Dirilis

17 Agustus 2023

Penulis

Neysa Nadia, M. Psi., Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Menangis adalah reaksi emosional yang wajar, bahkan memiliki manfaat. Saat menangis, tubuh kita akan merilis hormon endorfin yang membantu meningkatkan mood dan menurunkan level hormon kortisol yang berkaitan dengan stres. Itulah mengapa setelah menangis biasanya kita justru merasa lebih baik. Sayangnya, faktor budaya, stereotip gender, atau stigma di masyarakat masih membuat kita cenderung enggan menangis. Keinginan untuk menangis menjadi sesuatu yang dianggap menganggu, terlebih jika kita merasa tidak ada sebab untuk menangis.

Secara fisiologis, sebenarnya setiap air mata yang diproduksi oleh tubuh kita pasti ada pemicunya. Selain air mata yang diproduksi terus menerus untuk menjaga mata tidak kering dan air mata refleks yang diproduksi jika ada iritasi, hanya ada satu pemicu lain yaitu emosi. Artinya, tangisan kita tidak mungkin tanpa sebab, hanya saja kita masih kesulitan untuk mengidentifikasi atau mengakui penyebab dari emosi yang kita rasakan. Kesulitan ini biasanya terjadi karena beberapa kemungkinan:

 

1.    Tidak terbiasa membicarakan emosi


Jika dahulu kita dibesarkan di lingkungan yang jarang membicarakan dan mengekspresikan emosi, besar kemungkinan sampai dewasa pun hal ini akan terasa canggung. Kita menjadi tidak peka dengan emosi yang hadir. Merasa baik-baik saja padahal ternyata banyak emosi negatif yang tidak dirasa. Inilah yang membuat kita bisa tiba-tiba menangis tanpa menyadari apa sebabnya.

 

2.    Sering menghindari emosi negatif

Mungkin sebenarnya kita sadar saat kita sedang merasa sedih, kecewa, takut, atau marah. Namun, karena menghindari rasa tidak nyaman yang datang bersama emosi-emosi tersebut, kita memilih untuk memendam atau mencari pengalihan. Kebiasaan ini juga bisa disebabkan karena pengalaman tidak menyenangkan di masa kecil saat mengekspresikan emosi negatif, misalnya tidak divalidasi, disalahkan, atau dihukum. Ketika kita mengabaikan suatu emosi, besar kemungkinan emosi tersebut akan kembali lagi, bahkan dengan intensitas yang lebih kuat. Jadi, ketika kita menangis tanpa sebab, mungkin sebenarnya itu adalah bentuk ekspresi dari emosi yang terpendam selama ini.

 

3.    Kelelahan atau burn-out


Burn-out adalah kondisi kelelahan secara fisik, mental, dan emosional akibat stres berkepanjangan. Burn-out biasanya terjadi ketika kita harus memenuhi tuntutan yang sangat tinggi secara terus menerus, sehingga kita kehabisan sumber daya. Jika tubuh kita diibaratkan sebagai handphone, penggunaan yang berlebihan tanpa jeda untuk melakukan charging akan membuat mesin handphone menjadi panas dan lambat. Seperti itulah tubuh kita saat mengalami burn-out. Tubuh kita tidak akan berfungsi dengan optimal. Sistem imun kita menurun dan sensitivitas kita meningkat. Hal-hal yang biasanya bukan masalah besar akan terasa sangat mengganggu karena beban emosional kita sudah berat dari tekanan yang dialami. Jadi, jika kita sering tiba-tiba menangis, bisa jadi penyebabnya karena kita sedang kelelahan secara emosional.

 

Tips Mengatasi Sering Tiba-Tiba Menangis

Saat mendapati diri kita menangis, tidak perlu terlalu memikirkan apa penyebabnya atau terburu-buru memaksakan diri untuk berhenti. Jika waktunya sedang tidak tepat, boleh saja menggunakan pengalihan sementara seperti memikirkan momen lucu atau bahagia dan juga mengatur nafas agar kembali stabil. Namun, penting untuk duduk kembali bersama emosi tersebut saat waktunya sudah tepat.

Selain itu, berlatihlah meningkatkan keterampilan regulasi emosi dengan memulai langkah pertamanya terlebih dahulu, yaitu membiasakan menyadari, mengenali, dan menerima emosi apapun yang kita rasakan. Alokasikan waktu khusus setiap hari (misalnya malam hari sebelum tidur) untuk merefleksikan “emosi apa yang dominan dirasakan hari ini?”. 

Catat dalam sebuah buku dan temukan cara yang paling nyaman untuk mengekspresikannya. Boleh menggunakan kata-kata (misalnya menulis bebas atau sekadar memberi label nama emosi), menggunakan warna yang menggambarkan suasana hati, atau bisa juga mencari lagu yang paling mewakili emosi saat itu. Dengan mengizinkan diri kita untuk merasakan emosi sekecil apapun itu, diharapkan tidak ada lagi emosi terabaikan yang lama kelamaan menumpuk dan tumpah menjadi ‘tangisan tanpa sebab’.

Namun, jika kemungkinan-kemungkinan di atas tidak sesuai dengan kondisi Anda, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Menangis tanpa sebab juga mungkin dialami oleh orang-orang dengan masalah kesehatan mental (seperti depresi dan kecemasan), ketidakseimbangan hormon, atau penyakit yang menyebabkan gangguan syaraf seperti Parkinson, Alzheimer, atau stroke.

Jika sobat Daya memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah ini atau terkait masalah psikologi lainnya? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Foto : Freepik.com

Penilaian :

4.8

13 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Mega Pratama

06 Desember 2023

Sebuah artikel yang sangat inspiratif, terutama bagi mereka yang ingin lebih tahu.

Balas

. 0

Maudi Rea Cahyati

04 Desember 2023

wuiiih, thanks infonya kak. Sangat memberikan informasi yang bermanfaat.

Balas

. 0

Roy Ivan Fidelis

30 November 2023

Terimakasih infonya. Kebetulan saya juga kadan suka nangis sendiri tanpa ada masalah apa-apa Emang bener sih, masalah hormon aja.

Balas

. 0

Roy Ivan Fidelis

30 November 2023

Terimakasih infonya. Kebetulan saya juga kadan suka nangis sendiri tanpa ada masalah apa-apa Emang bener sih, masalah hormon aja.

Balas

. 0

Dea Indah Riani Putri

25 September 2023

Trimakasih infonya

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi

Psikolog Klinis Dewasa

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS