Dirilis

25 Juni 2021

Penulis

Lucky Lombu

Melihat tim pemasaran Anda sibuk, mungkin menyenangkan. Mereka menyapa calon konsumen, membagi-bagi brosur di pinggir jalan, menyebarkan desain-desain lucu melalui media sosial, menulis banyak review produk di website, dan lainnya. Tapi apakah hasilnya sudah sesuai dengan target penjualan?

Baca juga: Cara Menghitung Target Penjualan

Jika berbicara bisnis yang sesungguhnya, Anda butuh lebih dari sekadar melihat-lihat dan berasumsi, seperti apa efektivitas kegiatan pemasaran yang mereka—dan Anda—lakukan. Anda butuh ukuran yang jelas, dan angka-angka yang bisa dilacak. Berapa orang yang singgah, berapa yang tertarik, berapa yang bisa ditindaklanjuti, dan seterusnya, sampai dengan berapa penjualan yang berhasil.

Tapi, bagaimana cara mengukur efektivitas kegiatan pemasaran?

 

Cara Mengukur Efektivitas Kegiatan Pemasaran Online

Anda butuh beberapa metric atau elemen yang bisa diukur dalam angka.

“Pengukuran adalah langkah pertama yang mengarah kepada kontrol, dan, pada akhirnya, kepada peningkatan performa,” kata pakar performance improvement H. James Harrington, seperti dikutip contentmarketinginstitute.com di artikel Measuring Marketing Effectiveness: 6 Metrics You Need to Track.

 

Apa yang perlu Anda ukur?



Dalam kegiatan pemasaran online, ada beberapa elemen ukuran yang bisa Anda coba gunakan. Metric ini bisa Anda lihat di alat analisis seperti Google Analytics, yang terhubung dengan website Anda. Jika belum tahu caranya, silakan konsultasikan dengan tim website Anda, atau tanyakan kepada digital marketing expert daya.id di Tanya Ahli.

Oh ya, untuk membantu Anda terbiasa dengan istilah yang popular di bidang pemasaran online, metric ini sengaja kami tulis dalam Bahasa Inggris.

 

1. Users (Unique Visitors)

Users mengacu kepada jumlah individu yang berkunjung ke website Anda, selama periode tertentu. Karena sifatnya unique, setiap pengunjung hanya akan dihitung sekali.

Cara melihatnya, buka Google Analytics, klik Audience di menu kiri, lalu Overview dari drop-down menu.


 

2.Page Views

Page Views merupakan angka kumulatif dari masing-masing halaman yang dilihat oleh pengunjung, selama periode tertentu. Jika page views Anda lebih tinggi dari unique visitors, maka mengindikasikan kalau audiences tertarik dengan konten di website Anda, karena mereka melihat lebih dari satu halaman.

Anda juga bisa melihatnya di menu Audience.

 

3.Traffic Channels    

Ada beberapa channel yang bisa mendatangkan traffic ke website Anda. Antara lain, search engine atau mesin pencari seperti Google, social media atau media sosial seperti Facebook, dan lainnya. Jika traffic ke website Anda banyak dari search, itu mengindikasikan optimalisasi konten Anda bekerja dengan baik. Begitu juga jika banyak traffic datang dari sosial. Itu mengindikasikan aktivitas pemasaran melalui media sosial bisa mendatangkan banyak calon konsumen.

Cara melihatnya, di Google Analytics, klik Acquisition, lalu Overview dari drop-down menu.


 

4. Bounce Rate

Bounce rate adalah persentase dari pengunjung yang datang ke website lalu segera keluar sebelum klik halaman lain. Sederhananya, pengunjung hanya melihat satu halaman saja. Bounce rate yang bisa dikatakan baik jika jumlahnya kurang dari 40%. Jika lebih dari itu, mengindikasikan kalau pengunjung kurang suka dengan website Anda.

Anda bisa melihatnya di menu Audience.

 

5. Conversion Rate

Conversion rate adalah persentase dari pengunjung website yang melakukan tindakan spesifik, yang Anda dorong agar mereka melakukan tindakan itu. Misalnya, mendaftar di website. Sebenarnya masing-masing industri punya rasionya sendiri. Tapi coba kejar sekitar 5%, jika Anda bisa membuat landing page khusus untuk audiences spesifik.

Cara melihatnya, di Google Analytics, klik Conversion, lalu Goals dari drop-down menu, lalu klik Overview.


Baca juga: Kenali Google Tag Manager dan Fungsinya



 

Cara Mengukur Efektivitas Kegiatan Pemasaran Offline

Pertanyaan, bagaimana dengan kegiatan pemasaran offline? Apakah bisa diukur menggunakan Google Analytics seperti kegiatan pemasaran online? Jawabannya, bisa.

Tapi sebelumnya, yang pertama perlu Anda pahami, kita tetap akan menggunakan website sebagai pusat aktivitas pemasaran.

Misalnya begini. Di brosur yang Anda sebarkan, Anda menaruh custom landing page yang bisa dikunjungi audiences.

 

Apa itu custom landing page?

Landing page adalah halaman di website, yang bagi tim pemasaran, didesain khusus sebagai halaman tempat pengunjung pertama kali masuk ke website. Landing page belum tentu home page¬—dan biasanya memang berbeda.

Sementara custom landing page adalah landing page yang disesuikan khusus untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini landing page yang dibuat khusus untuk mengukur efektivitas kegiatan pemasaran offline. Sehingga setiap calon konsumen yang datang dari kegiatan pemasaran offline, akan mendarat masuk melalui halaman khusus ini.

Nah, ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk memaksimalkan tracking, seperti ditulis di artikel How to Track Offline Marketing Campaigns with Analytics di neilpatel.com, dan Measuring how offline marketing drives website traffic: The fundamentals di marketingland.com.

• Jaga URL custom landing page pendek.

Alasannya sederhana. Tidak ada orang yang mau mengetik ulang URL panjang apalagi rumit.

Ini contoh buruk, karena bukan hanya panjang, tapi juga rumit: www.cumacontoh.com/customlandingpage/visithere?from=brosur&date=01-04-21

Bandingkan dengan ini: www.cumacontoh.com/brosur

• Cegah duplicate content

Jika Anda membuat beberapa landing page dengan konten yang sama, Anda berisiko dihukum Google karena memiliki duplicate content alias konten tiruan.

Solusinya, tambahkan < meta name=“robots” content=”noindex” > ke custom landing page Anda. Noindex meta tag ini akan membuat halaman khusus ini tidak diindeks oleh Google dan mesin pencari lainnya, dan mencegah traffic dari search engine masuk ke sini. Sehingga Anda bisa lebih mudah melakukan tracking efektivitas kegiatan pemasaran offline.

Setelah Anda membuat semua itu, Anda bisa menggunakan metric seperti di pemasaran online. Anda bisa cek dengan masuk ke Google Analytics, klik Behavior di menu kiri, klik Overview di drop-down menu, lalu klik view full report di kanan bawah untuk melihat detail.

Ada satu lagi cara mengukur efektivitas kegiatan pemasaran offline. Tambahkan nomor telepon. Ingat, audiences Anda datang dari offline. Artinya, ada kemungkinan mereka begitu nyaman dengan pendekatan online. Jadi, menambahkan nomor telepon bisa membantu menarik mereka yang lebih suka berbicara langsung dibanding mengisi formulir online.

Nah, jadi sekarang Anda sudah menggunakan Google Analytics—dan data telepon—untuk mengukur efektivitas kegiatan pemasaran online dan offline. Coba cek deh, seperti apa efektivitas kegiatan pemasaran Anda. Mana yang perlu ditingkatkan?

Jika ada yang ingin Anda tanyakan, silakan berkonsultasi dengan digital marketing expert kami di Tanya Ahli. Dan silakan daftarkan diri Anda di www.daya.id untuk tips pemasaran lainnya.

Sumber:

Diolah dari berbagai sumber

Penilaian :

5.0

3 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ardhan Ashary Nasution

05 Desember 2023

Terima Kasih informasi nya sangat bagus 👍👍

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Nur Anasta Rahmat

Digital Marketing Expert

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS