semua manfaat website Daya.id. 

Tak perlu berpikir lagi, yuk segera daftarkan diri Anda sekarang juga.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.8

10 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS