Dirilis

07 Pebruari 2019

Penulis

Tim Daya Tumbuh Usaha

Sudahkah Anda dan pasangan meluangkan waktu untuk membicarakan kondisi keuangan secara terbuka dan jelas? 

 

Sebagian pasangan menganggap membicarakaan keuangan sebelum menikah adalah tindakan materialistis dan tidak etis. Bisa jadi ini karena pengaruh budaya. Akibatnya pasangan tersebut merasa tidak perlu membicarakan keuangan mereka.

 

Bagaimana kalau ternyata setelah nikah pasangan Anda punya banyak sekali utang? Atau, Anda berdua ternyata tidak siap menghadapi kondisi sulit saat pemasukan hilang?



 

BICARAKAN KONDISI KEUANGAN ANDA BERSAMA PASANGAN, SEBELUM MENIKAH

Sebetulnya apa saja yang harus disiapkan dari sisi keuangan, jika Anda dan pasangan akan menikah? Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, menurut Perencana Keuangan Alviko Ibnugroho.

 

1. Keterbukaan Penerimaan dan Pengeluaran Masing-masing

Banyak pasangan muda, khususnya pihak wanita bertanya kepada Alviko, “Pak Viko, mengapa setelah saya menikah kok malah saya tidak bisa menabung bahkan saya merasa lebih miskin?”

Kondisi ini terjadi karena selama berpacaran Anda tidak pernah menanyakan berapa besar pengeluaran atau beban dari pasangan Anda. Banyak wanita berasumsi bahwa dengan mengetahui penghasilan pasangannya maka dirinya akan sejahtera, padahal tidak seperti itu.

Berikut ini ilustrasi Alviko mengenai situasi tersebut.

Ada seorang wanita, katakan bernama Wati, yang berpasangan dengan Anton.

Wati adalah seorang karyawati yang memiliki income Rp7 juta setiap bulan dengan pengeluaran sebesar Rp5 juta setiap bulannya, sehingga Wati mampu menabung setiap bulan sebesar Rp2 juta.

Sedangkan pasangan Wati, Si Anton adalah seorang wirausaha yang memiliki income bersih sebesar Rp20 juta per bulan, dan Anton telah memiliki rumah serta mobil pribadi.

Wati merasa yakin jika dia menikah maka mereka akan memiliki income yang lebih besar karena gabungan dari keduanya Rp27 juta dan merasa dapat menabung lebih banyak lagi.

Namun yang luput dari Wati adalah, dia tidak menghitung pengeluaran Anton yang ternyata setiap bulannya Anto butuh Rp10 juta untuk biaya hidupnya termasuk kepentingan usahanya, Rp5 juta untuk mencicil rumahnya dan Rp3,5 juta untuk membayar cicilan mobilnya. Belum lagi Anto harus membantu perekonomian keluarganya. Rp2,5 juta membantu uang sekolah kedua adiknya, Rp1 juta dan masih harus membayar cicilan kartu kredit setiap bulan sebesar Rp3 juta, sehingga total pengeluaran Anton sebesar Rp25 juta yang berarti minus Rp5 juta per bulannya.

Saat menikah Wati tidak menyadari bahwa total pendapatan mereka adalah Rp27 juta namun total pengeluaran mereka masing-masing adalah Rp30 juta, dan ini makin bertambah karena muncul biaya untuk keperluan rumah tangga mereka sebesar Rp5 juta.

Nah, kondisi inilah yang menyebabkan Wati berkata, mengapa setelah menikah "Saya tidak punya tabungan bahkan lebih miskin dari sebelum menikah."



2. Rencana Biaya Resepsi atau Biaya Pernikahaan

Hal pertama kali yang harus dilakukan jika kita ingin menikah adalah berdiskusi bersama seluruh keluarga besar Anda dan pasangan, seperti apa keinginan saat menikah nanti, apakah akan memakai resepsi secara besar-besaran, atau hanya sekedar syukuran saja? Hal ini menjadi utama karena banyak kepentingan dalam pelaksanaan acara pernikahan.

Hal ini perlu diberikan kejelasan, mana dan berapa biaya yang harus Anda tanggung saat acara pernikahan, mana biaya yang akan ditanggung orang tua kita. Setelah tahu besar biaya yang akan ditanggung barulah Anda merencanakan bersama pasangan tentang bagaimana Anda berdua mengumpulkan dana untuk biaya pernikahaan.

 

3. Tujuan dan Keinginan Masa Depan Keluarga

Hal penting lainnya adalah mengenai rencana masa depan Anda dan keluarga seperti:

  • Apakah anak Anda akan bersekolah di sekolah favorit?
  • Apakah Anda ingin melakukan perjalanan ibadah?
  • Apakah Anda ingin membeli rumah atau kendaraan?
  • Apakah Anda ingin tinggal di rumah sendiri atau rumah orang tua?
  • Berapa anak yang akan dimiliki dan kapan mulai memiliki anak?

Hal ini akan sangat berpengaruh dalam merencanakan keuangan sebelum menikah. Karena pernikahaan itu berumur panjang, tentunya banyak hal yang harus disiapkan untuk kehidupan di masa depan Anda berdua.

 

4. Antisipasi risiko

Dipecat, meninggal, bercerai, sakit, kecelakaan, bencana alam, karantina wilayah, tidak ada yang tahu masa depan seperti apa yang akan terjadi setelah Anda menikah.

Risiko yang selalu mengintai perlu diantisipasi untuk meminimalisir efeknya terhadap keuangan keluarga. Kedua belah pihak harus mengerti apa saja risiko yang mungkin terjadi dan bagaimana membentengi diri dan keluarga terhadap risiko tersebut.

Maka itu, Anda berdua harus memikirkan adanya asuransi, tabungan dana darurat, membicarakan harta gono gini atau pisah harta, dan lain-lain, untuk mengantisipasi risiko tersebut.


Bagaiamana, setujukah Anda, setelah melihat dan menganalisa persiapan dalam berkeluarga di atas, membahas perencanaan keuangan sebelum menikah adalah hal yang perlu dan penting? Ya, karena kestabilan keuangan dalam keluarga akan membantu Anda dalam kelanggengan rumah tangga.

Jika Anda punya pendapat lain, silakan tulis di kolom komentar. Atau jika Anda ingin bertanya terkait hal ini, silakan kunjungi kolom Tanya Ahli.

Sumber:

Alviko Ibnugroho

Penilaian :

5.0

10 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Havie Abdul Gafur

08 Desember 2020

Ini bener banget supaya lebih cepet mencapai tujuan bersamanya??

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Dian Savitri

Perencana Keuangan Pribadi

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS