Berani Mengambil Peran di Tengah Pandemi

Dirilis

05 Mei 2020

Penulis

Arifa Amal

Narasumber

dr. Ahmad Bakri

Pekerjaan

Dokter Relawan Rumah Sakit Darurat Corona (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran

“Setiap dari kita, tidak peduli siapapun itu, memiliki kapasitas untuk sama-sama berperan dalam menghadapi wabah corona,” ungkap dr. Bakri, seorang dokter yang saat ini bertugas di Rumah Sakit Darurat Corona (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. RSDC Wisma Atlet Kemayoran sendiri merupakan rumah sakit darurat yang disediakan oleh pemerintah sebagai bentuk respon cepat dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Selama kurang lebih dua bulan terakhir, ia berjuang bersama tenaga kesehatan lainnya untuk menangani pasien coronavirus disease 2019 (COVID-19), mulai dari yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), hingga pasien yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19.

Motivasi Untuk Menjadi Relawan

Sejak awal mengikuti perkembangan informasi dan berita, dr. Bakri menyadari bahwa pandemi COVID-19 ini adalah masalah yang besar. Saya sudah sepemahaman dengan sebagian besar orang, bahwa COVID-19 ini merupakan masalah yang serius yang memerlukan peran banyak orang. Berbeda capability, berbeda juga perannya.” Sebagai seseorang yang memiliki kemapuan sebagai tenaga kesehatan, ia merasa dirinya memiliki kewajiban turut serta dalam mengatasi wabah yang dihadapi bangsa ini.

Menjadi relawan yang langsung menangani pasien COVID-19 datang dengan berbagai risiko dan kemungkinan. Baik itu kemungkinan tinggi terpapar virus yang membahayakan kesehatan, hingga risiko ikut jatuh gugur sebagai korban pandemi. “Namun, apabila kita berdiam diri saja, sesungguhnya itu tidak menyelesaikan masalah. Namun, hanya akan menambah masalah bagi mereka yang memutuskan untuk ikut terjun berperan langsung, tegasnya.

Perjuangan dan Tantangan yang Dihadapi dalam Melawan COVID-19

Perjuangan di lapangan bersama tenaga kesehatan lain dalam menangani pasien dihadapkan berbagai tantangan. Bagaimana tidak, para tenaga kesehatan yang bertugas harus rela menahan panas, lapar, haus, bahkan harus menahan untuk tidak buang air selama kurang lebih 8-9 jam dalam sehari, akibat wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Ditambah lagi, para tenaga kesehatan dituntut harus beradaptasi cepat dengan fasilitas yang masih belum sempurna.

Alur kerja di rumah sakit juga menjadi tantangan, mengingat sistem yang berlaku adalah 2 minggu kerja dan 2 minggu karantina. Para tenaga kesehatan harus menemukan cara untuk bekerja efektif.  Berbagai rencana dijalankan, kemudian dievaluasi, hingga dilakukan perbaikan agar memberikan pelayanan yang maksimal. Menurutnya, seiring berjalannya waktu, tantangan yang terasa begitu berat di awal akhirnya dapat terasa lebih ringan.

Menyikapi Situasi Pandemi COVID-19 dengan Baik

Dr. Bakri memaparkan bahwa ia cukup menyesali sikap awal sebagian besar masyarakat terhadap wabah COVID-19 ini. Banyak pihak yang menganggap enteng wabah dengan berdalih virus tersebut dapat ditangkal dengan sistem kekebalan tubuh atau antibodi. Meskipun pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah, ia menambahkan, hal tersebut sayangnya hanya berlaku untuk mereka yang termasuk kelompok umur produktif atau yang kondisinya sehat.

Adapun kelompok lainnya seperti bayi, anak-anak, orang lanjut usia, atau orang lain yang memiliki kondisi medis penyerta, memiliki kekebalan tubuh yang jauh lebih rendah sehingga rentan terjangkit COVID-19 dan lebih sulit untuk sembuh. Hal tersebut terbukti bahwa orang-orang yang meninggal adalah mereka yang sedari awal sudah memiliki kondisi khusus sehingga sistem kekebalan tubuhnya tidak cukup kuat untuk melawan virus corona. “Makanya, kita harusnya dari awal tidak boleh egois,” simpul dokter yang disumpah pada tahun 2018 lalu ini.

Partisipasi Setiap Orang Dibutuhkan untuk Keadaan yang Lebih Baik

Agar situasi tidak bertambah parah, dr. Bakri berharap masyarakat dapat berpartisipasi dengan mengikuti anjuran dari pemerintah, yakni pembatasan sosial, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yakni rutin mencuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer, menerapkan etika batuk dan bersin, menjaga tubuh tetap kuat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan melakukan aktivitas fisik, dan mengonsumsi vitamin jika ada.

Adapun peran secara aktif, ia menyarankan agar masyarakat turut serta dalam meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan terkait wabah ini di kalangan masyarakat melalui sumber yang dapat dipercaya. Selain itu, masyarakat juga dapat turut serta membantu produksi dan distribusi kebutuhan tenaga medis, berupa kebutuhan APD maupun kebutuhan pokok lainnya.

“Saya berharap masyarakat bisa mengalokasikan atau memfokuskan waktu dalam kesehariannya untuk menjalankan perannya masing-masing. Atau seminimal-minimalnya, saya mau setiap orang menyadari bahwa masalah ini adalah masalah besar. Itu seminimal-minimalnya,” pesannya sambil menutup percakapan.

Mari sebaik-baiknya bertekad untuk menjalankan peran dengan baik dalam rangka bersama melawan COVID-19, dengan menjalankan peran pasif berupa menaati pembatasan sosial (social distancing), menjaga kesehatan dan kebersihan diri dan keluarga di rumah. Sekilas terlihat sederhana, namun hal kecil ini apabila dilakukan secara bersama akan memberikan dampak yang berarti dan dapat memperbaiki situasi wabah saat ini.

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar kesehatan dan COVID-19, Anda dapat berkonsultasi dengan mitra ahli tepercaya kami di Fitur Tanya Ahli.

                                        

Penilaian :

4.8

4 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS