Olah Ikan Asin, Raih Untung ke Seluruh Indonesia

Dirilis

05 November 2018

Penulis

Tim Penulis Daya Tumbuh Usaha

Pengusaha

Suroto

Jenis Usaha

Pengolahan Ikan Asin

“Pengusaha yang sukses itu selalu pandai membaca dan memanfaatkan peluang yang ada, atau bahkan mampu melakukan diferensiasi produk agar konsumen memiliki banyak pilihan.” Begitu pendapat Suroto, salah satu pengusaha ikan asin. Buktinya, saat pengusaha lain gulung tikar, ia mampu bertahan. 

Sebelum sukses seperti saat ini, Suroto banyak belajar dari keluarganya, dan sempat membantu kakaknya menjalankan usaha. Jatuh bangun usaha keluarga tersebut ia jadikan sebagai tempat menimba pengalaman yang tidak bisa ia peroleh di bangku sekolah. Suroto sendiri adalah seorang lulusan Sekolah Dasar. Setelah mengganggap dirinya mampu, sekitar tahun 2000 barulah ia menjalankan usaha hingga berkembang sampai saat ini. Usahanya tergolong sukses dan mampu menghidupi anak dan istrinya.

Keunggulan Ikan Asin Suroto
Produk ikan olahan Suroto merupakan salah satu produk yang bisa dikatakan unggul di daerah Pekalongan. Hal ini dikarenakan di Pekalongan hanya sedikit pengusaha yang memproduksi ikan asin matang atau rebus sekaligus ikan asin mentah, ditambah lagi tidak pernah menggunakan formalin sebagai pengawet produknya. 

Ikan asin rebus atau matang adalah produk Suroto yang dianggap paling banyak peminatnya, karena produk ini dianggap masih langka dan biasa dipasarkan ke wilayah Jawa, Palembang, dan Jambi. Dulu sempat memasok ke daerah Metro-Lampung bahkan sempat ekspor ke Colombo tetapi dihentikan terkait biaya.

Dalam usahanya Suroto dibantu tenaga kerja sebanyak 24-25 orang yang dapat diandalkan mulai dari pemilihan bahan baku hingga proses distribusi. Seperti tenaga kerja yang ditempatkan di TPI sebanyak 6 orang, tukang angkut ke gudang sebanyak 2 orang, selebihnya terlibat dalam proses produksi. Untuk tenaga kerja wanita mengerjakan bagian pengemasan dan penjemuran. Tenaga kerja pria menggarami, mengolah, merebus ikan, dan termasuk pekerjaan berat lainnya. Tentu dengan upah yang berbeda-beda sesuai dengan tugas dan waktu kerjanya.

Untuk tetap menjaga kualitas ikan yang diolah, ikan segar yang sudah dibeli oleh Suroto akan segera diproses dan tidak bisa didiamkan sampai keesokan harinya ditambah lagi ia tidak memiliki tempat penyimpanan atau pendingin, sehingga apabila tidak langsung diolah akan membusuk atau rusak.

Walaupun sudah semaksimal mungkin menjaga agar produk ikan asinnya berkualitas, tetapi tidak menutup kemungkinan masih adanya produk yang rusak atau tidak memenuhi syarat. Tetapi Suroto tidak membuang begitu saja. Ia mampu membuat produk yang tetap memiliki nilai dan dapat dimanfaatkan konsumen. Apabila ada yang rusak, ia memotong kepala ikan tersebut dan menjualnya untuk diproses menjadi tepung ikan ke pengusaha tepung ikan dengan harga yang cukup tinggi. 

Kedua, Suroto mencoba cari kesempatan membuka warung makan ikan bakar dan ternyata banyak sekali peminatnya. Satu hal yang menjadi kelebihan warung ikan bakarnya adalah bahan baku yang digunakan masih segar dibanding warung lainnya. Namun sangat disayangkan, karena daerah tempat ia berjualan terkena Banjir Rob, maka saat ini warung ikan bakarnya tutup untuk sementara. 

Yang ketiga, beberapa kali Suroto memanfaatkan kepala ikan untuk dijadikan tepung dan membuka warung ikan bakar, Suroto beberapa kali memanfaatkan momen disaat harga garam tinggi. Strateginya adalah dengan membeli garam saat harga murah dan mendekati musim hujan. Kemudian ia jual kembali setengah dari stok miliknya kepada sesama pengusaha lainnya. 

Siasat Menghadapi Kendala
Tidak hanya peluang, kendala pun dihadapi Suroto. Kendala pertama masalah ketersediaan bahan baku ikan. Saat ini, jumlah bahan baku tiap tahunnya dirasa mengalami penurunan, sehingga berakibat pada penurunan produksi. Untuk menangani kendala ini Suroto menyiasatinya dengan mencari ikan di luar Pekalongan, meskipun juga belum tentu terpenuhi dan biaya yang ditanggung pun lebih mahal.

Kendala kedua terkait dengan cuaca. Seperti yang diketahui bahwa usaha pengeringan ikan sangat tergantung pada panas matahari untuk penjemuran, apabila musim penghujan datang maka ikan tidak bisa dikeringkan secara alami. Karena  Dikarenakan tidak menggunakan formalin, maka apabila tidak cepat dijemur dan terkena panas ikan akan rusak karena diulati.

Kendala selanjutnya, tidak tersedianya ruang penyimpanan milik sendiri. Suroto harus mengeluarkan biaya Rp 10juta per tahun untuk sewa gudang di daerah Panjang Wetan, dan ini bukan biaya yang sedikit baginya. Hanya saja hal ini tetap harus ia lakukan karena proses produksi harus berjalan dan untuk memiliki gudang sendiri akan membutuhkan biaya yang lebih besar. 

Namun, kendala tersebut tidak mengurangi semangat Suroto dalam berusaha. Baginya dengan bekal inovasi dan memanfaatkan peluang, ia yakin mampu mengatasinya. Menurutnya, memanfaatkan peluang itu sah-sah saja asal sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak merugikan, menjelekan atau menjatuhkan orang lain.


 

Penilaian :

4.3

3 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS