Dirilis

28 Juni 2021

Melakukan evaluasi kinerja perusahaan merupakan suatu keharusan. Dengan melakukan evaluasi terhadap perusahaan, Anda bisa tahu bagaimana kinerja usaha perusahaan Anda. Selain itu, bagi Anda yang ingin melakukan investasi pada suatu perusahaan, dengan mengevaluasi perusahaan tersebut Anda dapat tahu, apakah perusahaan tersebut layak atau tidak dijadikan investasi.
Salah satu cara dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan dapat dengan melihat neraca perusahaan tersebut. 

Neraca merupakan sumber informasi penting karena menggambarkan kepemilikan dan kewajiban perusahaan. Neraca dapat dievaluasi dengan tiga kategori pengukuran kualitas investasi, yaitu:
  1. kecukupan modal kerja
  2. kinerja aset dan 
  3. struktur modal.

Nah, dalam artikel ini kita akan mengevaluasi kecukupan modal melalui perhitungan Siklus Konversi Kas atau Cash Conversion Cycle (CCC). Siklus Konversi Kas sangatlah penting karena dapat mengukur kemampuan mengelola dua aset pentingnya yaitu piutang dan inventori secara efisien.


Evaluasi Kinerja perusahaan melalui Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)


Cash conversion cycle menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk mengubah investasi dalam bentuk persediaan menjadi uang tunai. Siklus konversi tunai memiliki formula mengukur jumlah waktu, hari, kemudian perusahaan menggunakannya untuk mengubah input sumber dayanya menjadi uang tunai.

Cash conversion cycle bisa diartikan juga merupakan rumus untuk mengukur seberapa lama kas dalam bentuk inventaris sebelum inventaris tersebut dijual dan berubah menjadu uang tunai.
Rumus siklus konversi kas adalah:

Siklus Konversi Kas = Days Inventory Outstanding + Days Sales Outstanding – Days Payable Outstanding

Berikut penjelasannya:
  • DIO merupakan Days Inventory Outstanding, yaitu persediaan saat ini dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjualnya. DIO dihitung menggunakan perhitungan persediaan hari ini.
  • DSO merupakan Days Sales Outstanding, menunjukkan penjualan saat ini serta waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan uang tunai.
  • DPO merupakan Days Payable Outstanding, menunjukkan hutang saat ini dan kapan perusahaan harus melunasinya. DPO menggunakan perhitungan utang terutang.

Untuk lebih jelas, yuk kita lihat penjelasan per poinnya dalam bahasan berikutnya.


1. Days Inventory Outstanding (DIO)

DIO adalah jumlah hari dan rata-rata yang diperlukan dalam mengubah inventarisnya menjadi penjualan. DIO dapat juga dikatakan rata-rata hari dimana suatu perusahaan menyimpan inventarisnya sebelum menjualnya.

Misalnya perusahaan Derma Jaya:
  •  Inventaris awal sebesar Rp10 Juta 
  •  Persediaan akhir Rp30 Juta
  •  Dengan catatan tahun fiskal berakhir pada 2018 dengan harga pokok penjualan sebesar Rp400 Juta

Maka untuk menghitung DIO nya:
DIO = {[(Rp10 Juta + Rp30 juta) / 2] / Rp400 Juta} X 365 = 18,25
Dari perhitungan ini diketahui bahwa perusahaan memerlukan waktu 18 hari untuk mengubah inventarisnya menjadi penjualan.


2. Days Sales Outstanding (DSO)

DSO adalah jumlah hari dan rata-rata yang dibutuhkan untuk menagih piutang. DSO sering digunakan untuk menghitung hari rata-rata dalam menagih pembayaran pasca penjualan. 

Rumus:
DSO = (Rata-rata Piutang Akun / Total Kredit Penjualan) X 365
DSO=(Rata rata Piutang )/(Total Kredit Penjualan)  x 365

Misalnya perusahaan Derma Jaya melaporkan: 
  • Piutang awal sebesar Rp40 Juta 
  • Piutang akhir Rp60 Juta untuk tahun fiskal yang berakhir 2018 
  • Penjualan kreditnya sendiri sebesar Rp1,2 Miliar. 

Maka DSO perusahaan tersebut adalah:
DSO = {[(Rp.40 Juta + Rp.60 Juta) / 2] /Rp1,2 Miliar} X 365 = 15,20
Artinya perusahaan membutuhkan waktu selama 15 hari untuk menagih piutang.



3. Days Payable Outstanding (DPO)

DPO yaitu jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan untuk membayar kembali utangnya dari kreditor perdagangan, misalnya pemasok. 

Rumus DPO:

DPO=(Hutang Rata-rata )/(Harga Pokok Penjualan)  x 365

Misalnya perusahaan Derma Jaya: 
  • membukukan utang awal sebesar Rp10 Juta dan 
  • Utang akhir Rp20 Juta untuk tahun fiskal yang berakhir pada 2018 dengan 
  • harga pokok penjualan Rp400 Juta 

Jadi DPO perusahaan Derma Jaya:
DPO = {[(Rp.10 Juta + Rp.20 Juta) / 2] / Rp.400 Juta} X 365 = 13.69
Artinya diperlukan waktu 13 hari untuk membayar faktur.


4. Menghitung Cash Conversion Cycle

Dari penjelasan sebelumnya diketahui, untuk menghitung CCC dilakukan dengan rumus: 

Siklus Konversi Kas= Days Inventory Outstanding + Days Sales Outstanding – Days Payable Outstanding. 

Dan dari perhitungan sebelumnya didapat data:
  • DIO = 18.25
  • DSO = 15.20
  • DPO = 13.69

Maka diperoleh:
Siklus Konversi Kas = 18.25+15.20–13.69 = 19.76

Dari perhitungan tersebut perusahaan Derma Jaya memerlukan waktu kisaran 20 hari untuk mengubah investasi kas awal dalam persediaan menjadi uang tunai.

Dari sini kita dapat melihat dengan menggunakan perhitungan Siklus Konversi Kas, Anda dapat menilai seberapa efisien sebuah usaha dalam mengelola modal kerjanya. Semakin pendek waktu yang di butuhkan, maka akan semakin baik perusahaan. Karena artinya perusahaan tersebut dapat memperoleh uang tunai dari penjualan sembari membayar utangnya.

Dengan menghitung Siklus Konversi Kas dapat mengetahui apakah manajemen modal kerja perusahan baik atau buruk. 

Semoga bisa memberikan pemahaman yang baik untuk anda. Sangat menarik bukan? Apabila Anda ingin mengetahui tips lainnya tentang pemasaran, keuangan usaha dan gaya hidup dapat mengunjungi Daya.id dan segera daftarkan diri Anda untuk dapat memperoleh lebih banyak manfaat lagi. 

Apabila Anda masih bingung bagaimana cara mengelola usaha dan ingin berdiskusi lebih banyak lagi mengenai usaha dapat berdiskusi dengan ahli usaha di fitur Tanya Ahli.

Sumber:

Diolah dari berbagai sumber

Penilaian :

5.0

1 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ardhan Ashary Nasution

21 November 2023

Keren informasi nya 👍👍

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS