07 Januari 2019
Jeli Melihat Peluang, Usaha Jasa Titip Kini Beromzet Puluhan Juta
Dirilis
07 Januari 2019
Penulis
Tim Penulis Daya Tumbuh Usaha
Pengusaha
Herly Primadewi
Jenis Usaha
Jasa Titip "Made In Singapore (MIS)"
"Hidup itu harus produktif. Karenanya, saya memutuskan untuk mencari cara menghasilkan dari sesuatu yang dapat saya lakukan dan menyukainya."
Usaha jasa titip atau biasa disebut jastip mungkin sedang marak 1-2 tahun belakangan ini. Tapi Herly Primadewi telah cukup jeli melihat peluang ini dari beberapa tahun yang lalu. Tepatnya, saat ia membangun brand Made In Singapore (MIS) di 2014 dan menjadi salah satu pelopor jastip barang luar negeri yang cukup stabil hingga hari ini dan bahkan semakin berkembang.
Berawal dari waktu luang
10 tahun menetap di Singapura, Herly merupakan pekerja kantoran dengan rutinitas yang sibuk. Setelah mengandung dan kemudian memiliki anak, ia memutuskan untuk berhenti bekerja agar dapat mengurus sendiri buah hatinya.
Namun, terbiasa dengan rutinitas bekerja membuat Herly merasa perlu mengisi kekosongan di masa transisi menjadi seorang ibu baru dan lepas dari dunia kantor. Ia akhirnya berputar otak mencari kesibukan.
Berawal dari kegiatannya sehari-harinya berbelanja ke supermarket, mal hingga pasar, akhirnya muncul ide yang ia sebut sebagai 'proyek iseng' menawarkan dan menerima pesanan pembelian barang tertentu di Singapura sebagai personal shopper kepada teman-teman yang ingin membeli barang yang tidak ada atau sedang habis stok di Indonesia. Awalnya, ia melakukannya secara kecil-kecilan dan membawanya sendiri secara 'hand-carry' ke Indonesia.
Tidak perlu berpikir lama, wanita 35 tahun ini langsung melihat peluang usaha dari kegiatan tersebut, dan segera membuat brand Made In Singapore (MIS). Selain dari teman ke teman, ia juga menjajakan jasanya lebih luas lagi melalui Instagram. Strategi pemasaran yang ia lakukan di awal banyak bergantung pada review pengguna jasa MIS hingga meng-endorse beberapa artis. Kini, akun Instagram @madeinsgp telah memiliki 11,9K pengikut dan beromzet hingga Rp50 juta per bulan.
Tantangan waktu
Sesuai dengan tujuan awalnya membangun usaha sebagai pengisi waktu luang, kegiatan mengurus anak bagi Herly adalah fokusnya yang utama. Oleh karena itu, ia mengurus usahanya setelah segala urusan rumah tangga telah selesai. Sehingga bagi Herly tantangan usaha ini lebih banyak soal manajemen waktu.
"Bekerja dari rumah sambil menjaga anak adalah hal yang sulit. Masih banyak hal yang harus saya sesuaikan, dan masih dalam proses pembelajaran hingga detik ini," tuturnya.
Proses usaha jasa titip yang ia lakukan mulai dari memasuki satu toko ke toko yang lain, mengambil foto dan cek harga, mengunggah di media sosial dan menunggu respon pembeli selama 3 hari sebelum mengambil pesanan. Lalu kegiatan yang banyak menyita waktu seperti pengemasan barang, menjawab pelanggan, dan mencari pesanan (secara online) hingga proses pengiriman ia lakukan sendiri. Tidak jarang Herly harus merelakan waktu istirahatnya untuk menyelesaikan pesanan tepat waktu.
Lelah, namun menurutnya usaha yang dijalankannya ini sangat menyenangkan. Untuk efisiensi waktu, Herly juga melakukan beberapa pembelanjaan secara online serta membangun koneksi dengan karyawan toko-toko untuk update barang terbaru dan info sale.
Setelah 4 tahun, SDM masih menjadi tantangan terbesar bagi usaha yang Herly jalankan. Meski sudah memiliki 1 orang karyawan yang membantu pengemasan dan database di Singapura serta 1 pekerja paruh waktu di Indonesia, Herly tetap turun tangan mengurus sendiri pesanan yang masuk.
"Melayani pelanggan adalah hal terpenting. Karena dari awal sampai sekarang saya sendiri yang selalu memegang komunikasi dengan pelanggan, saya jadi bisa mengetahui macam-macam karakter pelanggan Made In Singapore (MIS) dan bagaimana cara menghadapinya. Namun lagi-lagi dengan keterbatasan waktu berkomunikasi karena proses produksi dan mengurus rumah, gaya komunikasi MIS saya bikin singkat dan padat namun tetap dapat membuat pelanggan nyaman dan percaya. Inilah yang menurut saya paling penting untuk usaha jasa titip online," tambahnya.
Terus Berinovasi
Maraknya usaha jastip tidak membuat Herly merasa terancam. Selain percaya bahwa setiap orang memiliki porsi dan rezeki masing-masing, ia juga melakukan beberapa inovasi untuk tetap berkembang. Jika pada 2 tahun pertama Herly membawa sendiri barang-barang pesanannya setiap bulan ke Indonesia, kini MIS telah melakukan pengiriman secara rutin 2 kali dalam sebulan dengan dibantu kurir. Herly pun dapat berfokus pada pengembangan usaha.
Selain sebagai personal shopper, MIS telah sukses menjadi pelopor #numpangalamatsingapore yaitu jasa bagi pelanggan yang ingin melakukan transaksi online dari berbagai belahan dunia namun terbentur proses pengiriman ke Indonesia. Selain itu, ia juga melakukan inovasi servis terbaru “madeinsgp box” yaitu usaha pengiriman dalam jumlah besar (kargo) dan fasilitas penyimpanan barang.
Sesuai dengan misinya membangun usaha sebagai perpanjangan tangan bagi teman-teman (dan pelanggan) yang ingin membeli barang di luar negeri terutama Singapura, ia juga berfokus membantu sesama pengusaha yang memajukan usahanya melalui pengiriman barang-barang dengan partai besar. Tentu saja, semua dilakukan melalui jalur legal dan membayar pajak. "Untung mungkin tidak besar, namun ada kepuasan tersendiri saat membantu teman-teman yang ingin mencoba memulai usaha dan membuat sesuatu yang positif," ujarnya.
Dukungan untuk terus belajar
Bagi ibu dua anak ini, dukungan pasangan dan keluarga adalah hal yang terpenting selain dari dukungan teman-teman. Terlebih ia tinggal di Singapura hanya dengan pasangan dan dua anak yang masih balita. Ia juga mengaku selalu ingin belajar mengembangkan usahanya.
Setelah mengembangkan usaha jastipnya ke penitipan barang dalam jumlah besar (kargo), ia juga membuat usaha lain dengan membuka penyewaan stroller bagi para wisatawan dengan anak balita yang sedang berlibur ke Singapura. "Masih dengan usaha di bidang jasa, yang satu untuk memudahkan belanja (@madeinsgp) dan yang satu lagi untuk memudahkan liburan bersama keluarga (@betterwithstroller)," ungkapnya.
Namun, masih ada satu lagi usaha yang menjadi impian Herly. Setelah sebelumnya pernah memiliki pengalaman usaha tas kulit hasil produk Indonesia di Singapura dengan prospek yang cerah, keterbatasan waktu bergerak sambil mengurus anak-anak yang masih kecil membuat Herly harus menghentikan usaha tersebut untuk sementara waktu. Namun tidak menutup kemungkinan suatu saat ia kembali mengembangkan usaha desain produk kulit tersebut dan mempelajarinya kembali.
Usaha jasa titip atau biasa disebut jastip mungkin sedang marak 1-2 tahun belakangan ini. Tapi Herly Primadewi telah cukup jeli melihat peluang ini dari beberapa tahun yang lalu. Tepatnya, saat ia membangun brand Made In Singapore (MIS) di 2014 dan menjadi salah satu pelopor jastip barang luar negeri yang cukup stabil hingga hari ini dan bahkan semakin berkembang.
Berawal dari waktu luang
10 tahun menetap di Singapura, Herly merupakan pekerja kantoran dengan rutinitas yang sibuk. Setelah mengandung dan kemudian memiliki anak, ia memutuskan untuk berhenti bekerja agar dapat mengurus sendiri buah hatinya.
Namun, terbiasa dengan rutinitas bekerja membuat Herly merasa perlu mengisi kekosongan di masa transisi menjadi seorang ibu baru dan lepas dari dunia kantor. Ia akhirnya berputar otak mencari kesibukan.
Berawal dari kegiatannya sehari-harinya berbelanja ke supermarket, mal hingga pasar, akhirnya muncul ide yang ia sebut sebagai 'proyek iseng' menawarkan dan menerima pesanan pembelian barang tertentu di Singapura sebagai personal shopper kepada teman-teman yang ingin membeli barang yang tidak ada atau sedang habis stok di Indonesia. Awalnya, ia melakukannya secara kecil-kecilan dan membawanya sendiri secara 'hand-carry' ke Indonesia.
Tidak perlu berpikir lama, wanita 35 tahun ini langsung melihat peluang usaha dari kegiatan tersebut, dan segera membuat brand Made In Singapore (MIS). Selain dari teman ke teman, ia juga menjajakan jasanya lebih luas lagi melalui Instagram. Strategi pemasaran yang ia lakukan di awal banyak bergantung pada review pengguna jasa MIS hingga meng-endorse beberapa artis. Kini, akun Instagram @madeinsgp telah memiliki 11,9K pengikut dan beromzet hingga Rp50 juta per bulan.
Tantangan waktu
Sesuai dengan tujuan awalnya membangun usaha sebagai pengisi waktu luang, kegiatan mengurus anak bagi Herly adalah fokusnya yang utama. Oleh karena itu, ia mengurus usahanya setelah segala urusan rumah tangga telah selesai. Sehingga bagi Herly tantangan usaha ini lebih banyak soal manajemen waktu.
"Bekerja dari rumah sambil menjaga anak adalah hal yang sulit. Masih banyak hal yang harus saya sesuaikan, dan masih dalam proses pembelajaran hingga detik ini," tuturnya.
Proses usaha jasa titip yang ia lakukan mulai dari memasuki satu toko ke toko yang lain, mengambil foto dan cek harga, mengunggah di media sosial dan menunggu respon pembeli selama 3 hari sebelum mengambil pesanan. Lalu kegiatan yang banyak menyita waktu seperti pengemasan barang, menjawab pelanggan, dan mencari pesanan (secara online) hingga proses pengiriman ia lakukan sendiri. Tidak jarang Herly harus merelakan waktu istirahatnya untuk menyelesaikan pesanan tepat waktu.
Lelah, namun menurutnya usaha yang dijalankannya ini sangat menyenangkan. Untuk efisiensi waktu, Herly juga melakukan beberapa pembelanjaan secara online serta membangun koneksi dengan karyawan toko-toko untuk update barang terbaru dan info sale.
Setelah 4 tahun, SDM masih menjadi tantangan terbesar bagi usaha yang Herly jalankan. Meski sudah memiliki 1 orang karyawan yang membantu pengemasan dan database di Singapura serta 1 pekerja paruh waktu di Indonesia, Herly tetap turun tangan mengurus sendiri pesanan yang masuk.
"Melayani pelanggan adalah hal terpenting. Karena dari awal sampai sekarang saya sendiri yang selalu memegang komunikasi dengan pelanggan, saya jadi bisa mengetahui macam-macam karakter pelanggan Made In Singapore (MIS) dan bagaimana cara menghadapinya. Namun lagi-lagi dengan keterbatasan waktu berkomunikasi karena proses produksi dan mengurus rumah, gaya komunikasi MIS saya bikin singkat dan padat namun tetap dapat membuat pelanggan nyaman dan percaya. Inilah yang menurut saya paling penting untuk usaha jasa titip online," tambahnya.
Terus Berinovasi
Maraknya usaha jastip tidak membuat Herly merasa terancam. Selain percaya bahwa setiap orang memiliki porsi dan rezeki masing-masing, ia juga melakukan beberapa inovasi untuk tetap berkembang. Jika pada 2 tahun pertama Herly membawa sendiri barang-barang pesanannya setiap bulan ke Indonesia, kini MIS telah melakukan pengiriman secara rutin 2 kali dalam sebulan dengan dibantu kurir. Herly pun dapat berfokus pada pengembangan usaha.
Selain sebagai personal shopper, MIS telah sukses menjadi pelopor #numpangalamatsingapore yaitu jasa bagi pelanggan yang ingin melakukan transaksi online dari berbagai belahan dunia namun terbentur proses pengiriman ke Indonesia. Selain itu, ia juga melakukan inovasi servis terbaru “madeinsgp box” yaitu usaha pengiriman dalam jumlah besar (kargo) dan fasilitas penyimpanan barang.
Sesuai dengan misinya membangun usaha sebagai perpanjangan tangan bagi teman-teman (dan pelanggan) yang ingin membeli barang di luar negeri terutama Singapura, ia juga berfokus membantu sesama pengusaha yang memajukan usahanya melalui pengiriman barang-barang dengan partai besar. Tentu saja, semua dilakukan melalui jalur legal dan membayar pajak. "Untung mungkin tidak besar, namun ada kepuasan tersendiri saat membantu teman-teman yang ingin mencoba memulai usaha dan membuat sesuatu yang positif," ujarnya.
Dukungan untuk terus belajar
Bagi ibu dua anak ini, dukungan pasangan dan keluarga adalah hal yang terpenting selain dari dukungan teman-teman. Terlebih ia tinggal di Singapura hanya dengan pasangan dan dua anak yang masih balita. Ia juga mengaku selalu ingin belajar mengembangkan usahanya.
Setelah mengembangkan usaha jastipnya ke penitipan barang dalam jumlah besar (kargo), ia juga membuat usaha lain dengan membuka penyewaan stroller bagi para wisatawan dengan anak balita yang sedang berlibur ke Singapura. "Masih dengan usaha di bidang jasa, yang satu untuk memudahkan belanja (@madeinsgp) dan yang satu lagi untuk memudahkan liburan bersama keluarga (@betterwithstroller)," ungkapnya.
Namun, masih ada satu lagi usaha yang menjadi impian Herly. Setelah sebelumnya pernah memiliki pengalaman usaha tas kulit hasil produk Indonesia di Singapura dengan prospek yang cerah, keterbatasan waktu bergerak sambil mengurus anak-anak yang masih kecil membuat Herly harus menghentikan usaha tersebut untuk sementara waktu. Namun tidak menutup kemungkinan suatu saat ia kembali mengembangkan usaha desain produk kulit tersebut dan mempelajarinya kembali.