Dirilis

13 April 2020

Penulis

Peni Hidayah

Seringkali para pengusaha UMKM mendefinisikan untung, dengan cara dapat mengambil selisih antara harga jual produk dengan harga beli produk dari supplier. Hal itu tidak salah, namun kurang tepat. Lho kenapa? karena keuntungan yang dimaksud di atas, menurut teori manajemen keuangan, sebenarnya adalah untung kotor atau laba kotor.  Untung kotor atau laba kotor, belum mencerminkan keuntungan yang sebenarnya, karena kita masih harus mempertimbangkan biaya-biaya yang kita keluarkan untuk membeli produk, misalnya biaya transport, biaya bensin, biaya pegawai dan biaya operasional lainnya. Keuntungan yang sebenarnya disebut dengan keuntungan bersih atau laba bersih.

Ironisnyanya banyak pengusaha UMKM yang berusaha agar harga jual yang diambil tidak melebihi harga jual produk pesaing. Sehingga margin atau persentase keuntungan dari produk yang Anda jual, diambil kecil pun tidak masalah, yang penting uang masuk.  

Padahal bila mencermati dengan sungguh-sungguh, kebutuhan biaya hidup rumah tangga dan biaya operasional usaha yang dijalani, keuntungan yang diambil sebenarnya hanya cukup untuk menutupi kebutuhan operasional usaha.  Pada akhirnya, uang yang seharusnya khusus untuk kebutuhan usaha diambil untuk menutupi kebutuhan biaya rumah tangga. Sadar tidak sadar modal usaha menjadi berkurang, total keuntungan juga berkurang. Usaha bukannya bertambah maju, namun jalan di tempat.

Apakah Anda merasakan atau pernah menemukan kasus seperti tersebut di atas? Bila iya, maka dari itu Anda perlu memahami apa yang disebut dengan Margin Laba Kotor.  Karena dengan memahami margin laba kotor ini, anda akan tahu apakah penjualan anda sudah maksimal, apakah keputusan besar keuntungan yang anda ambil sudah tepat, apakah anda sudah cukup efisien dalam bekerja, dan apakah anda sudah tepat memilih supplier produk anda.


Apa Margin Laba Kotor itu?

Marjin Laba Kotor atau Gross Profit Margin digunakan untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap pendapatan penjualan. Sementara Gross Profit atau Laba Kotor adalah seluruh pendapatan Penjualan dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan (HPP).  Gross Profit Margin atau Rasio Marjin Laba Kotor ini juga digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan menggunakan bahan dan tenaga kerjanya, ketika memproduksi dan menjual produk-produknya, sehingga perusahaan tahu tingkat keuntungannya.   

Untuk mendapatkan Marjin Laba Kotor, kita harus tahu terlebih dahulu:
1. Berapa besar laba kotornya.
Laba Kotor atau Gross Profit adalah Total pendapatan penjualan yang dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP).

Besarnya Laba Kotor = Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan

2. Bagi Laba Kotor (Gross Profit) tersebut dengan total Pendapatan Penjualan (Sales Revenue). Dalam rumus seperti berikut:

Besarnya Marjin Laba Kotor = Laba Kotor / Pendapatan Penjualan

Keterangan:
  • Harga Pokok Penjualan (HPP) = seluruh biaya yang dikeluarkan untuk dapat memproduksi barang yang dijual atau Harga perolehan dari barang yang dijual. Biaya-biaya pembentuk HPP yaitu biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya-biaya lainnya.
  • Pendapatan Penjualan = jumlah uang yang diterima dari seluruh penjualan produk atau jasa.

Biar lebih paham lagi untuk mengetahui margin laba kotor, yuk simak contoh berikut:

Sebuah perusahaan X memiliki laba kotor sebesar Rp48.000.000,-
Total pendapatan penjualan perusahaan X sebesar Rp55.000.000,-

Maka Margin Laba  perusahaan X=
= (Laba Kotor / Total Pendapatan Penjualan) 100%
= (Rp48.000.000,- / Rp55.000.000,-) x 100%
= 87%

Artinya, 1 rupiah pendapatan  perusahaan yang didapat harus digunakan untuk membayar beban usahanya sebesar 0,87 rupiah (dari 87%).

Perusahaan yang mempunyai Margin Laba Kotor yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk menjalankan produksinya secara efisien karena besarnya Harga Pokok Penjualannya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan besarnya penjualan. Semakin tinggi margin laba kotornya, maka semakin baik keadaan operasinal perusahaannya. Sebaliknya, jika Margin Laba Kotor rendah menunjukkan bahwa perusahaan yang bersangkutan kurang mampu mengendalikan biaya produksi dan harga pokok penjualannya, semakin rendah margin laba kotornya semakin kurang baik keadaan operasional perusahaannya. Dikatakan rendah jika pada Margin Laba Kotor perusahaan mencapai angka di bawah 50%.

Dari konsep tersebut di atas maka, bila margin laba kotor perusahaan sebesar 87%, maka dapat dikatakan masalah dalam biaya produksi atau harga pokok penjualannya sudah cukup tertangani dengan baik, karena margin laba kotor di atas 50%.

Jadi bila margin kotor usaha kita di bawah 50%, ada beberapa faktor yang dapat dianalisa, seperti barangkali biaya produksinya masih terlalu tinggi.  Kenapa tinggi? bisa jadi karena harga bahan baku produksinya yang relatif mahal.  Kenapa mahal? bisa karena harga-harga sedang naik, bahan baku sulit didapatkan, komisi untuk  pegawai terlalu tinggi ketergantungan pada supplier tertentu. Lalu apa yang bisa dilakukan? ada beberapa alternative, misalnya mengganti bahan baku dengan yang lebih murah, atau anda perlu mengganti jenis barang yang anda jual? atau mencari supplier yang lebih murah?

Bagaimana dengan harga pokok penjualannya? bisa jadi karena kita kurang cermat memilih supplier yang lebih murah atau mungkin biaya transportasi yang tinggi atau potongan pembelian produk anda terlalu kecil atau malah tidak anda dapatkan sama sekali?





Nah dari analisis margin laba kotor ini, meskipun rumusnya sederhana, kita bisa mendapatkan informasi bahwa:
  1. Apakah biaya produksi masih dapat ditekan?
  2. Apakah kita masih bisa mendapatkan bahan baku yang biayanya masih dapat ditekan?
  3. Apakah kita perlu mengganti bahan baku yang selama ini kita pakai dengan bahan baku yang baru dan lebih murah?
  4. Ataukah sudah saatnya mengganti jenis barang yang kita jual?
  5. Apakah biaya transport untuk membeli bahan baku atau produk yang mau dijual kembali masih terlalu tinggi atau bahkan dapat diminimalkan?
  6. Apakah selama ini kita kurang gigih mendapatkan potongan pembelian (diskon) bahan baku atau barang yang akan kita jual lagi?

Margin laba kotor belumlah sebuah gambaran lengkap tentang perusahaan Anda. Angka ini belum memperhitungkan biaya operasional atau biaya tidak langsung seperti biaya pemakaian listrik, air, biaya sewa, gaji karyawan, dan biaya asuransi.  Namun setidaknya, dengan Anda memahami analisis Margin Laba Kotor, Anda jadi lebih mengerti bagaimana meningkatkan keuntungan usaha Anda dengan lebih baik. Akan lebih baik, bila anda melanjutkan mempelajari cara menghitung keuntungan bersih!

Sumber:

Diolah dari berbagai sumber

Penilaian :

5.0

1 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS