Lupus Bukan Penghalang untuk Tetap Aktif

Dirilis

15 Juni 2022

Penulis

Dini Fitriani Nugraha

Narasumber

Marantika Fajar Wati

Pekerjaan

Penyelia Kesehatan Lingkungan

Marantika Fajar Wati atau akrab disapa dengan Tika, merupakan seorang supervisor kesehatan lingkungan di RS Husada. Tika adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara dan merupakan anak kembar. Tika dan saudara kembarnya berjuang melawan penyakit lupus sejak tahun 2017. Lupus adalah penyakit autoimun atau dengan kata lain sistem imun yang seharusnya melindungi tubuh malah menyerang jaringan dan organ yang sehat sampai menyebabkan peradangan atau infeksi. 

 

Awal Terdiagnosis Lupus 

Dimulai dari kembaran Tika yang memiliki ruam menyerupai kupu-kupu pada bagian pipi di tahun 2013 yang kemudian hilang dengan mengonsumsi kapsul herbal dan obat-obatan sejenis. Namun, pada tahun 2016 ruam tersebut kembali muncul. Saat diperiksa ke Puskesmas, dokter hanya bilang kalau ruam tersebut merupakan efek samping dari kosmetik. Padahal pada saat itu, kembarannya tidak menggunakan kosmetik. Akhirnya orang tuanya meminta untuk dirujuk dengan pertimbangan kondisi ruam tersebut.

Ketika berhasil dirujuk, kembarannya bertemu dengan dokter kulit yang pernah menjadi pembicara seminar Lupus. Beliau tidak langsung bilang diagnosa, hanya dirujuk ke poli penyakit penyakit dalam konsultan alergi imunologi, setelah dirujuk, langsung diarahkan ke RSCM untuk pemeriksaan lanjutan. Pada Januari 2017 kembaran Tika kembali diperiksa dengan dokter yang berbeda dan terdiagnosis lupus.

Saat itu, Tika tidak mengalami gejala yang sama dan masih aktif mengikuti organisasi di kampus serta berkuliah seperti biasa. Namun dalam jarak waktu yang tidak cukup lama, Tika mulai merasakan kelelahan yang tidak wajar, kerontokkan rambut yang sangat parah seperti pasien kanker, dan mengalami pembengkakan di 7 ruas sendi, dimana jarinya hanya dapat mengepal dan tidak dapat terbuka, sudah dikompres namun semakin membengkak. 

Oleh karena itu, Tika memeriksakan diri ke Puskesmas dekat rumahnya. Awalnya dikira kelelahan karena aktivitas yang terlalu banyak dan efek samping dari praktikum yang dijalani karena sempat kontak dengan bakteri. Namun saat diperiksa, dokter di Puskesmas mengatakan “Kembaran kamu punya lupus ya? Mungkin kamu juga mengalami hal yang sama.” 

Penyakit Seribu Wajah

Setelah itu, Tika langsung mendaftar ke salah satu rumah sakit swasta di Depok. Dokter yang menangani segera memberikan surat rujukan ke RSCM agar mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lengkap karena gejala yang dialami cukup banyak. Seperti yang kita ketahui, penyakit lupus juga disebut dengan penyakit seribu wajah karena dapat menyerupai penyakit lain. 

Tika pernah diduga memiliki kanker dan Tuberkulosis (TB) karena memiliki tanda gejala yang menyerupai penyakit tersebut, seperti penurunan berat badan yang drastis, batuk, sering jatuh, rambut rontok, dan pembengkakan sendi. Namun, semua hasilnya negatif. 

Kemudian saat melakukan pemeriksaan Anti Nuclear Antibody (ANA) didapatkan hasil positif dan ditemukan lupus pada sistem muskuloskeletal. Adapun sistem musculoskeletal adalah sistem yang terdiri dari otot, jaringan ikat, saraf, tulang, dan sendi. 

 

Bersyukur Tapi Takut

Saat pertama kali didiagnosis lupus, Tika merasa bersyukur karena cepat ditemukan dan segera mendapat penanganan medis sebelum organ lain terkena. Namun di sisi lain, Tika merasa takut dan khawatir akan masa depan. Takut tidak bisa beraktivitas normal, takut tidak kuat menjalani, takut akan stigma masyarakat tentang penyakit lupus yang tidak bisa jalan, pemalas, lemah, suka mengeluh, dan berbagai macam omongan negatif. 

Namun saat mengikuti world lupus day di RSCM, Tika bertemu dengan komunitas yang juga menderita lupus. Dia mendapat nasihat, “Kalau kamu kena penyakit, ya nggak apa-apa untuk berbagi. Bukan untuk dikasihani dan segala macam, tapi untuk memberi tahu kalau status kita adalah orang sakit,” cerita Tika. 

Banyak perubahan yang dialami oleh Tika sejak terdiagnosis, seperti muncul jerawat, muka bengkak (moon face) akibat efek samping obat, kelebihan sendi karena pembengkakan, menjadi lebih selektif dalam berteman karena tidak semua orang dapat menerima kondisi Tika yang sekarang, serta berdampak pada mental karena perasaan tidak percaya diri dan sindiran yang diterima dari orang-orang seperti malas dan sebagainya. 

Meskipun begitu, Tika tidak berkecil dan selalu termotivasi untuk tetap produktif. Tika bertekad untuk tidak menjadi beban bagi orang lain dan ingin hidup mandiri. 

Dengan dukungan yang didapat dari keluarga, teman dekat, komunitas sesama lupus, dosen, dokter dan direktur di tempat kerja, Tika dapat lulus tepat waktu dan bekerja seperti orang-orang di usianya. Namun, tetap memerhatikan kondisi dan beraktivitas semampunya. Jika merasakan stres, hal yang dilakukan adalah memblokir dan menjauhi kontak orang-orang yang membuat tidak nyaman serta fokus ke hal yang membuat diri menjadi lebih baik.
 
 

Jangan Konsumsi Herbal

Saat ini, pengobatan yang rutin dilakukan adalah mengonsumsi obat Hydroxychloroquine untuk meredakan sakit dan peradangan. Kondisi kesehatan pun sudah lebih baik. Selain bekerja di RS Husada, Tika juga aktif mengikuti komunitas lupus seperti komunitas lupus sehati, lupus RSCM, Yayasan lupus Indonesia sebagai panitia acara, moderator, atau peserta seminar dan sharing session. Bergabung dengan komunitas membuat Tika lebih semangat menjalani hidup karena dipertemukan dengan orang-orang yang dapat saling memahami, saling peduli, dan saling membantu satu sama lain.

Adapun pesan yang ingin Tika sampaikan kepada sesama pejuang lupus adalah patuhi apa kata dokter, dan jangan mengonsumsi obat herbal dengan klaim yang tidak masuk akal, seperti dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Lebih baik langsung ke dokter agar diberikan obat yang sesuai karena kondisi tiap orang berbeda dengan demikian diperlukan penanganan yang berbeda pula. 

Meskipun tidak ada pantangan terhadap makanan dan minuman tertentu, tapi tetap konsumsi makanan dengan gizi seimbang. Hindari makanan yang mengandung msg dan lebih memerhatikan apa yang dimakan, misal saat makan seafood muncul gatal-gatal dan tanda-tanda alergi, sebaiknya hindari makanan tersebut. 

Terakhir, jangan lupa untuk tetap berolahraga minimal 2 kali seminggu atau sesuaikan dengan kemampuan diri.

Anda juga bisa sukses seperti Tika. Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah penyakit dan informasi kesehatan lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Penilaian :

5.0

4 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS