Informasi Artikel

Penulis Artikel

Andi Dala Nadhifa Asmarani

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), utang Paylater masyarakat Indonesia mencapai Rp30,36 triliun pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan betapa tingginya ketergantungan pada metode pembayaran yang menawarkan kemudahan. PayLater memang memberikan fleksibilitas, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak, tagihan yang terus bertambah dapat membebani keuangan pribadi.

Satu alasan yang sering memicu kebiasaan berutang adalah pola belanja impulsif yang didorong tren dan rekomendasi influencer. Jika tagihan PayLater mulai membengkak, mungkin ini saatnya mengenal konsep Deinfluencing. Alih-alih mengikuti tren konsumtif, konsep ini mendorong Anda untuk lebih sadar terhadap keputusan finansial Anda. 

Simak artikel ini hingga akhir untuk memahami bagaimana deinfluencing dapat membantu kita keluar dari jebakan konsumsi berlebihan.

 

Mengenal Deinfluencing: Kenapa Kita Mudah Terpengaruh?

Secara bahasa, deinfluencing berarti menghilangkan pengaruh. Dari definisi itu kita dapat mengartikan tren deinfluencing sebagai upaya untuk mengurangi godaan atau pengaruh dari iklan di media sosial, terutama dari rekomendasi influencer

Di era digital, media sosial menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi keputusan belanja. Setiap hari, kita dibombardir dengan konten dari influencer yang merekomendasikan berbagai produk, mulai dari fashion, skincare, hingga gadget terbaru. Dengan kemasan promosi yang menarik dan testimoni yang meyakinkan, kita sering kali tergoda untuk membeli sesuatu tanpa berpikir panjang.

Lebih parahnya lagi, kemudahan pembayaran dengan sistem PayLater semakin mempercepat keputusan impulsif tersebut. Tidak perlu menunggu gajian atau menabung, satu klik saja, barang langsung dikirim. Namun, kebiasaan ini bisa berdampak buruk pada keuangan pribadi. Tanpa disadari, tagihan menumpuk, bunga bertambah, dan akhirnya kita terjebak dalam utang yang sulit dilunasi.

Itulah mengapa muncul konsep deinfluencing yang membantu kita lebih sadar terhadap kemampuan finansial dan menghindari pembelian impulsif yang tidak benar-benar dibutuhkan. Dengan menerapkan deinfluencing, kita bisa lebih selektif dalam berbelanja dan mulai mengutamakan kebutuhan daripada sekadar keinginan.

Baca Juga: Daya Beli Lesu Tapi Produk Viral Tetap Laku, Inikah Lipstick Effect?

 

Manfaat Deinfluencing

Mengadopsi gaya hidup deinfluencing bisa menjadi langkah awal untuk menyelamatkan kondisi finansial. Berikut beberapa manfaat yang bisa Anda rasakan:

 

1.    Menghemat Pengeluaran

Dengan lebih kritis terhadap rekomendasi di media sosial, Anda bisa menekan keinginan belanja impulsif dan hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan.

 

2.    Menjaga Stabilitas Keuangan

Dengan tidak mudah tergoda tren, Anda dapat lebih fokus dalam mengalokasikan uang untuk kebutuhan yang lebih penting, seperti dana darurat dan investasi.

 

3.    Mengurangi Stres Finansial

Tagihan PayLater yang terus menumpuk bisa menjadi beban pikiran. Dengan mengurangi kebiasaan belanja berlebihan, kondisi mental pun menjadi lebih tenang dan stabil.

 

4.    Membantu Mengembangkan Pola Pikir Kritis

Anda akan lebih selektif dalam menilai kebutuhan, tidak sekadar mengikuti arus tren yang bisa merugikan dalam jangka panjang.

 

Cara Menerapkan Deinfluencing dalam Kehidupan Sehari-hari

Menerapkan deinfluencing bukan berarti harus berhenti berbelanja sepenuhnya, melainkan lebih kepada mengembangkan pola pikir yang lebih kritis terhadap rekomendasi yang Anda lihat di media sosial. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:

 

•    Evaluasi Kebutuhan Sebelum Membeli

Sebelum menekan tombol "beli sekarang," tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar Anda butuhkan atau hanya keinginan sesaat akibat pengaruh media sosial.

 

•    Batasi Konsumsi Konten Yang Mendorong Konsumtif

Jika Anda merasa mudah terpengaruh oleh influencer yang terus-menerus mempromosikan produk, cobalah kurangi mengikuti akun-akun tersebut dan gantilah dengan akun yang lebih edukatif tentang keuangan.

 

•    Biasakan Untuk Menunda Pembelian

Setiap ingin membeli sebuah barang, jangan langsung menekan tombol “check out”. Cobalah untuk menunda pembelian selama beberapa hari untuk melihat apakah barang tersebut masih terasa penting setelah emosi pembelian impulsif mereda.

 

•    Gunakan PayLater dengan Bijak

Jika harus menggunakan PayLater, pastikan Anda memiliki strategi pembayaran yang jelas dan mampu melunasinya sebelum jatuh tempo agar tidak terbebani bunga dan denda.

Baca Juga: Pengeluaran Keuangan Membengkak? Hati-Hati Lifestyle Creep!

Utang PayLater yang terus membengkak adalah tanda bahwa kita perlu mengubah pola konsumsi. Tren deinfluencing hadir sebagai solusi untuk membantu kita lebih bijak dalam mengelola keuangan. Dengan menerapkan konsep ini, kita bisa lebih selektif dalam berbelanja, menghindari utang yang tidak perlu, dan membangun kebiasaan keuangan yang lebih sehat. Yuk, terapkan deinfluencing mulai dari sekarang dan selamatkan keuangan Anda dari jebakan utang yang menumpuk!

Jika Anda memiliki pertanyaan soal pengelolaan keuangan lainnya, Anda dapat berkonsultasi langsung dengan ahli keuangan melalui website ini. Segera log in ke daya.id dan manfaatkan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.7

3 Penilaian

Artikel Terkait

5.0
Pengelolaan Dasar

Tips Atur Keuangan untuk Anak Muda, Seimbangkan Gaya Hidup dan Masa Depan

25 Oktober 2023

4.8
Pengelolaan Dasar

Makan Tabungan, Menggerus Simpanan Masa Depan Demi Kebutuhan Masa Kini

20 Desember 2024

4.9
Pengelolaan Dasar

Ingin Pinjaman Dana Disetujui Bank? Ketahui Persyaratan Berikut Ini!

30 Januari 2023

Artikel Ahli
4.8
Pengelolaan Dasar

Sewa Barang, Mengapa Tidak? Ini Keuntungan dan Kerugian yang Perlu Anda Pertimbangkan

17 Mei 2024

Berikan Pendapat Anda

0 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS