Dirilis

09 April 2020

Penulis

Peni Hidayah

Rasio merupakan satu angka yang dibandingkan dengan angka lain sebagai suatu hubungan. Likuiditas  merupakan kemampuan seseorang atau perusahaan untuk melunasi utang-utang yang segera harus dibayar dengan menggunakan harta lancarnya.

Secara sederhana rasio likuiditas hendak menggambarkan bagaimana seseorang atau perusahaan itu mampu melunasi kewajibannya atau utangnya? Berapa banyak uang tunai yang dimiliki mampu membayar utang-utangnya? Berapa banyak aset yang dimiliki dengan cepat mampu dicairkan untuk segera membayar utangnya? Seberapa cepat ia akan mampu melunasi utangnya? Apakah uang, aset, atau hartanya lebih besar atau lebih kecil dari utangnya? Pada umumnya, tingkat likuiditas suatu perusahaan ditunjukkan dalam angka-angka tertentu, seperti rasio cepat, rasio lancar, dan rasio kas.

Apa saja manfaat memahami rasio likuiditas bagi pemilik usaha?

  1. Mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo.
  2. Menjadi poin penentu untuk mendapatkan persetujuan dana investasi dan atau pinjaman modal usaha.
  3. Alat evaluasi perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya.

Apa saja Jenis rasio likuiditas dan bagaimana cara menghitungnya?

Rasio Likuiditas dapat diketahui melalui 3 jenis perhitungan, yaitu rasio lancar atau current ratio, rasio cepat atau quick ratio, dan rasio kas atau cash ratio. Untuk lebih jelasnya, kita bahas satu per satu berikut dengan langkah perhitungannya.



1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Perhitungan rasio ini bertujuan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban lancar atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Maksudnya adalah bahwa ketika perusahaan ditagih untuk melunasi utangnya, maka seberapa banyak aktiva atau aset lancarnya yang bisa menutupi utangnya tersebut. Semakin besar nilai rasio lancarnya maka dikatakan semakin likuid perusahaan tersebut.

Rumus rasio lancar adalah:
Ratio Lancar = Aset (Aktiva) Lancar / Utang (Liabilitas) Lancar

Keterangan:
  • Aktiva atau aset lancar adalah asset yang dapat ditukar menjadi uang tunai dengan cepat (kas dan setara kas, piutang usaha, persediaan, uang muka pembelian, pajak dibayar di muka,dan biaya dibayar di muka)
  • Utang lancar    adalah utang perusahaan yang jangka waktunya cepat, seperti utang gaji atau upah, utang uang muka, utang bank, utang usaha, dan sebagainya.

Contoh:
Berdasar data laporan keuangan PT XYZ diketahui bahwa total aset lancar PT XYZ sebesar Rp10.000.000, sedangkan utang lancarnya sebesar Rp5.000.000.

Maka Rasio Lancarnya PT XYZ:
= Aktiva Lancar / Utang Lancar
= Rp10.000.000 / Rp5.000.000
= 2 kali

Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut dikatakan memiliki kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya. Karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun jika ratio lancar yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya dalam melunasi utang masih dipertanyakan. Artinya dari hasil di atas, maka PT XYZ dikatakan memiliki kemampuan yang baik melunasi kewajibannya dari aktiva lancar yang dimiliki.

Perlu diperhatikan juga, jika perusahaan memiliki rasio lancar lebih dari 3,0 bukan berarti perusahaan tersebut dalam keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi perusahaan tersebut tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal, tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya dengan baik.




2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Biasanya perusahaan menggunakan Rasio Likuiditas ini untuk mengetahui kemampuan “kecepatan” perusahaan membayar utang. Kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan memakai aktiva lancar mereka, namun tanpa ada pengurangan dari persediaan (inventory) karena persediaan butuh waktu lama untuk diubah menjadi uang dibandingkan aset lainnya. Oleh sebab itu Rasio Cepat ini disebut juga sebagai rasio cair. Rasio Cepat ini meliputi surat berharga, beban dibayar dimuka, akun kas, piutang dagang, dan lainnya.

Semakin tinggi rasio cepat ini dikatakan semakin baik rasio likuiditas perusahaan yang bersangkutan. Tapi perlu dipahami juga kalau angka rasionya terlalu tinggi, hal ini bisa mengindikasikan terlalu banyak menyimpan uang tunai yang menganggur atau tidak dimanfaatkan. Selain itu terlalu tingginya rasio cepat, bisa juga menunjukkan kalau perusahaan punya terlalu banyak piutang (tagihan belum terbayar), dan bisa jadi sedang mengalami kesulitan dalam menagih piutang tersebut.

Kalau mau menghitung rasio cepat ini, laporan yang digunakan adalah laporan aset dan laporan liabilitas (utang/kewajiban dari perusahaan terhadap pihak ketiga).

Rumus untuk rasio likuiditas ini adalah:
Rasio Cepat = (Total Aktiva Lancar – Persediaan) / Total Kewajiban lancar

Contoh:
Misalkan Perusahaan WSKT di tahun 2017 memiliki total aset lancar sebesar Rp52.427.017.359.620 (lima puluh dua triliun lebih), sedangkan total liabilitas jangka pendeknya sebesar Rp52.309.197.858.063.

Lalu jumlah persediaan WSKT (dalam aset lancar tersebut) untuk setahun penuh adalah Rp3.235.500.802.811.

Pertanyaannya, berapakah besarnya rasio cepat WSKT berdasarkan laporan keuangan tahunan 2017 di atas?

Jawabannya:
= (Total Aset Lancar – Persediaan) / Total Liabilitas lancar
= (Rp52.427.017.359.620 – Rp3.235.500.802.811) / Rp52.309.197.858.063
= 0,94 kali atau 94,04%

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai rasio cepat dari WSKT sebesar 94,04%. Artinya antara jumlah aset cair dan utang lancar hampir sama banyaknya. Maksud dari 0,94 kali tersebut adalah bahwa setiap Rp1 (satu rupiah) utang dari WSKT, terdapat 0,94 aset cairnya atau hampir mendekati Rp1. Jika seandainya dipaksa untuk segera melunasinya, sangat besar. Hal ini dikarenakan jumlah antara aset cepat dengan utang jangka pendeknya hampir sama (mendekati =1).

Perlu diperhatikan, rasio cepat yang kurang dari 1 kali tidak melulu mengindikasikan kalau perusahaan mengalami masalah di likuiditasnya. Hal tersebut bisa juga berarti bahwa karena manajemen perusahaan sangat menjaga persentase nilai persediaannya (mungkin karena proses penjualan produknya tidak memerlukan waktu lama), sehingga jumlahnya dibuat agak tinggi. Sehingga bisa dibilang wajar kalau angka persediaan yang tinggi tersebut mempengaruhi angka rasio cepatnya.




3. Rasio Kas atau Rasio Aset Tunai (Cash Ratio)
Perhitungan rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas dan setara kas dari suatu perusahaan dibandingkan dengan dengan utang lancar yang dimilikinya. Maksudnya, sebesar apa jumlah kas yang dimiliki dan mampu dibayar perusahaan jika sewaktu-waktu ditagih atau jatuh tempo utang jangka pendeknya. Rasio Kas ini pada dasarnya adalah penyempurnaan dari rasio cepat (quick ratio) yang digunakan untuk mengidentifikasikan sejauh mana dana (kas dan setara kas) yang tersedia untuk melunasi kewajiban lancar atau hutang jangka pendeknya. Calon kreditur menggunakan rasio ini sebagai ukuran likuiditas perusahaan dan seberapa mudahnya perusahaan dapat menutupi kewajiban hutang jangka pendeknya.

Rasio Kas ini merupakan rasio likuiditas yang paling ketat dan konservatif terhadap kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang atau kewajiban jangka pendeknya jika dibandingkan rasio-rasio likuiditas lainnya (rasio lancar dan rasio cepat).  Hal ini dikarenakan Rasio Kas hanya memperhitungkan aset atau aktiva lancar jangka pendek yang paling likuid yaitu kas dan setara kas yang paling mudah dan cepat untuk digunakan dalam melunasi hutang lancarnya.

Jika rasionya 1 kali atau antara kas dan utang lancar sama besarnya, maka itu artinya perusahaan tersebut mampu membayar dengan baik utang jangka pendeknya. Namun bila rasionya kurang atau dibawah dari 1 kali, misalnya hanya 0,7 kali, maka bisa saja likuiditas perusahaan tersebut dapat terganggu sewaktu-waktu.

Hanya saja, bukan berarti bahwa rasio kas di bawah 1 kali menandakan kalau manajemen kasnya buruk karena setiap perusahaan punya standar rata-rata kas sendiri dan bisa jadi kurang dari 1 kali masih dianggap wajar. Bukan hanya itu, bila nilainya kebanyakan, anggaplah sampai 5 kali dari jumlah utang lancarnya, maka efeknya juga bisa negative bagi investor, anggapannya perusahaan tersebut terlalu banyak menyimpan dana yang tidak terpakai yang tentunya berpengaruh pada kinerjanya di periode selanjutnya.
Rumus untuk rasio likuiditas ini adalah:
Rasio Kas = Kas dan Setara Kas / Utang Lancar (Liabilitas Jangka Pendek)

Keterangan:
  • Kas adalah seluruh alat pembayaran yang dapa digunakan dengan segera seperti uang logam, uang kertas dan saldo rekening giro atau tabungan di bank.
  • Setara Kas adalah dana yang sedang dipegang atau pun yang bentuknya simpanan di bank, dan deposito berjangka yang jatuh tempo dalam jangka waktu tiga bulan bahkan kurang. Investasi yang sangat likuid, berjangka pendek dan dapat dijadikan kas (tunai) dalam waktu  cepat dalam jumlah tertentu tanpa adanya resiko perubahan nilai yang signifikan.
  • Utang lancar adalah utang perusahaan yang jangka waktunya cepat, seperti utang gaji/upah, utang uang muka, utang bank, utang usaha, dan sebagainya. Utang ini harus dibayar tunai dalam waktu satu tahun atau dalam siklus operasional perusahaan.

Contoh:
Pada laporan setahun penuhnya untuk tahun 2017, PT ABC Tbk memiliki kas dan setara kas sebesar Rp578,7 milyar. Adapun jumlah Liabilitas jangka pendeknya adalah sebesar Rp1.743 triliun. Berapakah nilai rasio kas dari PT ABC Tbk?

Jawabannya:
Rasio kas PT ABC Tbk:
= Kas dan Setara Kas / Liabilitas Jangka Pendek
= Rp578,7 milyar / Rp1.743 triliun
= 0,33 kali atau 33%
Jadi Rasio Kas PT ABC Tbk adalah 0,33 kali.

Apa artinya? Artinya adalah bahwa kas dari PT ABC Tbk saat ini hanya mampu menutup 33% dari kewajiban lancarnya. Maksudnya, jika seandainya PT ABC Tbk diharuskan melunasi utang jangka pendeknya pada waktu itu, maka ia hanya bisa membayarnya 33% saja dari totalnya. Bisa kita katakan kalau PT ABC Tbk masih tergolong beresiko dan kurang baik untuk ukuran likuiditas yang sehat dan seharusnya.

Jadi setelah Anda memahami 3 jenis rasio likuiditas ini. Yuk cek segera keuangan usaha Anda. Gunakan ketiga jenis rasio ini untuk melihat apakah usaha Anda terjerat utang yang cukup besar? Apakah keuangan usaha Anda cukup aman untuk membayar tagihan-tagihan yang akan jatuh tempo? Dan kalaupun ternyata kondisinya kewajiban atau utang usaha justru lebih besar daripada kondisi uang kas atau setara kas dan aset Anda, segeralah lakukan tindakan-tindakan untuk menyelamatkan keuangan usaha Anda.

Sumber:

Diolah dari berbagai sumber

Penilaian :

5.0

1 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS