Dirilis

16 Mei 2019

Penulis

Tim Daya Tumbuh Usaha

Laporan ini dibuat secara objektif tanpa adanya konflik kepentingan dengan sektor-sektor yang menjadi objek analisis.


Rupiah Perkasa dan Berkah Biaya Produksi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada bulan Januari-Februari 2019 berada dalam posisi yang menguat di kisaran hingga Rp13.980, meninggalkan level terendah Rp15.200 di tahun 2018 lalu. Diperkirakan pada Maret 2019, rupiah masih mampu bertahan dikisaran Rp14.000-14.200. Penguatan kurs rupiah dipicu perlambatan ekonomi AS dan China yang diperkirakan akan terus berlanjut sejalan dengan efek perang dagang. Kondisi ini mendorong masuknya arus modal investor global ke instrumen surat utang dan saham Negara berkembang. Sepanjang 2 bulan pertama tahun 2019 mata uang Rupiah berhasil menguat 2,28% terhadap dolar AS. Rupiah yang menguat menguntungkan dari sisi usaha berbahan baku impor. Biaya produksi untuk bisnis tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki bisa lebih rendah tahun ini, sehingga laba pengusaha UMKM disektor tersebut diperkirakan terdorong naik.




Konsumsi Rumah Tangga Masih Topang Pertumbuhan
Data pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,17% masih ditopang oleh sektor konsumsi rumah tangga. Porsi konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 55,7% dari produk domestik bruto dan tumbuh 5,05% lebih baik dari 3 tahun terakhir. Terdapat kecenderungan masyarakat kelas menengah-bawah mengalami perbaikan kondisi ekonomi. Bank Indonesia melalui Survei Kepercayaan Konsumen juga mencermati kelompok penghasilan Rp1-2 juta per bulan paling optimis dalam memandang ekonomi. Kondisi ini menjadi peluang bagi pengusaha yang menargetkan pasar menengah bawah khususnya makanan minuman, properti dan pakaian jadi.




Analisa Sektor Bisnis Prospektif di 2019
Jelang Pemilu pada April 2019, sektor yang berbasis konsumsi masih tumbuh cukup positif ditunjukkan oleh industri pakaian jadi berhasil tumbuh 10,13% di kuartal III 2018. Kinerja ini disusul oleh industri makanan minuman yang membukukan pertumbuhan 8,1% di kuartal yang sama, meskipun sedikit melambat.

Besarnya alokasi anggaran belanja pemilu Pemerintah sebesar Rp24,9 triliun diperkirakan akan mendongkrak konsumsi diseluruh lapisan masyarakat. Selain itu prospek bisnis industri pengolahan tembakau (rokok) cukup solid disaat Pemilu. Bisnis lain seperti percetakan/sablon, jasa rental mobil, hingga convention center pun ikut laris terseret efek Pemilu.



 
Mega Tren Bisnis 2019: Leisure Economy
Perubahan pola konsumsi masyarakat yang dimotori oleh generasi milenial (18-35 tahun) menciptakan peluang bisnis baru di Indonesia. Jumlah generasi milenial tercatat mencapai 90 juta orang di 2018. Milenial cenderung menyisihkan pendapatan untuk berlibur, minum kopi di café, dan membeli barang secara online. Aktivitas yang dikenal dengan Leisure Economy atau ekonomi rekreasi ini trennya terus mengalami peningkatan. Riset IDN Times menunjukkan generasi milenial mengeluarkan Rp50-150 ribu per minggu untuk membeli makanan melalui aplikasi.




Data BPS menyebutkan bahwa pengeluaran masyarakat di restoran dan perhotelan meningkat cukup tajam dalam 3 tahun terakhir. Pertumbuhan sektor restoran perhotelan juga berkaitan dengan kenaikan aplikasi pendukung transportasi, seperti Traveloka, Tiket.com, Go-Jek, dan sebagainya. Bisnis restoran yang dikemas kreatif, serta hotel budget atau penginapan sederhana justru diminati kelas konsumen baru ini. Nilai transaksi jasa antar makanan sendiri mencapai Rp27,6 triliun di tahun 2018.






 

Sumber:

Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef).

 

Penilaian :

0.0

0 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Arrino Fatra

23 June 2023

Mantap

Balas

. 0

Timothy Setjawardaja

17 May 2019

Keren artikelnya ??

Balas

. 2

Ariemathea kristiawan

keren nih, apa kita buat bisnis baru tim untuk segmen milenial

1

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS