Bisnis Hotel Praktis dan Efisien untuk Garap Pasar Menengah

Dirilis

22 Desember 2021

Penulis

Majalah Franchise Indonesia, Mitra Strategis Program Daya Sejak 2014

Pengusaha

Samudra Hendra

Jenis Usaha

Pemilik Jaringan Bisnis MaxOne Hotel

Kelahiran generasi milenial yang sangat menyukai Instragramable place, mengusik jiwa bisnis Samudra Hendra. Dari sana ia membuat bisnis hotel yang mampu menggarap kebutuhan pasar tersebut. Kebetulan Samudera punya pengalaman yang mumpuni di bidang properti. Wah, cocok!

 

Bisnis Hotel yang Menarget Para Milenial

Demi mewujudkan keinginan membangun hotel yang efisien dan praktis, Samudera Hendra menggandeng rekan untuk proyek pembangunan MaxOne Hotel dengan luas bangunan 524 meter, dan terdiri dari 87 kamar di daerah Sabang, Jakarta Pusat. “Idenya membangun hotel yang efisien dan praktis. Kami tidak membangun budget hotel tapi value hotel. Ketika itu masih sangat jarang sekali pemainnya,” jelasnya. 

Bukan tanpa alasan pria yang akrab disapa Samudera ini ingin membangun hotel yang efisien dan praktis. Menurutnya, kaum milenial saat ini seringkali spending uang ke mal-mal, jalan-jalan, makan-makan. Nah, ketika jalan-jalan biasanya orang butuh akomodasi, karena travelling dan akomodasi seperti dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Samudera pun meyakini, mereka akan mencari hotel dengan value yang pas menurut mereka dan ini merupakan peluang bisnis. 

 

Modal Awal Sangat Besar dan Tantangan Membangun Bisnis Hotel

Modal Awal Sangat Besar dan Tantangan Membangun Bisnis Hotel
Terkait dengan modal untuk bisnis hotel, Samudera mengaku merogoh kocek sampai Rp60 miliar untuk perizinan, desain dan modal kerja. Terlebih lagi, investasi properti adalah investasi jangka panjang. Hotel yang pasti adalah revenue generator, namun ada juga operating cost-nya. 

Diakuinya, proses di awal memulai pembangunan MaxOne Hotel Sabang ini tidak luput dari masalah-masalah, mulai dari proses pembangunan yang berlarut-larut, perizinan dan lainnya. “Namun ketika sudah jadi produk, sampai hari ini MaxOne Hotel yang ada di Sabang ini sangat di terima pasar, baik dari segi okupansi dan harga jual,” katanya. 

“Kami memiliki properti dan hospitality yang baik, targetnya bukan untuk generasi lama melainkan generasi Y dan Z. Apabila hotel memberikan keuntungan maka pembelinya puas. Kalau produk bagus orang akan datang, dan diminati. Sampai hari ini pembelinya masih sama,” lanjutnya. 

Kendala awal memulai bisnis ini lebih banyak kepada melakukan riset karena merupakan proyek pertama. “Jadi harus menciptakan produk dan branding yang mumpuni. Untuk mendapatkan feeling dan konsep seperti apa, kami keliling sana-sini pada waktu itu,” ucapnya.  

 

Keberhasilan Bisnis Merupakan Hasil Teamwork

“Untuk menjadi yang terdepan kami membangun corporate culture yang baik, kami set-up manajemen di corporate kuncinya Human Resource, yang paling penting jujur dan sesuai SOP yang benar, punya sistem kontrol dalam manajemen hotel. Good Corporate Management,” jelasnya.  

Disamping itu, faktor pendukung keberhasilan bisnis ini juga bukan hasil satu orang, namun dijalankan oleh teamwork. “Dalam satu organisasi punya keterkaitan semua, satu sakit maka akan sakit semua,” tandasnya. 

Salah satu faktor penghambat bisnis perhotelan di Indonesia, kata Samudera adalah pada mindset di bisnis ini sendiri yang masih dipersepsi sebagai brand luar negeri. “Nah tugas kita meyakinkan bahwa brand kita tidak kalah. Kita sudah punya manajemen, SOP dan kontrol yang bagus. Apalagi SDM di perhotelan ini turn over-nya cepat sekali. Jadi mengatur manusia ini berbeda-beda di setiap daerah.” ungkapnya. 

Sebagai local brand, Samudra memiliki visi menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Jangan semuanya fee-nya ke luar negeri. Kita local brand yang create orang Indonesia, bukan dari ekspatriat. Kita punya konsep dan manajemen sendiri,” tegasnya. 

 

Tumbuh Pesat Menjadi Grup Jaringan Hotel

Seiring dengan semakin meningkatnya kelas menengah di Indonesia maka bisnis hotel milik Samudera pun dengan mudah diterima pasar menengah yang kini disesaki generasi milenial. Bahkan saat ini telah berkembang menjadi sebuah grup jaringan hotel dibawah naungan Milestone Pacific Hotel Group atau sering disingkat MPHG yang saat ini memiliki 35 hotel mulai dari bintang satu hingga bintang lima. 

“Kami kelola 35 hotel saat ini. Jadi brand kami sangat diterima oleh masyarakat, value dari brand kami tumbuh pesat, ini ditandai dari banyaknya request dari hotel owner yang ingin di manage oleh kami. Mulai dari Batam, Sumatera, Jawa, Belitung, hingga Ambon dan Papua,” kata Samudera.

Tidak hanya itu, branding dan positioningnya semakin jelas. Melalui MPHG, Samudra dan rekan membangun leveling branding untuk grab market yang berbeda pula. Kini mereka memiliki delapan merek selain MaxOne Hotel seperti: Ruma-Ruma House, Nite & Day Hotels, All Nite & Day Hotels, Hotels Zia, Alltrue Hotels, Marc Hotels dan One of A Kind. 

“Bisnis hotel itu kakinya dua yaitu hospitality dan properti. Hospitality bagaimana kita membangun konsep yang berbeda didalam produk dan layanan hotel kita dan di sisi properti kita juga harus jeli untuk memilih lokasi karena akan mempengaruhi capital gain dari investasi kita. 

Menurut Samudera, konsep MaxOne Hotel adalah value design hotel with feeling. Value design-nya itu adalah konsep industrial dan instagramable, “Waktu desain industrial dan instagramable ini belum dikenal, semen dan batunya kelihatan, kami mulai mempopulerkan konsep ini dan feeling-nya itu adalah happiness, warmth and love yaitu semua staf kami didalam melayani tamu harus dengan penuh kebahagiaan, kehangatan dan cinta kasih. Selain konsep industrial, MaxOne Sabang juga mengusung tema betawi, colorfull, warna hijau yang melambangkan kemakmuran,” sambungnya. 

 

Okupansi dan Strategi Menghadapi Masa Pandemi

Pada masa pandemi ini tingkat okupansi MaxOne Hotel bervariasi tergantung lokasi dimana MaxOne Hotel berada. Jika dilihat dalam periode 1 tahun, tingkat okupansi di wilayah Jakarta berada di angka 20-55%, Palembang diangka 80%, Surabaya mencapai 55%, Malang 65%, Balipapan 90%, Makassar di angka 70%, sedangkan wilayah Bali dan Belitung masih sekitar 10-35%, tergatung lokasi. “Kalau untuk omzet yang didapat, kurang lebih sekitar 500 juta sampai dengan 7 Miliar lebih ya, YTD (Year to Date) fiskal 2021 ini” kata Samudera.  

Pandemi saat ini membuat hampir semua sektor bisnis limbung. Tak terkecuali bisnis hotel. Karena itu, di awal pandemi Samudra melakukan berbagai upaya untuk mensiasati berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi. Salah satunya adalah melakukan budgeting dan proyeksi. 

“Di masa pandemi, kami mengambil keputusan dengan cepat dan tepat untuk menyusun emergency budget yang harus dilakukan di masa PSBB dan PPKM ini. Semua harus bekerja dengan Break Event Point (BEP),” jelasnya. 

Menurut Samudera, kebijakan yang diterapkan di masa pandemi antara lain; mengatur tenaga kerja, efisiensi operasional, mengecangkan pinggang dengan target BEP, selain itu hotel harus tetap terjaga dan terawat. “Tantangan di masa pandemi dengan turunnya revenue kita adakan WFH, karyawan digilir kerjanya. Ada 15 hari, 7 hari, biar tetap kerja,” imbuhnya. 
Tetap menjaga kebersihan hotel sebagai salah satu strategi saat pandemi
“Untuk eksternal, di masa pandemi saat ini kita harus aktif berusaha, jangan pasif. Terutama sekarang lebih ke digital minded, guest aware dengan instagram dan media sosial, promo digital terus kita jalankan. Selain itu, kami juga aktif mengkampayekan dan membuat program protokol kesehatan di hotel-hotel kami dalam bentuk poster dan video. Kami juga menjalankan New Normal melalui program MPHG happy clean stay dan setiap hotel telah memiliki sertifikat CHSE” bebernya.    
 

Paham Properti Untuk Berbisnis Hospitality

Sebelum berbisnis hotel, Samudra lebih banyak berkecimpung di bidang properti. Mulai dari pembangunan, manajemen dan pemasaran. Meskipun tidak berlatarbelakang hospitality yang notabene pengelolaan hotel, menurutnya yang paling penting adalah paham dahulu properti, lokasi dan produknya. 

“Jika ingin memulai usaha properti, pasti kita harus memikirkan income generating-nya. Seperti halnya bikin ruko atau kos-kosan untuk disewakan. Apalagi bisnis hotel, harus cari lokasi yang strategis karena valuenya akan terus meningkat,” jelasnya. 

“Maka kami memutuskan membangun hotel untuk dijual. Karena lokasi tanah tidak besar cari operator susah, maka buat produk dengan konsep sendiri untuk dijual. Kalau jual rumah asetnya kan aset properti, tapi kalau hotel itu asetnya aset bisnis. Setelah dibangun 2011, kami jual dengan keuntungan dan kami bangun kembali,” bebernya. 

Dari situlah bisnis Samudera berkembang karena produknya banyak disukai. “Akhirnya kami diminta mengelola hotel, sampai saat ini mencapai 35 hotel yang kita kelola dan ada 37 hotel yang sudah sign kontrak dan beberapa sedang tahap pembangunan,” terangnya. 

Menurutnya, prinsip dalam mengelola hotel yang penting lokasi dan produknya sudah baik, maka proses pemasaran tidak sulit. 

 

Ingin Mengubah Brand Lokal Menjadi Brand Internasional

Untuk rencana mendatang, pria yang hobi menonton film dan travelling ini ingin membangun brand lokal menjadi brand internasional dan memperluas jaringan di seluruh Indonesia. Tentu saja dengan menambah jumlah hotel dan meningkatkan branding, konsep dan strategi bisnisnya agar terus berkembang.

“Jadi pebisnis itu harus kreatif dan inovatif.  Apalagi di masa pandemi, yang terpenting harus Stay Happy and Stay Healthy.  Jika kita sehat dan bahagia, maka akan lebih mudah menjalankan bisnis,” tutupnya. 


Samudera Hendra adalah salah satu pebisnis yang sukses membangun bisnis perhotelan. Anda tertarik mengikuti jejaknya? Konsultasikan dengan business coach di Daya.id agar usaha yang Anda jalankan semakin matang dan sukses.

Untuk kisah sukses pengusaha inspiratif lainnya, bisa Anda baca di Daya.id. Yuk daftar dan kunjungi Daya.id sekarang juga!


 

Penilaian :

4.7

9 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS