Berkat Keteguhan Hati, Sukses Menyusui Buah Hati

Dirilis

24 September 2018

Penulis

Tim Penulis Daya Sehat Sejahtera

Narasumber

Aldila Citra Aulia

Pekerjaan

Karyawan Swasta

Aldila atau yang kerap dipanggil Dila, merupakan seorang karyawati dan juga seorang ibu. Dengan keteguhan hati, Dila sukses memberikan ASI pada buah hatinya.

Dila awalnya belum terlalu paham tentang ASI. Berawal dari teman-temannya yang bercerita tentang ASI saat mengikuti kelas hypno-birth, ia mulai membeli dan membaca buku-buku tentang menyusui.  Dila tidak mau mengulangi pengalaman ibunya yang gagal memberikan ASI kepadanya karena kurangnya bekal pengetahuan terkait ASI. Lain ceritanya dengan sang adik yang diberi ASI. Dila merasa bahwa ikatan atau bonding antara adik dan ibunya jauh lebih erat dibandingkan ikatannya dengan sang ibu. Berangkat dari latar belakang tersebut, ditambah informasi yang diperoleh dari banyak literatur terkait manfaat ASI, Dila bertekad untuk memberikan ASI pada buah hatinya.

Lika-liku Dila Memberikan ASI Pertama Kali
Keputusannya untuk memberikan ASI kepada anaknya pun ia sampaikan pada suaminya. Hal ini ia lakukan karena ia sadar meski mempunyai niat awal yang kuat, dirinya bisa saja goyah di tengah jalan. Berharap suami sebagai support system dapat mendukung dan menguatkan komitmennya.

Dila melahirkan anak pertama pada tahun 2011, dimana saat itu banyak terjadi kasus tenaga kesehatan yang menyalahi kode etik pemasaran susu formula, salah satunya adalah rumah sakit dimana Dila melahirkan. Beberapa kesalahan yang dilakukan rumah sakit tersebut adalah tidak memberikan edukasi yang benar tentang pemberian ASI dan malah memberikan bingkisan susu formula ketika pulang.

Sebulan kemudian, Dila kembali untuk kontrol rutin perkembangan bayinya. Dokter menyatakan bahwa kenaikan berat badan bayinya kurang dari kenaikan berat badan normal dan langsung diresepkan susu formula. Dila menyakini bahwa pemberiaan ASI adalah yang terbaik. Dila berpindah konsultasi ke konselor laktasi, benar saja, ternyata pelekatan bayi saat menyusu yang dilakukannya selama ini salah. Setelah diajarkan pelekatan yang benar, dalam seminggu kemudian berat badan bayi naik sesuai harapan dan tidak perlu tambahan susu formula.

Tetap memberikan ASI meski bekerja
Pekerjaan Dila mengharuskan dia sering berkunjung ke kantor-kantor cabang dan lokasi-lokasi nasabahnya di luar kantor dengan menggunakan transportasi motor. Dila sempat melewati satu kali waktu memerah ASI, namun dia merasa volume ASI yang dihasilkan sama saja. Dila berpendapat bahwa memompa ASI setiap 2 jam dengan 4 jam tidak berpengaruh pada volume ASI karena hasilnya sama saja. Dengan demikian Dila terus memompa ASI-nya setiap 4 jam dalam seminggu.

Setelah seminggu berlalu, volume ASI Dila menurun secara drastis. Ia baru ingat bahwa dalam seminggu terakhir, terjadi penurunan volume ASI perlahan-lahan saat dirinya memompa ASI setiap 4 jam. Setelah membuka-buka kembali bukunya, ternyata jarak memompa ASI yang jauh membuat produksi ASI menurun. Ternyata menjaga interval waktu memerah ASI penting untuk menjaga volume produksi ASI.

Segala macam usaha dilakukan oleh Dila untuk menjaga interval waktu memerah ASI, mulai dari memerah ASI di atas motor saat perjalanan dinas, berdebat dengan atasan dan mengacuhkan segala omongan negatif rekan kerjanya, serta menggunakan fasilitas kantor seadanya untuk bisa memerah ASI (gudang atau toilet)

Perjuangan belum berhenti
Saat bayinya masih berusia 5 bulan, Dila sempat sakit sampai pingsan karena mengalami malnutrisi.. Meski dalam keadaan sakit dan produksi ASI menurun, Dila tetap keukeuh memberikan ASI pada bayinya. Menurut literatur yang dia baca, meskipun ibu malnutrisi, ASI tetap mengambil nutrisi terbaik dari ibunya. Alhasil untuk memulihkan kondisinya, Dila harus makan daging 400 gram per hari.

Tidak berhenti di situ saja ujian yang menimpa Dila. Volume hasil perahannya menurun drastis hingga 50 ml dari yang biasanya 200 ml sekali pumping, padahal kondisinya sudah pulih. Orang tua Dila berkunjung dengan membawa beberapa kaleng susu formula yang kemudian memancing perdebatan dengan Dila. Dila tetap bersikukuh untuk memberikan ASI. Menghadapi situasi seperti itu, suaminya pun mengirimkan artikel tentang “bingung puting” dan memberi nomor telepon hypno-breastfeeding.

Setelah bertemu dengan konselor hypno-breastfeeding, ditarik kesimpulan bahwa anaknya mengalami “silent bingung puting” yang disebabkan oleh penggunaan dot dalam pemberian ASIP (ASI Perah). Dalam keadaan ini, anak tampak menyusu normal tapi daya hisapnya melemah karena terbiasa memakai dot sebagai media memperoleh ASIP. Kondisi seperti ini menyebabkan ASI dari Dila tidak dapat keluar ketika bayinya menyusu langsung, sehingga berakibat pada penurunan volume ASI yang diproduksi. Solusinya adalah relaktasi. Dalam proses relaktasi, anak didekap terus menerus selama seminggu, seperti belajar menyusu dari awal lagi. Dengan demikian, refleks menyusunya kembali perlahan-lahan.

Sempat mengalami mastitis
Ketika telah melewati usia setahun, anak Dila sempat terjatuh dan menyebabkan giginya patah sehingga jadi jarang menyusu karena kondisi gigi yang tidak nyaman. Lama-kelamaan Dila pun merasakan sakit dan bengkak pada payudara kirinya. Segala cara sesuai panduan buku sudah dilakukan oleh Dila, tapi ASI tidak juga keluar ketika diperah sehingga payudaranya makin membengkak.

Akhirnya Dila mengunjungi Klinik Laktasi di salah satu Rumah Sakit Swasta dan menjalani breast care. Segala perjuangan yang telah dijalani oleh Dila berbuah manis karena dia sukses menyusui buah hatinya.

Tips ala Dila
  • Niatkan dari awal.
Banyak godaan di saat menyusui, maka perlu niat yang kuat sejak awal. Dila biasa menyebutnya “menyusui dengan keras kepala”. Jangan lupa mengomunikasikan niat ini kepada support systemnya, seperti suami atau orang tua.
  • Jaga interval memompa ASI.
Meskipun dirasa saat pumping per 2 jam atau 4 jam, hasilnya sama aja, tetapi hasil jangka panjangnya akan berbeda. Semakin jarang pompa ASI, tubuh akan merespon bahwa kebutuhan sang anak menurun, sehingga produksi ASI pun berkurang. Jadi jaga interval pompa ASI.
  • Manfaatkan fasilitas ruang menyusui.
Bila tempat kerja menyediakan ruang menyusui, gunakalah. Atau bila dirasa repot, memompa ASI  di meja pun bisa dilakukan.
  • Hindari penggunaan dot.
Penggunaan dot menyebabkan bingung putting, mengganggu pertumbuhan gigi, resiko terinfeksi dan menghambat kemampuan bicara.
  • Menyapih anak tergantung psikologis ibunya.
Kalau ibunya tidak rela melepas/menyapih anaknya, prosesnya akan lama. Maka perlu kesiapan dari ibunya juga.

 

Penilaian :

5.0

3 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS