10 Maret 2025
Jatuh Bangun di Dunia Lari dan Pentingnya Peran Komunitas
Dirilis
10 Maret 2025
Penulis
Andi Dala Nadhifa Asmarani
Narasumber
Meizar Maulana
Pekerjaan
Pegawai Swasta
Pernahkah Anda begitu bersemangat mengejar target hingga lupa mendengarkan tubuh sendiri?
Meizar Maulana, seorang sport enthusiast yang aktif membagikan konten olahraga di akun Instagram @meizarmaulana_, pernah mengalaminya. Lari bukan sekadar hobi baginya, tetapi sudah menjadi bagian penting dari rutinitas sehari-hari. Namun, semangat yang membara justru membawanya pada pengalaman tak terlupakan: pingsan akibat heat stroke saat event lari. Pengalaman itu membuatnya harus berhenti berlari selama tiga bulan penuh.
Bagaimana ia menghadapi masa-masa sulit itu dan kembali bangkit? Dalam artikel ini, kita akan menelusuri kisah Meizar dalam menghadapi tantangan tersebut dan betapa besarnya peran komunitas dalam perjalanannya sebagai pelari. Yuk, simak kisahnya hingga akhir!
Dari Klub Basket ke Komunitas Lari
Sejak kecil, Meizar selalu tertarik dengan dunia olahraga. Saat masih sekolah, ia aktif di klub basket dan beberapa kali mengikuti kompetisi. Ketika libur sekolah SMP tiba, ia mulai merasa jenuh karena tidak ada kegiatan rutin seperti biasanya. Akhirnya, Kakaknya yang saat itu aktif bergabung dengan komunitas lari, mengajaknya untuk mengikuti salah satu sesi lari bersama. Setelah beberapa kali mengikuti sesi dan merasa cocok, ia pun bergabung menjadi anggota aktif dalam komunitas tersebut. Inilah awal perjalanannya sebagai seorang pelari.
Meizar mengaku bahwa komunitas sangat membantu dalam membangun semangat dan ketertarikannya terhadap lari. Baginya, bergabung dengan komunitas adalah cara terbaik bagi pemula untuk memulai. Tidak hanya mendapatkan inspirasi, ia juga merasa lebih nyaman dan semangat saat berlatih bersama orang-orang yang memiliki minat yang sama. Ia mulai menikmati rutinitas berlari, menantang dirinya dengan berbagai jarak dan kecepatan, hingga akhirnya menjadikan lari sebagai bagian dari gaya hidupnya hingga saat ia sudah bekerja seperti sekarang.
Baca Juga: Jalan Kaki 50 KM Dalam Sehari
Ketika Ambisi Berujung Heat Stroke
Sebagai seseorang yang menyukai tantangan, Meizar selalu berusaha mendorong batas kemampuannya. Di akhir tahun 2023, ia mengikuti sebuah event lari di Semarang dengan target menyelesaikan 10 KM dalam waktu yang lebih singkat dari sebelumnya. Namun, padatnya pekerjaan dan banyaknya event lari yang diikuti membuatnya tidak sempat melakukan persiapan dan latihan yang cukup.
Saat event berlangsung, Meizar memaksakan diri untuk mencapai targetnya. Ia berhasil menyelesaikan lomba, tetapi tubuhnya tidak bisa lagi bertahan. Setelah melewati garis finish, ia mengalami heat stroke dan akhirnya tumbang. Tim medis segera membawanya ke tenda medis, memberinya oksigen, dan saat ia kembali tersadar, ia ternyata sudah berada di rumah sakit.
Dokter yang menanganinya mengatakan bahwa heat stroke bukan hanya sekadar kelelahan biasa. Jika terjadi berulang kali, kondisi ini dapat memengaruhi fungsi otak secara permanen. Kejadian ini menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi Meizar, sekaligus menjadi peringatan keras bahwa tubuh juga membutuhkan istirahat. Ia menyesal telah mengabaikan pentingnya persiapan dan keseimbangan dalam berlatih, sehingga berjanji untuk lebih bijak dalam menetapkan target di masa mendatang.
Baca Juga: Cepat Pulih Cedera Berkat Disiplin dan Pola Hidup Sehat
Tiga Bulan Tanpa Lari: Perjuangan Kembali Pulih
Setelah insiden tersebut, dokter menyarankan Meizar untuk tidak melakukan olahraga intens seperti berlari dan bersepeda selama tiga bulan. Ia diminta untuk fokus menjaga pola makan, tidur yang cukup, serta menghindari stres. Selama masa pemulihan, ia hanya diperbolehkan melakukan aktivitas ringan seperti berjalan kaki.
Bagi seseorang yang terbiasa berolahraga, larangan ini terasa sangat berat. Meizar mengaku sempat merasa demotivasi dan khawatir tidak bisa kembali ke performa sebelumnya. Ia merasa kehilangan bagian penting dalam hidupnya. Namun, ketika mulai berlari kembali, ia memutuskan untuk kembali aktif berlari dengan komunitas lari. Awalnya, ia hanya bisa mengikuti dengan pace paling lambat dan berusaha membangun kembali kekuatan serta daya tahan tubuhnya secara perlahan.
Berkat dukungan dari komunitas, Meizar bisa menjaga semangatnya untuk pulih. Teman-temannya di komunitas terus memberikan motivasi, menyemangatinya untuk tidak menyerah, dan membantunya mengatur strategi latihan yang lebih aman. Perlahan, ia kembali meningkatkan intensitas larinya. Setelah satu bulan latihan bertahap, ia akhirnya berhasil mencapai kondisi semula. Perjalanan ini mengajarkannya bahwa istirahat dan pemulihan sama pentingnya dengan latihan itu sendiri.
Baca Juga: Berlari Bersama Cinta: Perjalanan Robert Sihombing Menemukan Sehat dan Kebersamaan
Kisah Meizar Maulana mengingatkan kita bahwa ambisi dalam olahraga harus dibarengi dengan persiapan yang matang. Mendorong diri terlalu keras tanpa memperhatikan kondisi tubuh bisa berujung pada risiko kesehatan yang serius. Dari pengalaman ini, kita bisa belajar untuk lebih mendengarkan tubuh, menjaga keseimbangan antara latihan dan istirahat, serta tidak meremehkan pentingnya komunitas dalam perjalanan olahraga kita. Jangan sampai keinginan untuk mencapai target justru mengorbankan kesehatan kita. Jadi, apakah kita siap untuk lebih bijak dalam berlari? Ingatlah, setiap langkah yang kita ambil bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa terus menikmati perjalanan tanpa harus mengorbankan kesehatan?
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai olahraga dan gaya hidup sehat, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.