Dirilis

22 Desember 2022

Penulis

BTPN Mitra Bisnis

Tercatat oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah produksi rumput laut Indonesia tahun 2019 mencapai 9,7 juta ton. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), TB. Haeru Rahayu menyebutkan rumput laut merupakan komoditas budidaya yang dapat menjadi salah satu sektor unggulan pada periode 2022 – 2024. Upaya untuk memenuhi kenaikan permintaan tersebut tentunya harus diimbangi dengan peningkatan produksi dan produktivitas.
 

Daerah Utama Penghasil Rumput Laut


Tercatat ada sebanyak 67.557 rumah tangga usaha Indonesia yang membudidayakan rumput laut tahun 2020 lalu. Dari total tersebut, didominasi oleh rumput laut yang dibudidayaka di laut sebesar 93,64% dan sisanya di tambak. 

Baca Juga: Tips Ekspor Daun Pisang ke Jepang

Pertama, budidaya rumput laut di laut ini tersebar di 22 provinsi di Indonesia. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi dengan jumlah rumah tangga usaha budidaya rumput laut di laut terbanyak, yakni sebanyak 25.068 rumah tangga. Kemudian disusul oleh Nusa Tenggara Timur sebanyak 10.226 rumah tangga dan Maluku sebanyak 7.463 rumah tangga. 

Kedua, budidaya rumput laut di tambak tersebar hanya di 7 provinsi di Indonesia. Provinsi Sulawesi Selatan kembali menjadi provinsi dengan rumah tangga usaha budidaya rumput laut di tambak terbanyak, yakni sebanyak 3.151 rumah tangga. Lalu diikuti oleh Jawa Barat (10,57%) dan Kalimantan Timur (4,91%). 

Daerah penghasil utama rumput laut Indonesia berada di 10 provinsi, yakni provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Bali, Gorontalo, Maluku, dan Jawa Barat. 

Sampai dengan kuartal-II tahun 2021, rumput laut masih menjadi hasil perikanan terbesar di provinsi Sulawesi Selatan, dengan mencatat produksi sebanyak 935,8 ton. Jumlah tersebut terdiri dari tiga jenis rumput laut yaitu jenis Cottonii (615,5 ton), Gracilaria (246 ton), dan Spinosium (74,2 ton). Sementara untuk daerah penghasil terbanyak, tercatat diurutan pertama ditempati Kabupaten Takalar yang mencapai (184,8 ton), Kabupaten Luwu (162,6 ton), dan Wajo di peringkat tiga dengan total produksi 137,7 ton. 

Selanjutnya untuk wilayah kabupaten, ada Kabupaten Kabupaten Pangkep (94,3), Kabupaten Bone (78 ton), Kabupaten Luwu Timur (74 ton), dan Kabupaten Jeneponto sebanyak 55,1 ton. Berikutnya Bulukumba sebanyak 52,3 ton, Palopo (35,7 ton) serta Kabupaten Luwu Utara dengan total 27,6 ton. 

 

Supplier Untuk Rumput Laut Dunia

Untuk Filipina, di antara berbagai rumput laut yang ditemukan, Eucheuma adalah spesies yang dominan. Eucheuma alvarezii (tipe cottonii) dan Eucheuma denticulatum (tipe spinosum) dibudidayakan secara komersial di negara tersebut. 

 

Negara Tujuan Ekspor Rumput Laut 


Saat ini, Indonesia merupakan negara eksportir kareganan ke-6 dan eksportir agar-agar ke -7 di dunia. Data Kementrian Perindustrian menyebutkan tahun lalu Indonesia mengekspor produk olahan rumput laut berupa karagenan dan agar-agar sebanyak 14.000 ton atau senilai US$ 96,1 juta. 

Kepala Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Provinsi Lampung, Rusnanto menyebutkan pada tahun ini Lampung berhasil mengekspor rumput laut sebanyak 11 kali dengan berat 322 ton dengan nilai mencapai Rp 1,909 miliar. Dua negara tujuan utama Lampung yakni Jepang dan Cina. Di tahun lalu, Lampung mengekspor rumput laut sebanyak 16 kali ke Cina dan sekali ke Jepang. Beberapa jenis rumput laut yang berhasil dihasilkan dan diekspor ke luar di antaranya seperti Eucheuma Cottonii, Sargassum, dan Gracilaria. Permintaan terbanyak datang dari Cina yang akan dipergunakan dalam industri kecantikan, kesehatan, dan juga untuk campuran susu bayi. 

Salah satu UMKM Indonesia, CV Sarana Multi Jaya berhasil mengekspor rumput laut ke negara Korea Selatan. Target ekspor rumput laut jenis Cottonii Sp dari CV Sarana Multi Jaya terus dikejar sebagai tindak lanjut dari penandatanganan kontrak dengan pembeli asal Korea Selatan pada kegiatan misi dagang Indonesia di Busan pada 27 November 2019 lalu. Transaksi awal sebagai eksportir dilakukan dengan pengiriman rumput laut kering sebanyak container 20 feet senilai US$ 17 ribu. Pembeli dari Kor-Sel yang mengimpor bahan baku rumput laut kering (Cottonii, Spinosum, Gracilaria) dari Indonesia tersebut menjual produk hasil olahannya dalam bentuk karagenan dan agar-agar ke industri makanan jadi. 

Melihat besarnya potensi pasar Korea Selatan, Indonesia menargetkan Korea Selatan sebagai salah satu ekspor produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Untuk memenuhi target tersebut, sejumlah upaya terus dilakukan, salah satunya melalui Persetujuan Indonesia – Korea Selatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA). Persetujuan ini akan sangat memberikan profit bagi perusahaan Indonesia, terutama UMKM sebab ada 11.267 produk Indonesia yang dapat dipasarkan ke Korea Selatan dengan tarif ekspor produknya 0%. Beberapa produk yang berpotensi mengalami kenaikan ekspor di antaranya seperti sepeda, sepeda motor, aksesoris sepeda motor, olahan ikan, kaos kaki, rumput laut, durian, dan salak. 

Sementara untuk pasar Vietnam, selama tahun 2020 lalu, Kota Batam, Kepulauan Riau berhasil mengekspor jenis rumput laut jenis Spinosum sebanyak 5 kali ke negara tersebut. 

Baca Juga: Melejitnya permintaan ekspor umbi porang

 

Kebutuhan Rumput Laut Dunia 

Cina, Jepang dan Korea Selatan menjadi 3 negara yang melakukan impor rumput laut terbesar. 




Jika Anda pertanyaan terkait topik ini, silakan berkonsultasi secara gratis di Tanya Ahli. Daftarkan dulu diri Anda untuk akses penuh ke seluruh fitur Daya.id.

Sumber:

Berbagai Sumber

Penilaian :

5.0

1 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Arrino Fatra

17 Januari 2023

Good info

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS