Dirilis

05 Januari 2023

Penulis

BTPN Mitra Bisnis

Beberapa pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengeluhkan kenaikan harga jual kedelai impor di Jawa Tengah yang telah mencapai Rp 11.000/kg. Harga ini naik hampir dua kali lipat dari kondisi normal yang berkisar Rp 6.500/kg. 

Adapun fluktuasi harga jual kedelai impor sudah terjadi sejak awal pandemi Covid-19. Pada Mei 2021, harga kedelai juga sempat mencapai Rp 10.000/kg. Faktor penyebab lainnya adalah tren kenaikan harga kedelai global. Berdasarkan data Bloomberg, harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) kontrak pengiriman Mei 2022 berada di level US$ 15,6/bushel, padahal di akhir tahun lalu harga komoditas ini masih bertengger di level US$ 13,3/bushel. Berikut ini merupakan pergerakkan harga kedelai dunia 1 tahun ke belakang.

Berdasarkan data Bloomberg tersebut, maka terlihat bahwa harga kedelai global dari bulan November 2021 hingga Februari 2022 terus naik hingga menyentuh US$ 15,96/bushel pada tanggal 9 Februari 2022. Ketua Umum Gabungan Koperasi Pengusaha Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, komoditas kedelai menganut sistem perdagangan bebas sehingga pergerakan harganya sangat dipengaruhi oleh kondisi suplai dan permintaan di pasar.

Saat ini, China selaku konsumen kedelai terbesar di dunia mencatatkan kenaikan permintaan impor dari sebelumnya 65 juta - 75 juta ton/tahun menjadi lebih dari 90 juta/ton. 

Di sisi lain, produsen kedelai terbesar global seperti Amerika Serikat dan Brasil sempat mengalami gangguan panen, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan suplai. 

Walau bukan konsumen terbesar secara global, tren kenaikan harga kedelai tentu mempengaruhi pasar di Indonesia. Adapun Indonesia biasanya mengimpor sekitar 2,4 juta - 2,6 juta ton kedelai di tiap tahun. 

Aip menyebut, saat ini rata-rata harga impor kedelai adalah sekitar Rp 10.650/kg. Harga ini hanya menghitung produk kedelai ketika berada di pelabuhan. Ketika didistribusikan ke berbagai daerah, harga kedelai impor tersebut dipastikan kembali naik karena ada tambahan komponen seperti biaya transportasi, tenaga kerja, dan lain sebagainya. Ketika harga kedelai naik, para produsen tempe tahu jelas akan kesulitan. Apalagi, tren kenaikan harga kedelai berpotensi terjadi sampai pertengahan tahun atau ketika musim panen kedelai tiba. 

 

Ekspor-Impor Kedelai 

Berdasarkan data BPS, terlihat bahwa ekspor kedelai Indonesia secara rata-rata sekitar US$ 600 ribu/tahunnya. Nilai ekspor kedelai tertinggi terjadi pada tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 1,12 juta. Berikut ini cakupan data dari nilai ekspor kedelai berdasarkan kode HS: 1201 (Kacang kedelai pecah maupun tidak):

Selama periode tersebut, maka terlihat bahwa nilai ekspor kedelai dari Indonesia terendah pada tahun 2017, di mana Indonesia hanya mengekspor kedelai senilai US$ 254 ribu. Kemudian beralih pada tahun 2020, ekspor Indonesia berhasil menembus US$ 545 ribu. Berdasarkan data BPS, ekspor kedelai Indonesia hingga November 2021 tercatat sebesar US$ 627 ribu. 

Baca Juga : 6 Manfaat Kedelai untuk Kesehatan yang Luar Biasa

Berdasarkan data dari Trademaps, ternyata Timur Leste merupakan tujuan utama dari ekspor kedelai Indonesia. Sepanjang tahun 2020, Timor Leste mengimpor sebanyark US$ 522 ribu kedelai dari Indonesia. Kemudian sebagian dari ekspor kedelai Indonesia lainnya bertujuan ke Saudi Arabia dan Hongkong. 

Beralih ke impor, Indonesia telah secara rutin menjadi pengimpor kedelai dari negara-negara lain. Artinya, neraca perdagangan Indonesia terhadap produk kedelai selalu menunjukkan hasil yang negatif/defisit. Kementerian Pertanian mencatat, sekitar 86,4% kebutuhan kedelai berasal dari impor. Berikut ini merupakan hasil rekam jejak impor kedelai Indonesia periode 2017-2021 berdasarkan kode HS: 1201 (Kacang kedelai pecah maupun tidak):

Selama periode tersebut, secara rata-rata Indonesia mengimpor sebesar US$ 1,14 juta kedelai tiap tahunnya. Pada tahun 2017, nilai ekspor kedelai Indonesia berhasil mencapai US$ 1,15 miliar, dilanjuti US$ 1,1 miliar pada tahun 2018, US$ 1,06 miliar tahun 2019, dan 1,03 miliar pada 2020. Maka bisa dibilang nilai impor kedelai pada periode 2017-2020 cenderung mengalami tren penurunan. 

Namun tak disangka-sangka, nilai impor kedelai dalam negeri melonjak hingga mencapai US$ 1,48 miliar sepanjang tahun 2021 atau naik 47,7% (yoy). Padahal harga kedelai global cenderung berada di level tertingginya pada tahun 2021. Volume impor kedelai mencapai 2,49 juta ton, atau naik 0,58% (yoy). Selain karena minimnya ketersediaan kedelai lokal, produsen tempe dan tahu juga lebih memilih kedelai impor karena kualitasnya yang dianggap lebih bagus. 

Indonesia tentu bergantung terhadap beberapa pemasok kedelai dunia. Sepanjang tahun 2021, terdapat 10 besar pemasok kedelai impor Indonesia. Berikut ini 5 negara yang memasok kebutuhan kedelai Indonesia:

Amerika Serikat menjadi pemasok utama kedelai impor dengan nilai impor mencapai US$ 1,29 miliar atau Rp 18,32 triliun. Volume impor kedelai dari Amerika Serikat mencapai 2,15 juta ton, artinya 87% kebutuhan kedelai impor Indonesia berasal dari Amerika Serikat. Selanjutnya, Kanada berada di posisi kedua dengan total nilai impor tahun 2021 sebesar US$ 135,89 juta atau volume impor 232,09 ribu ton. Argentina berada di posisi ketiga dengan nilai impor US$ 52,08 juta, diikuti Brasil sebesar US$ 5,35 juta, dan Malaysia sebesar US$ 2,46 juta.

Jika Anda pertanyaan terkait topik ini, silakan berkonsultasi secara gratis di Tanya Ahli. Daftarkan dulu diri Anda untuk akses penuh ke seluruh fitur Daya.id.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

0.0

0 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Arrino Fatra

20 Januari 2023

Mantap

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS