13 Maret 2018
Dirilis
Sektor pariwisata dan jasa pengiriman masih akan berkembang. Tapi Anda perlu berpikir kreatif menghadapi persaingan digital.
“Sejak tahun 2017, sektor pariwisata menjadi sektor penerimaan devisa terbesar di Indonesia, mengalahkan sektor minyak dan gas. Para investor tentu akan tertarik pada usaha yang memiliki prospek yang baik,” ungkap Anton Thedy, Managing Director TX Travel. Makanya ia tetap optimis menjalani tahun 2018.
Menyikapi persaingan usaha melalui digital, Anton merasa perlu memaksa diri untuk berpikir kreatif dan tidak sekedar ikut arus. “Akan banyak pemain baru yang muncul sejalan dengan meningkatnya usaha pariwisata. Namun yang bisa bertahan di tengah lautan persaingan hanya sedikit,” jawabnya tegas. TX Travel memilih tampil dengan produk berbeda dan sulit di-online-kan, sehingga bisa menjadi daya saing yang berbeda dengan pemain lainnya. “Sebab tidak semua usaha di sektor pariwisata bisa di online-kan, misalnya: Charter Flight. Hal-hal seperti ini yang harus terus ditingkatkan untuk tetap dapat bersaing dengan pemain lainnya,” jelasnya.
Potensi Industri Meningkat Karena Perkembangan Digital
Tantangan yang sama juga terjadi di bidang jasa pengiriman. JNE sebagai salah satu pemain di bidang tersebut memilih untuk melakukan berbagai pengembangan di sektor-sektor penting seperti IT; baik jaringan dan infrastruktur, maupun SDM. Seperti disampaikan M. Feriadi, Direktur JNE, mereka ingin melakukan inovasi layanan yang berfokus kepada loyalty customer satisfaction.
Feriadi menambahkan, gambaran pertumbuhan usaha logistik di Tanah Air dapat mengacu kepada perdagangan dalam jaringan atau e-commerce di Indonesia yang nilai transaksinya akan mencapai 130 milyar USD. “Jika 13% dari total tersebut dipergunakan untuk belanja kebutuhan pengiriman ekspres, pos dan logistik, maka market size industri ini adalah sebesar 16,9 milyar USD atau sekitar 219,7 trilyun rupiah,” ungkapnya.
Berkembangnya e-commerce ini turut meningkatkan potensi tumbuhnya industri logistik di Indonesia. Saat ini jumlah paket yang beredar di tahun 2017 ada sekitar 800 juta paket, sebagian besar saat ini saya yakini berhubungan dengan e-Commerce,” papar Feriadi.
Sebagai informasi, seiring dengan pertumbuhan e-commerce di Indonesia, sejak tahun 2010 jumlah pengiriman JNE pun meningkat hingga rata-rata 30% setiap tahunnya. Dengan adanya perubahan perdagangan elektronik tersebut, maka pola berbelanja masyarakat dari offline ke online, menjadikan distribusi barang akan tetap dibutuhkan.
“Kami percaya bahwa perkembangan volume pengiriman barang yang terus tumbuh signifikan, pemicunya adalah nilai perdagangan yang terus meningkat. Salah satu pemicunya adalah adanya perdagangan elektronik. Dalam perdagangan elektronik ini industri jasa pengiriman ekspres, pos dan logistik akan menjadi backbone-nya,” tutur Feriadi.
Sumber:
Majalah Franchise Indonesia
Berikan Komentar
Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

intan sari
24 October 2024
membaca adalah kunci kehidupan untuk lebih baik
Balas
.0
Bayu aji
24 October 2024
menuju Indonesia emas dan cerdas
Balas
.0
Yuni Ayunda
24 October 2024
daya tetap yang terbaik untuk saya
Balas
.0
Dastan
24 October 2024
tetap sukses dan mensejahterakan usahawan
Balas
.0
Gunawan
24 October 2024
membantu sesama adalah indah terimakasih daya.id ilmunya
Balas
.0