Dirilis

31 Juli 2022

Penulis

Dian Wisnuwardhani

Apa yang Anda pikirkan pertama kali jika mendengar soal gangguan mental? Apa yang akan Anda lakukan jika bertemu dengan orang dengan gangguan mental? Apa reaksi Anda jika orang dengan gangguan mental adalah orang yang dekat dengan Anda? 

Mungkin Anda saat ini sudah pernah mendengar tentang kesehatan mental ataupun gangguan mental. Meskipun kesehatan mental seseorang sama pentingnya dengan kesehatan fisik, sayangnya tidak semua orang paham mengenai hal itu. 

Ketika Anda mengategorikan seseorang secara berbeda atau memperlakukannya secara berbeda dalam bentuk negatif, bisa berarti Anda memiliki stigma dan mendiskriminasi orang tersebut. Namun Apa itu stigma? 

Stigma adalah label untuk menyebut orang-orang tertentu dengan berbeda, dan membuatnya terganggu serta terpisah dari anggota kelompok yang lain. Stigma dapat terbentuk karena ketidakpedulian atau ketidaktahuan akan fakta yang benar, adanya keyakinan atau pendapat negatif dari kelompok sosial tentang orang-orang yang bersangkutan (yang mendapatkan stigma), serta adanya diskriminasi.

 

Stigma dan Diskriminasi Pada Orang dengan Gangguan Mental

Stigma dan diskriminasi pada orang dengan gangguan mental masih lekat dengan masyarakat kita, dan stigma serta diskriminasi ini juga sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Berbicara mengenai stigma, nyatanya sebagian besar masyarakat kita masih memiliki anggapan/label negatif yang menganggap bahwa gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan, tidak bisa menjaga diri, berbahaya serta merugikan orang lain. Selain itu masih banyak pula masyarakat yang meyakini gangguan jiwa disebabkan oleh hal hal irasional maupun supranatural. 

Adapun keluarga yang masih merasa malu jika memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa, yang dapat berujung dengan isolasi atau dapat juga disebut dengan pemasungan. Hal ini terbukti dari data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 yang menunjukkan bahwa terdapat 12,1% - 16,2% rumah tangga yang memberlakukan pasung terhadap anggota rumahnya yang mengalami skizofrenia. Masyarakat masih menganggap bahwa orang dengan gangguan jiwa tidak mampu melaksanakan aktivitas dan fungsi sosial, dan hal ini membuatnya diangggap tidak bermanfaat dan dikesampingkan dalam kehidupan sosial. 

Sayangnya perlakuan-perlakuan dari stigma dan diskriminasi ini hanya membawa dampak negatif yang lebih parah untuk penderita gangguan jiwa. Ketika seseorang yang membutuhkan bantuan profesional diberikan stigma dan didiskriminasi, lingkaran tak berujung dapat terbentuk. Orang-orang yang diberikan perlakuan buruk ini dapat membuat rasa enggan untuk pergi mencari bantuan. 

Hal ini juga dapat dikarenakan penghindaran akan diagnosis yang dapat diberikan karena tidak mau dianggap “berbeda” atau alasan lainnya. Namun, ketika seseorang yang membutuhkan bantuan tidak mendapatkan bantuan yang tepat, maka gejala juga dapat terus memburuk dan hal ini juga dapat memperparah atau memburuknya stigma. Kemudian akhirnya stigma ini kembali lagi memberikan dampak negatif. 

Misalnya Isolasi atau penghambatan dalam berinteraksi maupun berpartisipasi dalam masyarakat dapat mengakibatkan orang-orang dengan gangguan jiwa menjadi sulit mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak, sehingga orang-orang dengan gangguan jiwa dapat kesulitan memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan hidup yang baik. Akhirnya, kualitas hidup orang dengan gangguan jiwa pun dapat menjadi rendah. 

Baca juga : Tumbuhkan mental sehat agar bisa menikmati hidup

Stigma ini juga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan fisik pula lho. Dalam hal ini,  penyandang disabilitas mental dan disabilitas intelektual dapat menerima perawatan kesehatan fisik yang lebih buruk, karena staf perawatan kesehatan umum kurang mendapat informasi atau salah menghubungkan gejala fisik dengan disabilitas kesehatan mental. Hal ini menunjukkan pentingnya untuk memperhatikan mengenai stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap orang- orang dengan gangguan jiwa. 

 

Tips Mematahkan Stigma Terhadap Orang dengan Gangguan Mental

Lalu apa yang dapat dilakukan? Sebenarnya banyak lho yang dapat dilakukan untuk mendukung anti-stigma. Hal tersebut juga membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Anda juga dapat melakukan perubahan dari hal yang kecil. Simak tips berikut untuk mematahkan stigma masyarakat yang dapat Anda lakukan: 

 

1.    Memperluas Pengetahuan atau Pendidikan

Stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa dapat diawali dengan kesalahan pemahaman mengenai gangguan jiwa atau kesehatan mental itu sendiri. Oleh karena itu Anda dapat menggali pengetahuan yang lebih dalam agar tidak memiliki miskonsepsi. Anda juga dapat menyebarkan informasi yang akurat agar orang lain juga dapat mengetahui kebenarannya. Namun, jika Anda ingin melakukannya maka perlu juga memperhatikan cara menyampaikan pengetahuan ini agar dapat diterima oleh masyarakat. 

Baca juga : Peranan Human Resources dalam mengatasi stigma dan diskriminasi

 

2.    Kontak Langsung

Kontak langsung nyatanya efektif untuk mengatasi stigma terutama untuk orang dewasa. Dengan berinteraksi langsung, Anda dapat mengetahui bahwa anggapan orang-orang dengan orang yang memiliki gangguan jiwa belum tentu benar. Oleh karena itu Anda juga dapat mencobanya! 

Salah satu cara untuk memiliki kontak langung dengan penderita gangguan jiwa yaitu dengan membangun kontak sosial. Dalam hal ini Anda dan masyarakat lain dapat menyediakan tempat dan aktivitas yang memungkinkan penderita berhubungan dengan lingkungan sosial mereka, bahkan hal ini sangat penting dalam proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial. 

 

3.    Pemberdayaan

Anda juga dapat melakukan bentuk-bentuk pemberdayaan lainnya atau upaya pembagunan selain kedua hal yang sudah dijelaskan. Misalnya Anda dapat melakukan kampanye atau menegur kepada pihak-pihak yang meberlakukan stigma dan diskriminasi terhadap penderita gangguan jiwa. Dengan hal ini perilaku disriminisai dapat berkutang dan dapat pula menghentikan penyebaran informasi yang tidak sesuai, sehingga dapat pula mengurangi sumber prasangka negatif masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa. 

 

4.    Berpikir dan berucap yang positif

Ketika kita berpikir dan fokus pada hal hal yang positif tentunya akan membuat kita tak sempat memikirkan hal–hal yang buruk. Mulailah dengan selalu mengucapkan kata positif setiap pagi, dan cermatilah hal- hal baik yang ada di sekitar Anda, katakan juga terima kasih pada orang yang ada bersamaAnda dan katakan juga terima kasih kepada diri Anda agar diri Anda. Percayalah hal sederhana seperti ini akan membentengi diriAnda dari melakukan stigma atau diskriminasi terhadap orang-orang dengan gangguan mental

Punya pertanyaan lebih lanjut? Segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.8

6 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Farraas A Muhdiar, M.Psi. M.Sc

Psikolog Klinis Anak & Remaja

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS