Meski sudah lama bekerja sebagai buruh panen dan bongkar muat TBS kelapa sawit, Adi merasa penghasilannya belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Dengan dorongan sahabat dan tekad mengubah nasib agar kelak anak-anaknya lebih bahagia, ia memberanikan diri berwirausaha. Tabungannya senilai Rp3 juta dijadikan modal awal untuk membeli TBS kelapa sawit milik anggota keluarga yang bekerja sebagai petani, kemudian menjualnya ke penampung lokal.
Di Rantauprapat, pengusaha jual-beli TBS kelapa sawit wajib memberi pinjaman kepada petani, sebagai pengikat agar petani sawit menjual TBS kepada mereka. Demikian halnya dengan Adi. Meski usahanya semakin berkembang, memberi piutang bukanlah hal yang mudah karena terkendala modal. Karenanya, pada tahun 2009 Adi menyetujui saran sahabatnya untuk bekerjasama dengan bank dan memperoleh pinjaman tambahan modal.
Jujur adalah Modal
Dalam dunia wirausaha, persaingan memang satu hal yang tidak bisa dihindari. Bagi Adi, modal utama agar usahanya tetap bertahan adalah kejujuran, terutama dalam hal timbangan berat TBS yang dibeli dari petani. Menurutnya, sukses dari hasil curang tidak akan kekal. Oleh karena itu ia selalu menimbang dengan tepat dan membayar petani sesuai dengan harga yang seharusnya. Tidak heran para petani sangat percaya padanya. Tidak hanya prinsip kejujuran yang Adi utamakan, ia juga menjaga hubungan baik dengan tim, sehingga membuat para pekerja betah bekerja dengan Adi.
Sampai saat ini, Adi masih bermitra dengan bank. Ia memperoleh tambahan pinjaman modal lagi yang kali ini ia gunakan untuk membeli armada angkutan. Sebelumnya, untuk membawa TBS kelapa sawit, Adi masih harus menyewa transportasi ke orang lain dan biayanya cukup mahal. Adi juga telah memiliki kebun sawit produktif dan membuka toko kelontong kecil–kecilan yang dijalankan oleh istrinya untuk menambah penghasilan.