21 Agustus 2024
Dirilis
Penulis
Lucky Lombu
Ada cara lain yang bisa Anda lakukan agar tidak terjebak perang harga. Karena jika Anda menggunakan perang harga sebagai cara menghadapi kompetitor, Anda dan pelaku dalam industri bisa terjebak dalam aksi balas-membalas, yang berujung kepada margin keuntungan yang rendah, bahkan harga pasar yang terjun bebas. Lalu, apa cara menghadapi kompetitor selain dengan perang harga?
Cara Menghindari Perang Harga
Kenapa perang harga bisa terjadi? Mengutip artikel how to fight a price war di situs Harvard Business Review (HBR), perang harga biasanya bermula dari inisiatif pelaku usaha atau seseorang dalam industri, untuk menurunkan harga di ‘tokonya’ karena merasa harga masih terlalu tinggi. Atau karena ada pelaku usaha yang mau mengambil porsi pasar lebih besar dengan cara memberi harga yang lebih murah.
Memotong harga atau memberi diskon memang umum dilakukan dalam dunia usaha, karena sebagian orang menganggap menurunkan harga jual adalah tindakan yang mudah, cepat, dan harga bisa kembalikan ke awal. Anda mungkin juga pernah melakukan cara ini dalam menghadapi kompetitor?
Masalah muncul ketika Anda menurunkan harga lalu kompetitor-kompetitor Anda membalas dengan memotong harga lebih rendah, dan itu terjadi terus-menurus. Margin keuntungan dalam industri Anda bisa jatuh. Yang bahaya lagi jika Anda malah ‘bakar uang’ sementara modal sebagai bahan bakar tidak cukup banyak untuk berperang dalam waktu yang panjang.
Nah, sebetulnya ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghindari perang harga, bahkan sebelum perang itu terjadi.
• Kesepakatan Penyesuaian Harga
Cobalah membuat kesepakatan dengan kompetitor terkait harga yang rasional dalam industri Anda. Bahkan yakinkan mereka jika Anda akan menghindari perang harga dan memilih cara lain dalam berkompetisi.
Bagaimana jika harga murah adalah selling point Anda? Komunikasikan saja strategi Anda, seperti ‘All Item Rp50.000’, ‘setiap hari harga murah’, dan sebagainya. Karena dengan cara ini Anda seakan mau memberitahu jika Anda berniat berkompetisi dengan cara yang lain, misalnya dengan memperkecil dimensi barang dibanding menurunkan harga.
• Jangan Ubah Harga Anda
Cara lain menghindari perang harga adalah dengan merespon kompetitor menggunakan cara-cara yang tidak melibatkan perubahan harga.
Misalnya seperti yang diceritakan situs HBR, dimana saat krisis moneter menghajar Asia Tenggara pada 1997, dan hotel-hotel mewah menurunkan harga, ada satu hotel mewah yang memilih tidak ikut-ikutan menurunkan harga, melainkan menambah layanan untuk konsumen. Mereka menyambut kedatangan konsumen dari pesawat menggunakan musik dan minuman, bahkan mereka menyediakan layanan perbaikan laptop dan alat elektronik lainnya. Sesuatu yang mungkin menambah biaya operasional, tapi sebaliknya menawarkan keuntungan lebih untuk konsumen.
Cara ini ternyata berhasil. Kenapa? Biasanya, konsumen memilih hotel mewah karena menginginkan layanan istimewa. Sementara penurunan harga bisa berdampak terhadap penurunan layanan dan fasilitas. Belum lagi karena harga menjadi lebih murah, segmen konsumen yang datang menurun ke bawah antara lain backpacker gaduh sehingga membuat hotel kehilangan kesan mewah.
Coba analisis posisi bisnis dan target pasar Anda, tawarkan manfaat lebih dibanding kompetitor, dari pada terjun ke perang harga.
• Ingatkan Risiko Kepada Konsumen
Biasanya ada harga ada kualitas. Maka itu, Anda bisa membuat kampanye yang mengingatkan konsumen risiko membeli sesuatu dengan harga yang lebih murah, yaitu kualitas yang buruk. Cara ini mungkin bisa berhasil jika Anda berkompetisi di industri kesehatan, ibu dan anak, makanan dan minuman, logistik, dan beberapa jenis industri lainnya.
Edukasi konsumen Anda tentang kualitas di balik harga Anda yang mungkin lebih mahal, sekaligus ingatkan mereka tentang risiko kualitas rendah di balik harga murah. Tapi, pastikan Anda juga bisa memenuhi harapan dari konsumen, paling tidak dalam tingkat minimal. Agar mereka tidak kecewa dan kampanye Anda malah berbalik menjadi sesuatu yang negatif.
Hindari Perang Harga
Dalam dunia usaha, kompetisi tidak mungkin Anda hindari. Bahkan kompetisi bisa membantu Anda lebih hidup. Anda jadi waspada dan teringat, bahwa Anda tidak boleh malas jika Anda tidak mau kalah dari kompetitor.
Selain itu, kompetisi bisa membantu Anda mengenal industri Anda sendiri, seperti apa petanya, bagaimana potensinya. Apalagi dalam era kolaborasi seperti saat ini, tidak ada salahnya Anda mendekati kompetitor, ‘berteman’, dan berkompetisi secara sehat.
Sebagai pelaku UMKM, Anda butuh sekutu. Bayangkan betapa menguntungkannya jika Anda berjualan soto, lalu berteman dengan beberapa penjual soto, sehingga Anda bisa menghidupkan sebuah gang yang dikenal orang sebagai daerah mencari soto enak. Anda bisa berkompetisi secara sehat sambil menegaskan teritori usaha Anda bersama-sama.
Untuk bisa mencapai kestabilan tersebut Anda butuh keuntungan sebesar-besarnya, dimana perang harga justru berisiko menurunkan kesempatan itu. Memberi potongan harga adalah hal yang umum dilakukan, tapi lakukan secara rasional, jika perlu, Anda bisa membuat kesepakatan lebih dulu dengan kompetitor, demi menjaga harga pasar.
Selamat berkompetisi secara sehat. Jika Anda butuh saran lebih lanjut, silakan berkonsultas di Tanya Ahli, gratis. Silakan daftarkan Anda di Daya.id.
Sumber:
Berbagai sumber
Tori Ibnu Sanjaya
26 August 2024
sip
Balas
.0
Fando hari susetyo
23 August 2024
Ok gass
Balas
.0
Jefri purwo carito
22 August 2024
Good
Balas
.0