Informasi Artikel

Penulis Artikel

Farraas Afiefah Muhdiar, M.Psi., M.Sc, Psikolog (Tim Arsanara Development Partner)

Beberapa orang tua takut untuk membahas tentang pendidikan seksualitas pada anak, karena merasa bahwa pendidikan seksualitas adalah hal yang tabu. Mungkin Anda salah satunya. Padahal, pendidikan seksualitas justru dapat mencegah anak dari kejahatan seksual serta aktivitas seksual yang tidak bertanggung jawab. Pendidikan seksualitas bukan hanya menyangkut hubungan intim, tetapi juga terkait sistem reproduksi, hubungan yang sehat, menjaga kebersihan organ-organ reproduksi, dan batasan atau consent (persetujuan).

Di era modern ini, mudah sekali bagi anak untuk mengakses informasi apapun, termasuk informasi seputar seksualitas. Apalagi, anak-anak juga kerap memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Menghindari membicarakan tentang seksualitas, apalagi menganggapnya sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan, justru berpotensi untuk membuat anak semakin ingin tahu. Alih-alih dari teman atau dunia maya, orang tua justru sebaiknya menjadi tempat utama anak bertanya dan mendiskusikan hal-hal terkait diri anak, termasuk tentang seksualitas. 

Bagi orang tua yang tidak pernah mendapatkan pendidikan seksualitas saat kecil, membicarakan hal terkait seksualitas mungkin terasa canggung dan janggal. Orang tua perlu berlatih untuk membicarakan hal ini dengan tenang agar anak dapat menerima pesannya dengan baik. Jangan sampai anak merasa topik ini adalah topik yang konyol (karena orang tua tertawa saat membahasnya) atau topik yang menyeramkan (karena orang tua menakut-nakuti anak terkait hubungan seksual, padahal itu adalah hal yang wajar dilakukan setelah menikah).

Saat memberikan edukasi seksualitas kepada anak, gunakan referensi yang terpercaya, yaitu ilmu pengetahuan (misalnya terkait proses reproduksi manusia dan cara menjaga kebersihan diri), serta agama (misalnya dalam menjelaskan batasan-batasan dengan lawan jenis). Berikan anak kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Ingat, rasa ingin tahu anak adalah hal yang sangat wajar dan tidak perlu dikhawatirkan.

 

Pendidikan Seksual untuk Anak Berdasar Usia

Pendidikan seksualitas bisa diberikan sejak dini, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Berikut adalah hal-hal yang bisa dibicarakan dengan anak terkait seksualitas sesuai dengan usia anak:

 

1. Usia 0-2 Tahun

  • Fokus pada pengenalan nama-nama bagian tubuh. Gunakan nama yang tepat untuk alat kelamin anak, seperti penis atau vagina, sama seperti saat memperkenalkan area tubuh yang lain. 
  • Bangun koneksi yang sehat dengan anak, sehingga anak memiliki rasa percaya dan kelekatan yang baik dengan orang tua hingga besar nanti. 


 

2. Usia 3-5 Tahun

  • Ajarkan anak tentang privasi. Jelaskan bahwa ada bagian tubuh (area pakaian dalam) yang tidak boleh disentuh dan diperlihatkan ke orang lain, kecuali orang tua atau pengasuh saat membantu mereka mandi atau ganti baju, serta dokter (dengan pengawasan orang tua).
  • Ajarkan tentang membuat batasan. Jelaskan bahwa anak berhak untuk mengatakan "tidak" jika mereka tidak nyaman disentuh atau diajak melakukan sesuatu. Orang tua juga perlu menghargai batasan-batasan anak (misalnya tidak memarahi anak jika ia menolak untuk dicium oleh kerabat yang tidak terlalu dikenal baik).
  • Ajarkan anak tentang batasan orang lain. Tidak semua orang menyukai apa yang kita lakukan, dan kita harus segera berhenti jika orang tersebut berkata “tidak”, termasuk saat anak bercanda dengan teman.
  • Tanamkan konsep diri anak, termasuk terkait gendernya. Latih anak untuk mengenali perbedaan fisik laki-laki dan perempuan. Tunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan itu setara, tetapi memiliki perbedaan biologis.


 

3. Usia 6-9 Tahun

  • Ajarkan anak untuk membangun relasi yang sehat dengan orang lain. Diskusikan dengan anak jika ada temannya yang membuatnya merasa tidak aman dan nyaman, dan apa yang bisa dilakukan/dikatakan. 
  • Terapkan budaya bercerita. Buatlah suasana di mana anak merasa nyaman untuk bertanya dan berdiskusi tentang dirinya tanpa takut dihakimi. Tunjukkan bahwa orang tua selalu hadir untuk anak.
  • Terus ajarkan tentang privasi dan batasan. Perkuat lagi mengenai privasi dan batasan-batasan yang harus dijaga dalam berinteraksi fisik dengan orang lain, serta nilai-nilai moral / agama lain yang dirasa penting untuk ditanamkan ke anak.


 

4. Usia di atas 9 tahun

  • Ajarkan mengenai perubahan tubuh, pubertas, dan reproduksi. Gunakan sumber yang ilmiah dan terpercaya. Jelaskan kepada anak bahwa ketika ia telah mengalami menstruasi atau mimpi basah, sistem reproduksinya sudah aktif sehingga perlu dijaga dengan baik. 
  • Ajarkan anak untuk menjaga kebersihan diri, termasuk area privatnya. Ajarkan anak untuk mencuci wajah, menggunakan deodoran, mengganti pakaian dalam secara rutin, membersihkan diri saat menstruasi, dan sebagainya.
  • Diskusikan mengenai batasan-batasan hubungan dengan lawan jenis, sesuai nilai-nilai yang diyakini oleh keluarga.
  • Diskusikan tentang pornografi dan potensi dampak negatifnya. Jelaskan bahwa kita tidak boleh melihat area privat orang lain, termasuk dalam bentuk video.  Jelaskan juga bahwa pornografi dapat memberikan gambaran yang tidak realistis tentang seks dan hubungan, dan dapat memicu perilaku yang tidak sehat.
  • Dorong anak untuk mengajukan pertanyaan dan berdiskusi secara terbuka tentang seksualitas. Beri tahu mereka bahwa Anda selalu siap untuk mendengarkan dan memberikan dukungan. Buka ruang untuk mendiskusikan hal-hal yang ingin anak ketahui, termasuk hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan nilai keluarga atau dianggap tabu.
  • Ingatkan anak bahwa dirinya berharga, dan ia berhak menolak permintaan orang lain (bahkan orang yang ia sayangi) jika tidak sesuai dengan nilai-nilai pribadinya. 


Ingatlah bahwa edukasi seksualitas adalah proses yang berkelanjutan. Seiring dengan bertambahnya usia anak, mereka akan membutuhkan informasi yang lebih detail dan kompleks. Teruslah berkomunikasi dengan anak Anda dan berikan mereka dukungan yang mereka butuhkan.

Pendidikan seksualitas bukan lah hal yang tabu dan menakutkan. Jika dilakukan dengan tepat, hal ini bisa meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dan anak, serta melindungi anak dari perilaku seksual yang tidak tepat atau dari kejahatan-kejahatan seksual.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait masalah psikologi lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.8

6 Penilaian

Artikel Terkait

5.0
Kesehatan Mental

Anda Stres? Coba Berkebun!

09 Desember 2021

4.8
Kesehatan Mental

Valentine Bagi Para Lajang dan Cara untuk Melewati Hari Valentine ini

15 Februari 2022

Artikel Ahli
5.0
Kesehatan Mental

Sehat Mental di Era Digital: Mengelola Emosi di Tengah Banjir Konten Negatif

17 Oktober 2025

5.0
Kesehatan Mental

Ibu, Lakukan 7 Hal Ini Agar Sehat dan Bahagia

18 Juni 2019

Berikan Pendapat Anda

Welis Melia

28 July 2024

Terimakasih ilmunya

Balas

. 0

Katmi

19 July 2024

Terima kasih atas infonya

Balas

. 0

Anton Saeryana

17 July 2024

Artikel yang menambah wawasan

Balas

. 0

0 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS