Pandai Membaca Peluang, Usaha Terus Berkembang

Dirilis

12 November 2018

Penulis

Tim Penulis Daya Tumbuh Usaha

Pengusaha

Titin Sumarni

Jenis Usaha

Pemilik Industri Makanan Tradisional (Kue Bangket dan Semprong)

Titin Sumarni adalah sosok ibu dengan 4 orang anak, 3 perempuan dan 1 laki-laki. Pada tahun 1985, Titin hijrah dari Palembang untuk mengikuti suaminya bekerja di Kota Bandung. Kehidupan Titin bersama suaminya di Bandung tidak semudah yang dibayangkan. Titin harus ikut bekerja di pabrik tekstil untuk membantu keuangan keluarga. Namun pada tahun 1991, suami Titin dipindah tugaskan ke Solo. Titin meminta ijin kepada kedua orang tuanya untuk ikut suaminya bekerja di Solo, namun tidak diijinkan. Sehingga, kembalilah Titin ke kampung halamannya di Palembang bersama 3 orang putrinya pada saat itu.

Hidup terpisah dari suami bukanlah hal yang mudah bagi Titin. Namun hal itu bukanlah halangan baginya untuk memulai usahanya. Karena, prinsipnya tidak mungkin hanya menumpang hidup di rumah orang tuanya tanpa melakukan apapun. Apalagi dia harus membantu suaminya untuk membiayai sekolah ketiga putrinya. Dengan bermodalkan alat dapur yang dipinjam dari orang tuanya, mulailah Titin menjual gorengan di warung makan milik orang tuanya. Ternyata seiring waktu, gorengan Titin menjadi sangat digemari oleh warga. Semakin banyak warga yang datang ke warung ibunya, sehingga peluang ini tidak dilewatkan oleh Titin untuk menjual sayur mentah juga. Pada dasarnya Titin sangat kreatif, tidak habis sampai disitu saja. Untuk memanfaatkan apabila ada sayur mentah yang dia jual tidak habis, maka dibuatlah bahan gado-gado untuk kemudian dijual pada siang harinya.

Perkembangan usaha yang dijalani Titin membuat orang tuanya percaya, sehingga mereka menyerahkan warungnya untuk dikelola Titin. Dengan semakin berkembangnya usaha yang dijalankan Titin, suaminya memutuskan pulang ke Palembang untuk membantu mengurus warung Titin. Setelah beberapa waktu tinggal di Palembang, suaminyalah yang kemudian mengeluarkan ide usaha lainnya yaitu membuat "kue bangket dan kue semprong”. Resep kue-kue tersebut awalnya diperoleh dari belajar dengan orang lain yang sudah memproduksi terlebih dahulu. Namun, dengan beberapa penyesuaian (modifikasi) maka resep paten untuk produk khas buatannya tidak ada yang menyamai di Palembang. Selain usaha warung makanan maka usaha kuenya juga semakin berkembang, sehingga hasilnya Titin sekeluarga mampu membeli rumah orang tuanya yang lokasinya sangat strategis di pinggir jalan. 

Setiap harinya, produksi kue bangket sebanyak 86 kg dan kue semprong sebanyak 66 kg. Kedua macam kue tersebut dibandrol oleh Titin seharga 15 ribu rupiah untuk setengah kilonya. Suami Titin hanya dibantu oleh satu orang sales, untuk membantunya  dalam mendistribusikan kuenya.

Usaha-usaha Lainnya
Seiring dengan berjalannya waktu, peluang untuk membuka usaha toko kelontong juga dijalankan. Kemudian, berkembang lagi menjadi usaha penjualan pulsa dan fotokopi yang berdampingan dengan warung makan dan toko kelontongan miliknya. Titin merupakan orang yang sangat ulet dan mampu membaca peluang usaha.

Pada suatu kesempatan, Titin membeli tanah disisi lain rumahnya yang kebetulan dijual dan dibangunlah ruko. Dimana satu ruko disewakan dan ruko yang lainnya, untuk anak Titin membuka lembaga bimbingan belajar. Menurut Titin, usaha yang paling menguntungkan adalah warung makan karena perputarannya sangat cepat dengan omzet mencapai 4 juta rupiah per hari. Semenjak pagi hari, Titin sudah berjualan lontong sayur dan bubur ayam. Menjelang siang, menjual nasi rames dengan lauk dan sayur yang bervariatif. Suami Titin juga membantu menyiapkan bakso dan pempek yang dijual bersebelahan dengan warung nasinya. Untuk menjaga ketiga warungnya, Titin dibantu oleh 2 orang pegawainya.

Sumber Kegigihan Titin
Kesuksekan yang Titin dan suami diperoleh saat ini tentu tidak didapat dari berpangku tangan saja, jatuh bangun usaha pernah dirasakannya. Dengan dibantu anak pertama dan kedua yang sudah menjadi sarjana, Titin membuat label untuk kue bangket dan kue semprong dengan brand “Tiga Dara”, dimana awal mula usaha kedua kue tersebut dimulai saat anak Titin dan suaminya memiliki 3 orang anak perempuan. Selain itu, kedua kue yang di produksi Titin juga telah dipasarkan di internet, tentu hal ini dibantu oleh putri-putrinya.

Dengan usaha-usaha yang dilakukannya, Titin berhasil mensarjanakan kedua putrinya, 1 orang masih melanjutkan pendidikan di tingkat sarjana dan 1 orang lagi masih duduk di bangku SD. Sukses dalam bisnis, dan menyekolahkan putra-putrinya merupakan hal yang tidak pernah terbayangkan oleh Titin dan suami. 

Walaupun demikian, masih ada satu ganjalan lagi yang masih tersisa di hati Titin, ia ingin ada salah seorang putra atau putrinya yang meneruskan usahanya. Hal itu dikarena, dari usaha-usaha yang dijalaninya selama ini berhasil menyekolahkan putra-putrinya, serta memiliki kenangan perjuangan tersendiri bagi Titin.





 

Penilaian :

5.0

2 Penilaian

Kisah Sukses Lainnya

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS