Dirilis

18 Maret 2022

Penulis

Dian Wisnuwardhani

Tahukan Anda apabila di tahun 2021 lalu, Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sebanyak 207 anak menjadi korban pelecehan di lingkungan sekolah? Mirisnya, dari data tersebut, 126 anak perempuan dan 71 anak laki-laki dalam rentang usia 3-17 tahun mengalami pelecehan oleh pendidik di sekolah. 

Sementara itu, Januari 2022 ada 25 kasus pelecehan yang tercatat oleh P2TP2A wilayah Tangerang Selatan. Jika Anda ibaratkan dalam satu hari satu kasus, maka dalam satu bulan, hanya lima hari P2TP2A Tangerang Selatan tidak menerima kasus pelecehan. 

Dari kasus yang dilaporkan di atas, 16 laporan merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Sembilan buah kasus lainnya merupakan laporan pelecehan terhadap anak, dengan rincian tujuh buah kasus pelecehan seksual, satu buah kasus pelecehan berbasis daring, dan satu buah kasus penelantaran anak.

 

Pelecehan Sosial di Lingkungan Terdekat

Anda pasti melihat bila kasus pelecehan di lingkungan sosial, baik yang terjadi secara fisik, verbal, hingga seksual, semakin marak terjadi. Kasus pelecehan yang terjadi akhir-akhir ini tidak hanya menimpa orang dewasa, namun juga hingga anak-anak di bawah umur dan orang lanjut usia. 

Dan bila diperhatikan, kasus pelecehan sosial juga terjadi di berbagai tempat yang kerap dianggap aman seperti rumah, sekolah, perguruan tinggi, juga tempat kerja. Dengan kata lain, pelecehan dapat terjadi di ruang terbuka maupun ruang tertutup. 

Pelaku dari pelecehan sosial juga beragam. Siapapun dapat menjadi pelaku pelecehan dan siapapun juga dapat menjadi penyintasnya. Hal ini terlepas dari usia, gender, ras, latar belakang sosial ekonomi, dan lain sebagainya.

Baca juga : Tips menghindari agar tidak dilecehkan

 

Pelecehan dan Agresi Berdampak Negatif

Seperti yang telah kita pahami bersama, pelecehan adalah tindakan menyerang yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, yang dilakukan secara sengaja dan menyebabkan celaka bagi orang lain. Namun begitu, pelecehan dan agresi tidak dapat disamakan. 

Seseorang yang melakukan tindakan pelecehan mungkin saja bertindak dengan agresi, akan tetapi seseorang dengan sifat agresif belum tentu akan terlibat dalam tindakan pelecehan. 

Meski agresi dapat menimbulkan serangan fisik atau verbal, terdapat kemungkinan untuk serangan tersebut bersifat defensif atau impulsif, tanpa adanya niat yang berbahaya. 

Di sisi lain, pelecehan yang sering dianggap sebagai ekspresi agresi, lebih bersifat membahayakan di mana pelakunya bertindak untuk mencelakakan orang lain. 

Meski begitu, hal yang dapat disamakan dari kedua hal di atas adalah, baik pelecehan maupun agresi membawa dampak yang negatif bagi orang yang menerimanya. Dampak tersebut tidak hanya dirasakan pada level individual, namun juga pada level sosial.

Berbagai faktor dapat mempengaruhi timbulnya kecenderungan individu untuk bersikap agresif dan melakukan pelecehan. Status sosial, masalah pribadi, hingga permasalahan sistemik dapat menjadi faktor pencetus. 

Apabila dilihat dari perspektif psikolog Albert Bandura, perilaku agresi timbul oleh adanya pembelajaran sosial. Terjadinya pengamatan langsung terhadap perilaku agresi (dan pelecehan) pada seseorang mencetuskan dorongan untuk menirukan perilaku tersebut. 

Pengalaman yang orang tersebut terima ketika menirukan perilaku tersebut kemudian akan menentukan, apakah perilaku agresi dan pelecehan akan dilakukan kembali atau tidak. 

Misal, pelaku yang melecehkan orang lain tersebut tidak menerima sanksi apapun meski telah mencelakakan orang lain. Maka begitu, ia akan mengulangi perilaku tersebut dan membahayakan lebih banyak orang. 

Di sisi lain, apabila ia menerima hukuman atas perilaku pelecehannya, maka ia akan lebih menimbang perilaku tersebut sebelum melakukannya.

Baca juga : Cara Menghindarkan Anak Dari Cyberbullying 

 

Cegah Pelecehan Sosial

Dengan uraian di atas, maka pertanyaan “Kenapa masyarakat agresif?” dapat terjawab dengan adanya refleksi diri bagi kita sebagai bagian dari kelompok masyarakat tersebut. 

Baik secara langsung maupun tidak langsung, disadari ataupun tanpa disadari, partisipasi kita dalam lingkungan masyarakat memiliki peran yang penting dalam dinamikanya. Tidak terkecuali dalam pencegahan tindakan pelecehan, partisipasi masyarakat merupakan salah satu hal yang berperan untuk meminimalisir terjadinya tindakan tersebut di lingkungan sehari-hari kita. 

Contoh bentuk partisipasi yang dapat kita lakukan sebagai bagian dari masyarakat adalah:

 

•    Kenali Tanda Perilaku Pelecehan

Gencarkan kembali edukasi dan kampanye kepada sesama masyarakat, untuk mengenali tanda-tanda perilaku yang mengandung unsur pelecehan ataupun kekerasan. Dengan begitu, masyarakat akan lebih cermat untuk terhindar dari perilaku tersebut ketika mereka telah memiliki kesadaran. 

 

•    Lindungi Korban dan Penyintas Pelecehan

Berikan perlindungan terhadap penyintas yang mengalami pelecehan di lingkungan sekitar kita. Dibanding memberikan perundungan terhadap mereka, lebih baik jika kita memberi dukungan dan bantuan yang mereka perlukan setelah melalui kejadian tersebut. 

 

•    Dorong Pihak Berwenang Beri Hukuman Setimpal

Kita juga dapat mendorong pihak yang berwenang untuk memberikan hukuman yang setimpal pada pelaku tersebut. Misal, jika pelaku berada di lingkungan sekitar kita, kita dapat meminta bantuan dari Ketua RT sebagai kepala masyarakat terdekat untuk mengusut kasus tersebut dengan pemberian efek jera terhadap pelakunya. Dengan begitu, masyarakat juga akan semakin berani untuk melaporkan tindakan pelecehan, saling melindungi satu sama lain ketika pelecehan terjadi, dan kasus pelecehan pun semakin minim untuk terjadi.

Mari bersama kita cegah pelecehan sosial di lingkungan kita, agar keluarga dan orang-orang di sekitar kita terlindungi dari risiko berbahaya.

Jika Anda punya pertanyaan lebih lanjut, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

4 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Muthmainah Mufidah, M.Psi

Psikolog Klinis Dewasa

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS