02 Januari 2023
Dirilis
Penulis
SMBCI Mitra Bisnis
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q1 2020 sangat rendah hanya tumbuh 2,97% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang rendah ini disebabkan penurunan konsumsi rumah tangga di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dikarenakan oleh pandemi COVID-19. Akibat adanya pembatasan aktivitas yang berlanjut hingga Q2 2020, pertumbuhan ekonomi makin anjlok hingga -5,32% (yoy). Berikut merupakan data laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB):
Berdasarkan data tersebut, dapat terlihat bahwa perekonomian Indonesia pada Q3 2021 tetap tumbuh positif meskipun melambat dibandingkan dengan capaian Q2 2021, sejalan dengan merebaknya varian delta Covid-19. Ekonomi Indonesia pada Q4 2021 tumbuh sebesar 3,51% (yoy), hingga Q4 2020 sebesar -2,07%. Perkembangan tersebut terutama ditopang oleh kinerja ekspor sejalan dengan tetap kuatnya permintaan mitra dagang utama.
Untuk Q1 2021 hingga Q2 2021 mengalami peningkatan sebesar 6,33%. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q3 2021 mencapai 3,51% secara tahunan, melambat dibanding Q2 2021 yang tumbuh 7,07%. Pencapaian itu juga berada di bawah ekspektasi, karena konsumsi rumah tangga yang rendah terimbas kebijakan PPKM, rendahnya penjualan ritel, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama Indonesia. Lalu, pada Q4 2021 mengalami peningkatan sebesar 3,69%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya mobilitas.
Bank Dunia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat 5,2% pada 2022 dan 5,1% pada 2023. Proyeksi tersebut berdasarkan asumsi program vaksinasi akan terus dilakukan dengan harapan sebagian besar provinsi bisa mencapai tingkat vaksinasi hingga 70% pada 2022.
Pertumbuhan PDB Menurut Sektor Lapangan Usaha
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada tahun 2021 terjadi pada hampir seluruh sektor lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,6%. Selebihnya diikuti oleh beberapa sektor sebagai berikut:
Berdasarkan data tersebut, sektor pertanian menduduki peringkat kelima sebagai sumber pertumbuhan PDB tertinggi di tahun 2021. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan sub sektor tanaman holtikultura sebesar 3,8%. Hal ini didukung karena adanya peningkatan produksi sayur sayur-sayuran dan buah-buahan.
Secara laju pertumbuhan, PDB sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 1,06% (yoy). Kemudian pada tahun 2021, pertumbuhan PDB sektor pertanian pada Q4 2021 sebesar 1,4%. Realisasi ini meningkat jika dibandingkan dengan Q3 2021 sebesar 1,31%. Berikut ini datanya:
Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan PDB sektor pertanian mengalami penurunan pada Q2 2020 hingga Q4 2020, yang disebabkan oleh penurunan jumlah produksi yang terkendala oleh adanya keterbatasan dalam rantai pasokan pangan. Akan tetapi, selalu tumbuh positif pada masa pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengapresiasi kinerja sektor pertanian selama masa pandemi. Ketika sektor lain terdampak, pertanian justru mengalami pertumbuhan positif. Terlebih, PDB Indonesia diproyeksikan meningkat 5,2% pada 2022.
Baca Juga : 3 Komoditas Ekspor Indonesia yang Banyak Dicari Dunia
Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit
Luas lahan perkebunan kelapa sawit terus mengalami pertumbuhan, dimana tercatat mencapai 15,08 juta hektar pada 2021 dibandingkan dengan 14,45 juta hektar pada 2019. Dari total luas lahan tersebut terdiri dari Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta. Adapun rincian luas lahan perkebunan dari tahun ke tahun sebagai berikut:
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, luas perkebunan minyak kelapa sawit mencapai 15,08 juta hektare (ha) pada 2021. Luas perkebunan tersebut naik 1,5% dibanding tahun sebelumnya yang seluas 1,48 juta. Terlebih, luas perkebunan meningkat sejak tahun 2017. Hal ini dipengaruhi oleh harga CPO dunia yang cukup baik dan stabil, sebagai minyak biofuel pengganti minyak fosil dan diawali dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit melalui proyek pemerintah.
Dari data Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat bahwa terdapat 5 provinsi dengan luas areal perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Tercatat bahwa provinsi Riau menduduki peringkat pertama. Berikut merupakan datanya:
Berdasarkan data tersebut, Riau merupakan penyumbang areal terbesar hingga 2860 ribu hektar, yang diikuti Kalimantan Barat seluas 2117 ribu hektar, Kalimantan Tengah 1815 ribu hektar, Kalimantan Timur 1366 ribu hektar, dan Sumatera Utara seluas 1285 ribu hektar.
Perkembangan Produksi Kelapa Sawit
Bertambahnya areal perkebunan kelapa sawit dan meningkatnya harga CPO di pasar dunia telah mendorong meningkatnya produksi minyak kelapa sawit. Sebagai gambaran, pada tahun 2021, total luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 14.446 ribu hektar. Hal ini memicu bertambahnya produksi kelapa sawit di Indonesia selama 5 tahun terakhir. Berikut merupakan datanya:
Pada tahun 2021, produksi CPO Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,4% dibandingkan tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh gangguan cuaca dan keterbatasan pupuk. Pemupukan yang terkendala tahun lalu akibat tingginya harga pupuk yang menyulitkan petani untuk mengakses pupuk yang terjangkau. Harga pupuk berbahan baku nitrogen dan fosfat yang banyak digunakan oleh petani kelapa sawit meningkat 50-80% pada pertengahan 2021. Sehingga harga pupuk yang tinggi akan meningkatkan biaya produksi minyak sawit. Terlebih, karantina wilayah yang diterapkan selama pandemi COVID-19 membatasi mobilitas dan menyebabkan pembatasan jumlah tenaga kerja di perkebunan sawit dan banyak tenaga kerja perkebunan sawit yang akhirnya kembali ke kampung halaman mereka.
Riau dan Sumut tetap menjadi produsen CPO terbesar Produksi minyak sawit Indonesia terutama berasal dari 5 provinsi yang memberikan kontribusi sebesar 68,7% dari total produksi minyak sawit Indonesia pada 2021. Provinsi Riau dan merupakan provinsi dengan kontribusi produksi terbesar, dan diikuti 4 provinsi lainnya. Berikut merupakan datanya:
Provinsi Riau dan Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan kontribusi produksi terbesar, yaitu masing-masing sebesar 20,7% dan 15,9%. Diikuti provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan masing-masing sebesar 11,9%, 11,3%, dan 8,8%.
Jika Anda pertanyaan terkait topik ini, silakan berkonsultasi secara gratis di Tanya Ahli. Daftarkan dulu diri Anda untuk akses penuh ke seluruh fitur Daya.id.
Sumber:
Berbagai sumber
Berikan Komentar