Dirilis

23 April 2023

Penulis

Mitra Bisnis

Selama 24 bulan berturut-turut sejak 2020, nilai neraca perdagangan Indonesia (NPI) mengalami surplus. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, surplus NPI paling rendah terjadi pada Q1-2021 yaitu sebesar US$ 5,52 juta, sedangkan nilai surplus paling tinggi pada yaitu sebesar Q2-2022 yaitu sebesar US$ 15,61 juta. 

 

Prospek 

Krisis energi dan pangan menyebabkan harga beberapa komoditas global mengalami kenaikan dan meningkatkan laju inflasi global. Akibatnya terjadi dari penduduk dunia terhadap energi dan pangan. Harga komoditas dunia menunjukkan tren peningkatan selama Q1-2021 hingga Q3-2022. Berikut merupakan datanya:


Oleh karena itu, walaupun pelemahan ekonomi global akan menurunkan kinerja ekspor Indonesia, namun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan terhadap kinerja ekspor Indonesia tahun 2023. Hal ini dikarenakan ekspor Indonesia bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam seperti bahan bakar mineral termasuk batubara, dan crude palm oil (CPO) yang mengalami peningkatan permintaan dari penduduk dunia. Maka dari itu, fokus pasar pada Q1 2023 untuk komoditas energi adalah produk turunan minyak Rusia pada 5 Februari. OPEC menargetkan harga minyak tahun ini stabil di kisaran US$ 80-90 per barel. 

Lebih lanjut, Amerika Serikat masih mengalami krisis stok Cadangan Strategis Negara. Selain itu, rencana penerapan batas harga untuk gas Rusia ditetapkan pada 15 Februari 2023, Cina juga melonggarkan izin impor batu bara Australia. Sedangkan untuk Crude Palm Oil (CPO), ICDX melihat pembukaan wilayah Cina, mandat pemerintah Indonesia mengenai Biodiesel (B35), bulan suci Ramadan, serta pengurangan impor minyak sawit oleh Eropa akan menjadi topik utama yang memengaruhi pergerakan harga pada Q1-2023.

Terlebih, harga komoditas merupakan variabel penjelas yang superior terhadap ekspor Indonesia dibanding variabel lain seperti nilai tukar. Kenaikan harga luar negeri akan meningkatkan kinerja ekspor. Berdasarkan hal tersebut, kinerja ekspor Indonesia akan tetap baik pada tahun 2023 seiring meningkatnya harga komoditas global walaupun terjadi pelemahan ekonomi global. 

Baca Juga: Cara Memilih Jasa Pengiriman yang Tepat

 

Potensi Ekspor 

Melimpahnya sumber daya alam di Tanah Air, membuka peluang besar bagi para pengusaha untuk memaksimalkan komoditas ekspor Indonesia. Komoditas ekspor di Indonesia ini merupakan aset berharga yang memiliki peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi negara ini. Persentase produksi dalam negeri saat ini mencakup kurang lebih 60 persen dari keseluruhan komoditas ekspor Indonesia. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan sehat melalui ekspor. Dalam beberapa tahun belakangan ini, nilai ekspor Indonesia berhasil mencapai yaitu USD 158 juta per tahun pada Oktober 2018. 

Aktivitas perdagangan ekspor telah berkontribusi secara positif terhadap ekonomi Indonesia dan menjadikan negara ini dengan ekonomi ekspor terbesar ke-24 di dunia. Maka dari itu, terdapat 3 komoditas cukup menjanjikan dalam untuk memulai bisnis ekspor saat ini. 

 

1. Udang 

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan, konsumsi udang menunjukkan tren pertumbuhan positif sejak pandemi Covid-19. Tidak hanya di dalam negeri, tapi juga dari data ekspor yang meningkat. Berikut merupakan datanya:


Sasaran pasar ekspor udang nasional meliputi Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, ASEAN, dan Uni Eropa. Ekspor udang Indonesia ke Amerika mengambil porsi 71,6 persen dari total ekspor udang nasional, atau menjadi negara tujuan ekspor terbesar pada komoditas udang, dan negara tujuan kedua yakni Jepang senilai 298 juta dolar AS dengan volume 28 ribu ton. Pada kegiatan ekspor, pasar Amerika juga menyukai produk olahan yakni udang tropis kupas beku hasil budi daya ukuran 60 centimeter, produk olahan udang praktis dan siap masak. 

Maka dari itu, guna memenuhi kebutuhan ekspor, pemerintah berupaya melakukan perluasan akses pasar internasional, promosi dan pencitraan produk serta penguatan logistik. Secara internal penjaminan mutu, pengembangan kawasan industri pengolahan ikan yang terintegrasi dengan kawasan peningkatan produksi udang dan penyedia layanan logistik.

 

2. Kopi 

Produk kopi merupakan komoditas ekspor terbesar kedua di dunia. Di Indonesia terdapat beragam jenis asal kopi dari berbagai daerah di Sumatera, Jawa, Bali, Flores, sampai Papua. Sudah terbukti masing-masing jenis kopi tersebut memiliki cita rasa yang khas dan unik. Paling terkenal di antara kopi-kopi spesial ini adalah kopi luwak, kopi Toraja, kopi Aceh dan kopi Mandailing. Arabika dan Robusta adalah dua jenis kopi yang paling diminati di pasar global. Maka dari itu, nilai ekspor kopi Indonesia sepanjang 2022 tercatat mencapai US$ 842,52 juta yang dimana meningkat selama 3 tahun terakhir ini. Berikut merupakan datanya:


Negara tujuan ekspor kopi Indonesia tertinggi antara lain Amerika Serikat dengan nilai ekspor sebesar US$183,69 juta atau sekitar Rp2,8 triliun. Mesir menduduki peringkat kedua sebagai negara tujuan ekspor kopi Indonesia dengan nilai US$50,47 juta. 

Saat ini, kopi robusta masih mendominasi ekspor kopi Indonesia. Mengingat jenis biji kopi ini termasuk paling banyak ditanam dan rasanya khas dengan wangi tembakau. Kopi Gayo dan Mandailing merupakan jenis kopi yang paling disukai oleh masyarakat di Amerika Serikat. Bahkan kopi Arabica Jawa Barat menjadi salah satu kopi termahal di dunia. Oleh karena itu, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) memiliki program Desa Devisa Klaster Kopi yang meliputi pendampingan kepada para petani kopi. Melalui program ini dilakukan penguatan produksi kopi dan perluasan akses pasar. Sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi petani kopi dan memperluas area pemasaran kopi sampai ke ekspor. 

 

3. Alas Kaki 

Industri alas kaki Indonesia berkembang secara pesat terjadi pada awal 1980-an seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini didukung oleh adanya investor asing dan pemerintah yang membuat kebijakan terkait dengan bisnis yang ramah serta membentuk Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO) agar alas kaki Indonesia memiliki pengelolaan yang lebih baik. Organisasi ini diharapkan mampu menjaga perkembangan industri sepatu di segala aspeknya. Hasilnya pertumbuhan industri alas kaki dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Ekspor alas kaki Indonesia pada tahun 2020 sampai dengan tahun 2022 terus meningkat. Berikut merupakan datannya:


Negara tujuan ekspor alas kaki Indonesia tertinggi antara lain Italia dengan nilai ekspor sebesar US$137,93 juta. Kanada menduduki peringkat kedua sebagai negara tujuan ekspor alas kaki Indonesia dengan nilai US$137,93 juta. Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) produsen alas kaki agar bisa meningkatkan daya saingnya. Apalagi, sebagai negara pusat produksi alas kaki terbesar ke-4 dunia, Indonesia memiliki potensi menjadi produsen sepatu lokal yang kompetitif di kancah global, dengan kualitas yang setara dengan merek-merek ternama dunia.

Baca Juga: Pinjaman Modal Usaha yang Tepat, Mudah, dan Aman

Jika Anda butuh konsultasi terkait topik ini, silakan berkonsultasi secara gratis di Tanya Ahli. Daftarkan diri Anda untuk akses penuh ke seluruh fitur Daya.id.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

0.0

0 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Hery Hariyadi

26 April 2023

Bagus

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS