21 Maret 2018
Dirilis
Penulis
Tim Daya Tumbuh Usaha
Walau cenderung stabil, Anda yang menjalankan usaha waralaba perlu berhati-hati. Terutama bagi Anda yang menjalankan usaha berbasis lokasi dan tenaga kerja.
Burang Riyadi, Konsultan Waralaba dari IFBM merasa industri waralaba cenderung stabil meski pertumbuhan ekonomi belum menggembirakan. Tengok saja merek-merek waralaba dari luar negeri yang semakin gencar masuk ke Indonesia. Merek-merek waralaba lokal juga terus tumbuh, terutama yang bergerak di bidang kuliner.
Namun demikian, ia mengingatkan kepada Anda pelaku usaha yang berbasis lokasi dan memerlukan tenaga kerja. “Tahun ini akan menjadi tantangan, karena harga sewa tempat dan upah minimum regional yang terus meningkat. Sarana yang dibangun oleh pemerintah, seperti jalan tol, pada akhirnya menaikan tarif dengan alasan kompensasi atas fasilitas yang lebih baik,” katanya.
Bersiaplah Menghadapi Model Usaha Modern
Burang memperkirakan tahun 2018 akan cukup besar tantangannya untuk dunia usaha secara makro. Hal itu disebabkan karena biaya-biaya yang naik, ada suasana persiapan pemilu 2019, dan banyak acara olahraga international yang menyebabkan kinerja pekerja menjadi lebih lambat.
“Secara pribadi, saya menilai ada kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ekonomi kita tidak berkembang dengan luar biasa di 2018. Apalagi ada situasi politik menjelang 2019 yang sulit diprediksi dan dampak bagi ekonomi secara keseluruhan,” tambahnya.
Untuk waralaba sendiri, pasti akan terkena dampaknya, apalagi tidak banyak franchisor yang inovatif mengembangkan model bisnisnya menjadi lebih efektif mengantisipasi era bisnis masa depan.
Burang mencontohkan, di beberapa negara seperti Singapura dan Malaysia saja sudah banyak model usaha yang dikembangkan ke era kekinian, seperti: coin laundry yang 4 kali lebih maju dari di Indonesia, vending machine dengan pembayaran melalui QR, cashless retail, dan lain-lain.
Era sekarang para pebisnis tidak saja mengejar transaksi, tetapi juga data-data pelanggan yang dijadikan aset berharga bagi perusahaan untuk mengundang investor. Perusahaan dengan data yang besar bisa di hargai dengan sangat tinggi. Bisa mencapai triliunan rupiah nilainya. “Sebuah era yang baru. Waralaba kita masih sangat konvensional, sehingga prediksi saya masih bentuk yang kecil-kecil saja yang ada geliatnya,” bebernya.
Waralaba Apa yang Berkembang di 2018?
Burang mengatakan, kuliner selalu tetap mendominasi jumlah usaha. Hanya saja perlu dicermati mana kuliner yang bisa bertahan, mana yang mungkin cepat tutup. “Di industri-industri yang padat karya, perlu membuat konsep-konsep baru yang bisa menurunkan beban penggunaan tenaga kerja,” ujarnya.
Ia memperkirakan usaha waralaba berskala kecil akan lebih bergairah di tahun 2018. Hal ini disebabkan karena mendapatkan lokasi akan semakin sulit. “Waralaba-waralaba skala besar perkiraan saya akan agak lambat perkembangannya karena isu pembiayaan dan lokasi. Beberapa usaha waralaba yang kita nilai berinvestasi besar, mungkin masih ada saja yang mengembangkannya, tetapi saya kira tidak akan banyak merek yang akan berkembang,” terangnya.
Di tahun 2018, Burang menyarankan agar waralaba sebaiknya melakukan konsolidasi, dengan mempersiapkan organisasi, mengembangkan sistem dan beradaptasi dengan era digital, serta membuat konsep-konsep yang lebih efeketif.
Burang Riyadi, Konsultan Waralaba dari IFBM merasa industri waralaba cenderung stabil meski pertumbuhan ekonomi belum menggembirakan. Tengok saja merek-merek waralaba dari luar negeri yang semakin gencar masuk ke Indonesia. Merek-merek waralaba lokal juga terus tumbuh, terutama yang bergerak di bidang kuliner.
Namun demikian, ia mengingatkan kepada Anda pelaku usaha yang berbasis lokasi dan memerlukan tenaga kerja. “Tahun ini akan menjadi tantangan, karena harga sewa tempat dan upah minimum regional yang terus meningkat. Sarana yang dibangun oleh pemerintah, seperti jalan tol, pada akhirnya menaikan tarif dengan alasan kompensasi atas fasilitas yang lebih baik,” katanya.
Bersiaplah Menghadapi Model Usaha Modern
Burang memperkirakan tahun 2018 akan cukup besar tantangannya untuk dunia usaha secara makro. Hal itu disebabkan karena biaya-biaya yang naik, ada suasana persiapan pemilu 2019, dan banyak acara olahraga international yang menyebabkan kinerja pekerja menjadi lebih lambat.
“Secara pribadi, saya menilai ada kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ekonomi kita tidak berkembang dengan luar biasa di 2018. Apalagi ada situasi politik menjelang 2019 yang sulit diprediksi dan dampak bagi ekonomi secara keseluruhan,” tambahnya.
Untuk waralaba sendiri, pasti akan terkena dampaknya, apalagi tidak banyak franchisor yang inovatif mengembangkan model bisnisnya menjadi lebih efektif mengantisipasi era bisnis masa depan.
Burang mencontohkan, di beberapa negara seperti Singapura dan Malaysia saja sudah banyak model usaha yang dikembangkan ke era kekinian, seperti: coin laundry yang 4 kali lebih maju dari di Indonesia, vending machine dengan pembayaran melalui QR, cashless retail, dan lain-lain.
Era sekarang para pebisnis tidak saja mengejar transaksi, tetapi juga data-data pelanggan yang dijadikan aset berharga bagi perusahaan untuk mengundang investor. Perusahaan dengan data yang besar bisa di hargai dengan sangat tinggi. Bisa mencapai triliunan rupiah nilainya. “Sebuah era yang baru. Waralaba kita masih sangat konvensional, sehingga prediksi saya masih bentuk yang kecil-kecil saja yang ada geliatnya,” bebernya.
Waralaba Apa yang Berkembang di 2018?
Burang mengatakan, kuliner selalu tetap mendominasi jumlah usaha. Hanya saja perlu dicermati mana kuliner yang bisa bertahan, mana yang mungkin cepat tutup. “Di industri-industri yang padat karya, perlu membuat konsep-konsep baru yang bisa menurunkan beban penggunaan tenaga kerja,” ujarnya.
Ia memperkirakan usaha waralaba berskala kecil akan lebih bergairah di tahun 2018. Hal ini disebabkan karena mendapatkan lokasi akan semakin sulit. “Waralaba-waralaba skala besar perkiraan saya akan agak lambat perkembangannya karena isu pembiayaan dan lokasi. Beberapa usaha waralaba yang kita nilai berinvestasi besar, mungkin masih ada saja yang mengembangkannya, tetapi saya kira tidak akan banyak merek yang akan berkembang,” terangnya.
Di tahun 2018, Burang menyarankan agar waralaba sebaiknya melakukan konsolidasi, dengan mempersiapkan organisasi, mengembangkan sistem dan beradaptasi dengan era digital, serta membuat konsep-konsep yang lebih efeketif.
Sumber:
Majalah Franchise Indonesia
Berikan Komentar
Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

NURUL ANAM
26 October 2024
banyak manfaat pembelajaran yang saya dapat dari membaca artikel ini terimakasih daya
Balas
.0
Nasir
26 October 2024
hidup itu penuh dengan pilihan ada yang pilih jadi penjahat ada yang jadi polisi kalo saya ingin jadi sukses
Balas
.0
NURUL ANAM
26 October 2024
sukses butuh proses panjang jangan iri dengan koruptor salam dari orang waras
Balas
.0
valentina
26 October 2024
daya.id selalu menginspirasi orang banyak termasuk saya
Balas
.0
Diana punki
26 October 2024
tidak ada kemiskinan saat semua menjadi miliarder itulah mimpi saya saat jadi presiden
Balas
.0