Dirilis

24 Desember 2022

Penulis

BTPN Mitra Bisnis

Closed Circuit Television (CCTV) atau kamera pengawas merupakan perangkat elektronik yang digunakan pada berbagai tempat untuk mengamati kegiatan yang terjadi pada tempat tersebut yang tidak bisa selalu diawasi oleh pengawas biasa seperti pihak security. Penggunaan CCTV pun juga membantu mengawasi selama 24 jam sehingga pada waktu malam hari, tempat tersebut masih tetap di bawah pengawasan. Penggunaan CCTV utamanya adalah untuk mengantisipasi adanya tindakan yang tidak diinginkan seperti tindakan kriminal baik pada perkantoran maupun di rumah pribadi. 

 

Penjualan CCTV Sebelum dan Sesudah Pandemi 

Di Indonesia sendiri, harga untuk CCTV sendiri sangat beragam dengan berbagai paket dan spesifikasi yang ditawarkan. Dilansir dari iprice.co.id, merek TP-Link menjual CCTV mulai dari Rp320.000 untuk satu paketnya, sedangkan merek Samsung menjual CCTVnya mulai dari Rp1.800.000, dan merek Sony menjual mulai dari Rp3.000.000. Sementara itu, TV Shop CCTV menjual paket CCTV dengan rincian 2 kamera, DVR 4 channel, HD 500 GB, kabel 20 m dan adaptor seharga Rp2.900.000. 

Salah satu pengusaha Indonesia pemilik Kingtan CCTV, Dedy Tandeas, menjajakan produk CCTVnya mulai dari Rp3.500.000 hingga Rp20.000.000 per paketnya. Perbedaan harga ini didasarkan pada kualitas kamera, dengan harga Rp20.000.000 sudah mencakup kamera 8 MP dan dapat merekam dengan jelas. Hal ini menjadi perbedaan yang cukup jauh mengingat CCTV standar umumnya hanya merekam dengan gambar hitam-putih dan infrared. Lebih lanjut, untuk keperluan rumah tangga cukup dengan kisaran harga Rp3.500.000 sampai dengan Rp8.000.000. Paket tersebut sudah mencakup 1 unit DVR 4 channel, 1 unit hardisk, 4 kamera, dan peralatan lainnya seperti kabel dan power supply

Baca Juga: Waspada Pencurian! Ikuti 5 Tips Ini Demi Menjaga Keamanan Toko

Meninjau dari sisi penjualan, Kingtan CCTV pada tahun 2020 sempat mengalami peningkatan pemesanan dan pemasangan CCTV untuk keamanan rumah. Dedy juga menyatakan bahwa rekan sesama pengusaha CCTV lainnya juga merasakan hal yang sama. Meskipun mengalami peningkatan, penjualan ini sempat menurun pada bulan Maret 2020, yaitu ketika awal mula pandemi. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang masih menghindari berinteraksi dengan orang asing sehingga memengaruhi pemasangan CCTV yang dilakukan oleh teknisi toko. 

Baca Juga: Usaha Perseorangan Toko Kecil, Ini Tips Cegah Risiko Pencurian

Tidak berlangsung lama, peningkatan mulai terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Menurut Dedy, dalam seminggu peningkatan bisa mencapai 2 kali lipat dari sebelumnya dalam seminggu hanya ada 4-5 pemesanan untuk pemasangan CCTV, sejak bulan April 2020 pemesanan meningkat hingga 10 pesanan dalam seminggu. Selain Dedy, distributor Dahua di Banjarmasin juga menyatakan bahwa mengalami peningkatan penjualan sebesar 10% berupa penambahan unit dan maintenance. Umumnya penjualan ini meningkat pada sektor-sektor industri, seperti Bank dan ruang-ruang usaha. Melihat tingginya atensi terhadap CCTV setelah hadirnya Covid-19, untuk pasar Indonesia, Dahua menargetkan target peningkatan penjualan yang cukup tinggi, yaitu mencapai 30%. 

Peningkatan pemasangan CCTV yang dirasakan oleh sejumlah pengusaha CCTV ini dikaitkan dengan meningkatnya tingkat kriminalitas di Indonesia. Kabag Penum Divisi Humas Polri, Asep Adi Saputra, mengungkapkan adanya kenaikan kriminalitas hingga 11,8%. Peningkatan pasar CCTV ini sebelumnya telah terjadi sejak tahun 2016 yang kemudian mulai mengalami peningkatan pertumbuhan pasar setiap tahunnya sebesar 20% per tahun. Tercatat pada tahun 2017, pasar CCTV Indonesia bisa mencapai Rp1,34 triliun sepanjang tahun 2017. 

Pada tahun 2018, sebelum pandemi Covid-19 di Indonesia, kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap produk CCTV mengalami pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan ini mencapai 20% per tahun selama tahun 2016 dan 2017. Berdasarkan pernyataan salah satu pemain pasar CCTV di Indonesia, CEO PT Tiga Putera Internasional Roddy Tjhin, Nilai pasar CCTV di Indonesia bisa mencapai USD 100 juta atau sekitar Rp1,34 triliun pada tahun 2017. 

 

Produksi CCTV Indonesia 

Meskipun produk CCTV impor lebih banyak digunakan di Indonesia, saat ini sudah ada perusahaan-perusahaan asal Indonesia yang mulai memproduksi sendiri produk kamera pengawas CCTV. Salah satu merek CCTV buatan Indonesia ini adalah Smart Premium CCTV atau SPC yang diproduksi oleh PT Supertone, produsen elektronik dengan pengalaman lebih dari 3 dekade. PT Supertone ini merupakan perusahaan dengan pabrik CCTV pertama di Indonesia. Dengan luas lahan 30 ribu meter persegi, pabrik SPC CCTV yang berlokasi di Cibitung Tangerang ini memiliki kapasitas produksi 150 ribu camera IP/analog perbulan dan 50 ribu unit UVR/NVR per bulan dengan penekanan Quality Control yang ketat selama proses produksi untuk memaksimalkan fungsi produk dengan kebutuhan penggunaan konsumen. 

Selain produk CCTV, pabrik milik PT. Supertone ini juga memproduksi kelengkapan CCTV seperti Power Supply. Model produk CCTV yang ditawarkan oleh merek SPC ini antara lain CCTV untuk kebutuhan luar ruang, dalam ruang, termasuk CCTV 360 dan Baby Monitor. Beragam produk yang ditawarkan ini sesuai dengan variasi kebutuhan konsumen dalam penggunaannya. Dibekali dengan chipset Sony yang memungkinkan memperbesar hasil gambar yang tidak pecah. Untuk harganya, kamera ini dibanderol mulai dari Rp2,8 juta sepaket. Satu paket tersebut sudah termasuk dua kamera Turbo HD, satu unit mesin 4channel Turbo HD, satu harddisk 500GB, kabel 100 meter, satu unit power supply dan empat set Jack BNC. 

Selain produk dari SPC, terdapat juga produk CCTV yang diproduksi oleh PT Adi Pratama Indonesia (API). Produk CCTV ini sudah terkenal hingga ke luar Indonesia dengan pasar utamanya adalah Amerika Serikat. Dalam satu kali pengiriman ke luar negeri, PT Adi Pratama Indonesia dapat mengirim produk hingga 293 buah. Tidak hanya dikirim untuk dijual kembali, CCTV milik API juga dijual kepada pihak penyedia jasa keamanan seperti GW Security Inc. 

 

Ekspor CCTV 

Ekspor industri manufaktur di Indonesia tumbuh secara negatif pada Januari 2021 hingga mencapai US$11,99 miliar, angka ini menunjukkan adanya penurunan sebesar 7,15% dibandingkan dengan Desember 2020. Meskipun begitu, secara year-on-year terjadi peningkatan sebesar 11,72%. Pada tahun 2020, di tengah lesunya perekonomian global akibat pandemi Covid-19, Indonesia berhasil meningkatkan nilai produk ekspor industri komputer, barang elektronik, dan optik. Hingga November 2020, tercatat nilai ekspor mencapai US$5.796.373,3, naik sebesar 3,78% dibanding periode yang sama pada tahun 2019 yang bernilai US$5.585.408. Aktivitas ekspor tersebut terus mencatatkan peningkatan mencapai lebih dari US$50 juta hingga Desember 2020. Peningkatan ini didukung oleh penerbitan sejumlah regulasi baru terkait kemudahan akses ekspor serta komunikasi dan informasi. Industri ini juga turut mendapat karpet merah berupa stimulus fiskal dalam mengatasi dampak Covid-19. 


Aktivitas ekspor CCTV dalam industri ini turut memainkan peranan penting dalam industri ini, peralatan perekam, penerima, dan pengganti memiliki nilai FOB sebesar US$140.763,7 pada Januari hingga November 2020. Angka ini mengalami penurunan sebesar 14,92% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan angka US$165.442,4. Dinilai masih cukup prospektif dalam jangka panjang, Pemerintah Indonesia selanjutnya menjadikan sektor ini sebagai salah satu sektor prioritas dalam kegiatan ekspor impor. Pada Februari 2020, PT Adi Pratama Indonesia telah mengekspor CCTV produksi lokal sebanyak 11.904 unit atau 1.488 set kamera ke Amerika Serikat. Ekspor CCTV dan produk elektronik ke Amerika Serikat saat ini secara keseluruhan sedang mengalami peningkatan, hal ini tidak terlepas dari memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Perang dagang ini membuat pasokan produk elektronik dari China ke Amerika Serikat menjadi berkurang, sehingga tepat bagi Indonesia untuk melirik peluang dan mulai memperluas pangsa pasarnya hingga Amerika Serikat. Selain ke Amerika Serikat, terdapat juga negara-negara yang ditargetkan menjadi tujuan ekspor selanjutnya seperti Eropa, Turki, Iran, India, Brasil, dan Rusia. 

Dalam rangka menggenjot nilai ekspor, Indonesia juga tetap memanfaatkan peluang untuk memperluas pasar CCTV buatan Indonesia hingga ke luar negeri. Indonesia pada bulan November 2020 mengikuti Pameran Impor Internasional Shanghai yang dilakukan secara global dan dihadiri oleh lebih dari 400.000 orang pengunjung. Acara ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperkenalkan berbagai produk Indonesia seperti CCTV untuk dapat diekspor ke negara lain. Selain itu, pada awal tahun 2021, PT. Delameta Bilano berhasil memikat pasar global dan melakukan kerja sama dengan Copula Stark Pte. Ltd asal Singapura untuk produk Enco Hub sebanyak 10.000 unit dengan nilai transaksi sebesar Rp100 miliar. PT. Delameta Bilano merupakan perusahaan multiekosistem sistem transportasi yang menggarap sebagian besar proyek pembayaran tol dari hulu ke hilir mulai dari automatic vehicle classification (AVC) hingga CCTV dengan kapasitas 400 unit sistem fullset setiap tahunnya. Pihak Copula juga menyatakan ketertarikan dengan produk automatic lisenced plate recognition camera (ALPR). Hal ini mendorong peluang Delameta dalam hal ekspor CCTV kedepannya. Berdasarkan laporan swa.co.id, pertumbuhan CCTV di Indonesia diperkirakan akan tumbuh setiap tahunnya sebanyak 20%. 

Jika Anda pertanyaan terkait topik ini, silakan berkonsultasi secara gratis di Tanya Ahli. Daftarkan dulu diri Anda untuk akses penuh ke seluruh fitur Daya.id.

Sumber:

Berbagai Sumber

Penilaian :

0.0

0 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS