Penyintas Kista Ovarium: Jaga Pola Hidup Sehat Agar Tidak Kambuh Lagi

Dirilis

19 April 2022

Penulis

Dini Fitriani Nugraha

Narasumber

Nyi Layung Sari

Pekerjaan

Mahasiswa

Nyi Layung Sari yang akrab dipanggil Layung merupakan seorang penyintas dari penyakit polycystic ovary syndrome (PCOS) atau yang umum dikenal dengan kista ovarium. Kista ovarium merupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon reproduksi. Biasanya PCOS terjadi pada perempuan yang berusia produktif. Normalnya, perempuan akan mengalami menstruasi atau haid secara teratur di tiap bulannya. Mamun pada pasien PCOS, mereka mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur bahkan tidak haid sama sekali.

Para pasien PCOS jika tidak segera melakukan penanganan yang tepat dapat berisiko tinggi untuk terkena diabetes tipe 2, infertilitas (gangguan kesuburan), keguguran atau kelahiran prematur, depresi, kecemasan, gangguan makan, perdarahan uterus abnormal, dan kanker endometrium.

 

Berawal dari Haid Tidak Teratur

Saat pertama kali layung didiagnosis PCOS, dia sangat terkejut dan tidak percaya, serta merasa takut, karena di usianya yang masih terbilang muda, yaitu 20 tahun, dia menderita penyakit yang sifatnya seumur hidup. Hal yang paling ditakuti adalah dia takut tidak bisa hamil. 

Awal mula Layung bisa didiagnosis PCOS adalah jadwal haid yang tidak teratur seperti 2 bulan sekali, dan setiap haid hanya keluar flek saja serta tidak mengalami perdarahan sebagaimana perempuan lain saat mengalami menstruasi. Berdasarkan hal tersebut, Layung pun curiga dan mengajak ibunya untuk memeriksakan diri ke dokter. Saat pemeriksaan pertama, dokter mengatakan kalau rahim Layung baik-baik saja dan meresepkan obat penyubur. Setelah rutin meminum obat tersebut, siklus haid Layung pun mulai teratur. Namun, pada Desember 2020 situasi yang sama terjadi dan kembali memeriksakan diri ke dokter yang sama. 

Kemudian Layung melakukan pemeriksaan USG dan dibilang tidak ada masalah apa-apa, serta kembali diresepkan obat penyubur. Tetapi kali ini obatnya tidak bekerja, sehingga Layung melakukan pemeriksaan lengkap (USG, tes darah, dan pemeriksaan medis lainnya). Dan didapatkan hasil bahwa hormon reproduksinya tidak normal. Kemudian dokter menyatakan kalau Layung mengidap kista ovarium dan merujuk ke dokter lain. Namun, karena masih belum percaya, ibunda mengajak Layung untuk periksa di rumah sakit lain. 

Kemudian Layung melakukan pemeriksaan ulang di RS Khusus Bedah Rawamangun dan dinyatakan bahwa Layung memang mengidap kista ovarium, karena hormon reproduksinya sangat tidak seimbang. Layung juga menambahkan kalau tanda dan gejala terkena PCOS adalah munculnya jerawat yang berlebihan, sakit perut di bagian bawah selama 1-2 hari, pertumbuhan bulu yang tidak wajar dibagian punggung dan dada. Namun, gejala setiap orang dapat berbeda.

 

Diet Ketat dan Terapi Akupuntur

Setelah didiagnosis, Layung mulai menjalani diet ketat dengan mengurangi konsumsi karbohidrat, tidak diperbolehkan mengonsumsi nasi putih, makanan atau minuman manis, goreng-gorengan, junk food, dan hanya diperbolehkan konsumsi karbohidrat kompleks (nasi merah). Lalu setiap makan, di piring harus selalu ada sayur, rutin konsumsi buah setiap hari, serta mengganti gula yang biasa dikonsumsi dengan sweetener

Sembari melakukan diet yang ketat, Layung juga melakukan terapi akupuntur yang bertujuan untuk melancarkan haid dan membantu menangani PCOS, namun terapi tersebut tidak memberikan efek apapun. Selain itu, Layung pun rutin melakukan kontrol tiap minggu. Sampai pada kontrol selanjutnya, dokter mengatakan ada kista yang berukuran besar sekitar 5x5 cm, dan sel telur yang kecil-kecil, sehingga harus dibuang dengan cara operasi atau Layung akan susah hamil.

Saat mengetahui harus operasi, hal yang Layung rasakan adalah perasaan takut akan dibedah dan pikiran aneh lainnya. Namun, karena tidak ada cara lain dan Layung sangat ingin sembuh, maka ia pun memilih untuk dioperasi. Ini merupakan pilihan yang tidak mudah dan menyita banyak waktu, karena sebelum operasi Layung harus ke dokter spesialis penyakit dalam, dokter anestesi, dan dokter lainnya setiap minggu bahkan setiap hari, sedangkan Layung masih berstatus mahasiswa aktif di perguruan tinggi negeri. 

 

Operasi, Diet, dan Berolahraga

Saat hari H operasi, 2 kista diangkat dan sel telur yang kecil-kecil dilaser. Operasi dilakukan dalam kondisi sadar dengan hanya membius sebagian, sehingga efek setelah operasi Layung merasakan sakit yang luar biasa, seperti ibu yang melahirkan dengan cara caesar. Selama 4 hari Layung terbaring di rumah sakit dan tidak dapat melakukan apapun karena sulit bergerak, bahkan untuk bangun dari tempat tidur. Dia merasa sangat senang jika bisa menggerakan kaki. 

Kemudian, untuk pengobatan pascaoperasi, Layung harus mengonsumsi obat gula (metmorfin), pil kb, profertil, dan obat penyubur lain yang tidak boleh putus selama 6 bulan, suntik vitamin 2 bulan sekali, serta berolahraga minimal 5 kali dalam seminggu dan harus bergerak, juga menjaga pola makan dengan diet ketat, seperti pantang minum kopi atau minuman manis, karena jika makan-minum sembarangan dapat memicu pertumbuhan kista. 

Layung yang memang hobi olahraga, tidak keberatan untuk melakukan olahraga secara rutin, seperti yoga 60 menit per hari atau ke gym 3 kali seminggu. Namun, diet ketat yang dilakukan dirasa terlalu berat. Perawatan tersebut konsisten dilakukan Layung sembari menjalani kuliahnya. Meskipun sibuk karena tugas kuliah yang semakin banyak dan berat, ia menjalani itu semua, tetapi PCOS tidak mengganggu kegiatan Layung. Katanya, “Lumayan berat sih, tapi jalanin aja. Sudah berdamai dan ikhlas juga dengan PCOS.”

Motivasi Layung untuk bertahan melewati masa-masa sulit, seperti rutin minum obat serta menjalani diet ketat yang memaksa dirinya untuk berhenti mengonsumsi makanan-minuman kesukaannya, adalah dia ingin sembuh dan tidak ingin dioperasi untuk kedua kalinya.

 

Dukungan Keluarga dan Teman

Layung sangat bersyukur karena memiliki keluarga dan teman-teman yang selalu mendukungnya, seperti ibunda dan kakak yang rela bolak-balik rumah sakit dan merawat Layung selama di rumah sakit, teman-temannya yang selalu membantu meringankan tugas kuliah dan memberikan perhatian dengan rutin menanyakan kabar atau kondisi melalui video call, serta mengirimkan makanan untuk menghibur Layung. Selain itu, jika Layung mengalami stres atau jenuh dengan diet ketat, dia akan melakukan “cheating day” seminggu 2 kali dengan mengonsumsi minuman kesukaannya (matcha) sebagai cara untuk mengatasi stres yang dialami.

Saat ini kondisi Layung sudah lebih baik dari sebelumnya, haid sudah teratur, dan gejala sudah diminimalisir dengan pola hidup sehat yang ketat (rutin berolahraga dan menjaga asupan). Ada pesan yang ingin disampaikan oleh Layung kepada sesama pejuang PCOS atau perempuan. “Semangat terus dan jangan menyerah. Walaupun kita didiagnosis penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun selalu percaya kalau bisa sembuh. Tetap jaga pola hidup sehat karena itu yang paling utama. Jangan malas untuk olahraga. Kita juga bisa hamil dengan bantuan program yang disediakan oleh dokter.” ujarnya.

Berdasarkan pengalaman Layung tersebut, semoga dapat menginspirasi kita untuk memulai dan menerapkan secara rutin pola hidup sehat dari menjaga pola makan serta jangan malas berolahraga karena penyakit tidak mengenal usia. Lebih baik mencegah daripada mengobati, jadi sebelum terkena penyakit sebaiknya kita lebih mawas diri karena menjalani perawatan apalagi sampai dioperasi tidak mudah dan membutuhkan proses penyembuhan yang panjang.

Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Penilaian :

5.0

3 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS