Dirilis

22 Maret 2025

Penulis

Thomas Aquino Herly Marwanto

Mengalokasikan uang dari keuntungan usaha untuk berinvestasi adalah salah satu cara yang dapat Anda lakukan agar usaha bertumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Namun, agar uang yang Anda alokasikan memberikan hasil yang positif dalam pengembangan usaha, ada beberapa hal yang harus Anda pertimbangkan. Misalnya, adanya potensi risiko window dressing, investasi bodong, dan fluktuasi pasar.

 

Risiko Investasi untuk Pengembangan Usaha

Sebelum berinvestasi, Anda sebaiknya berhati-hati dan teliti. Terutama ketika Anda ingin menjadikan investasi sebagai strategi meningkatkan keuntungan, namun sebetulnya kondisi keuangan perusahaan kurang menguntungkan. Kenapa? Karena adanya potensi risiko-risiko sebagai berikut:

 

1.    Window dressing

Window dressing merupakan bentuk strategi yang dilakukan oleh manajer investasi atau perusahaan dengan cara mempercantik portofolio atau laporan keuangan mereka menjelang akhir periode laporan (seperti akhir kuartal atau tahun). 

Caranya dengan mengatur ulang tampilan laporan keuangan atau portofolio investasi sehingga terlihat lebih mengesankan pada akhir periode tertentu, misalnya akhir bulan, kuartal, atau tahun. Di pasar saham misalnya, manajer investasi atau perusahaan membeli saham unggulan yang menunjukkan kinerja positif untuk dapat menciptakan kesan portofolio yang solid. Seringkali dalam laporan keuangan, perusahaan mempercepat pengakuan pendapatan dan atau menunda pencatatan pengeluaran, sehingga angka terlihat lebih profitable. Laporan keuangan yang dipoles, tentunya dapat membuat investor tertipu dan kemudian mengambil keputusan investasi yang salah. 

 

2.    Investasi bodong

Perusahaan yang rekam jejaknya tidak jelas bahkan tidak terdaftar di OJK, seringkali bisa menawarkan keuntungan yang tidak masuk akal. Lebih-lebih dengan semakin mudahnya mendapatkan informasi terkait investasi, mendorong makin maraknya penipuan investasi bodong.

Seringkali informasi terkait proses bisnis investasinya tidak jelas. Mereka menawarkan bonus jika berhasil mendapatkan anggota baru. Setelah Anda bergabung ke dalam investasi bodong, biasanya pihak yang mengelola investasi tersebut menugaskan untuk mencari investor baru dengan diiming-imingi sejumlah bonus. Mereka biasanya menjanjikan keuntungan tidak wajar dalam waktu singkat dan bahkan mengklaim tanpa risiko. Biasanya mereka akan menawarkan keuntungan yang tinggi dan pasti dalam waktu singkat. Sementara dalam investasi yang benar, tidak pernah menjanjikan keuntungan pasti dan jaminan pembelian kembali.

Seringkali mereka juga menawarkan produk investasi melalui berbagai media sosial, whats app group, telegram, dan juga mencantumkan foto artis, tokoh agama, atau public figure. Mereka mencatut nama-nama dan foto-foto artis. 

Dalam beberapa kasus, banyak investor tidak mengetahui produk apa yang mereka beli. Mereka hanya fokus menyetorkan sejumlah uang sesuai dengan harga produknya, karena hanya menginginkan keuntungan tinggi yang akan mereka peroleh. Mereka sering mengabaikan produk yang telah mereka beli.

 

3.    Fluktuasi pasar

Investasi bersifat fluktuatif. Fluktuasi pasar terjadi karena interaksi dinamis antara penawaran dan permintaan, kondisi ekonomi, sentimen investor, kinerja perusahaan, dan faktor eksternal seperti peristiwa atau krisis politik.

Baca juga: Bergabungnya Indonesia ke BRICS: Peluang atau Ancaman Bagi Investor?

 

Tips Berinvestasi untuk Perusahaan

Nah, dengan memperhatian terjadinya potensi risiko-risiko negatif seperti tersebut di atas, berikut ini beberapa tips yang perlu Anda pertimbangkan, agar investasi berdampak positif bagi pengembagan usaha Anda.

 

1.    Penghasilan yang Menguntungkan dan Stabil

Memulai investasi ketika usaha Anda untung dan memiliki penghasilan rata-rata yang stabil, yang dapat membantu Anda memiliki dana yang cukup untuk diinvestasikan secara konsisten. Ada bebebrapa hal yang dapat menunjukkan bahwa perusahaan, mempunyai kondisi keuangan yang untung dan stabil, diantaranya:

 

a)    Pendapatan yang Bertumbuh

Silakan periksa dan analisis laporan laba rugi perusahan yang setiap bulan secara teliti. Apabila laporan tersebut menunjukkan bahwa pendapatan dan keuntungan bisnis yang Anda kelola cenderung meningkat, maka anda boleh bernafas lega. Bila perusahaan mengalami lonjakan profitabilitas setiap bulan atau setiap tahunnya, maka perusahaan yang anda kelola sedang dalam kondisi sehat.

 

b)    Rasio Profitabilitas Sehat

Rasio profitabilitas adalah rasio atau perbandingan yang bertujuan mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari aspek pendapatan (earning) penjualan, aset, dan ekuitas. Rasio profitabilitas yang nilainya tinggi (baik) menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik. Namun apabila sebaliknya, saat perusahaan menghasilkan penjualan namun margin keuntungannya tetap rendah maka Anda perlu lebih berhati-hati mengelola keuangan perusahaan Anda. Jadi perhatikanlah Gross Profit Margin, Profit Margin Ratio, Return on Asset Ratio, Return on Equity Ratio, Return on Sales Ratio, dan Return on Investement agar nilainya terjaga positif dan (semakin) tinggi.

 

c)    Cash Flow Terjaga dengan Baik

Seiring dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan, maka total pengeluaran biasanya ikut meningkat. Agar cash flow perusahaan tetap sehat, maka perlu memastikan bahwa pengeluaran lebih kecil dari pendapatan. Misalnya, apabila dalam satu tahun pendapatan perusahaanmeningkat 15%, maka pengeluaran tidak boleh melebihi dari 10% dalam jangka waktu yang sama.

 

d)    Menjaga Rasio Utang atas Asset 

Suatu perusahaan dikatakan sehat jika memiliki rasio utang rendah. Apabila sebuah perusahaan tetap ingin berada dalam kategori baik secara finansial. Maka perbandingan maksimal antara rasio utang dan aset harusnya 1:2. 

 

2.    Memiliki Tujuan Keuangan Usaha yang Jelas

Memiliki tujuan keuangan yang jelas akan membantu dalam menentukan strategi investasi yang tepat, instrument invetasi yang dipilih, dan waktu yang tepat untuk memulai. 

Jangan lupa, identifikasi apa tujuan jangka pendek (1-2 tahun) dan apa tujuan jangka panjangnya (3-5 tahun atau lebih). Misalnya Anda menentukan tujuan jangka pendek berupa peningkatan arus kas atau pengurangan utang, sementara tujuan jangka panjangnya, ekspansi ke pasar baru atau peningkatan profitabilitas. 

Buatlah tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu, sebagai contoh, "Meningkatkan pendapatan sebesar 17% dalam 2 tahun ke depan" atau "Mengurangi operational cost sebesar 12 % dalam 1 tahun."

 

3.    Tentukan Persentase Investasi

Tentukan persentase investasi dari keuntungan usaha, misalnya perusahaan Anda menyisihkan 10-20% dari keuntungan bersih setiap bulan atau tahun. Jangan lupa kelola juga pajak atas investasi agar keuntungan usaha tetap terjaga.

Baca juga: Mengelola Pajak Investasi Strategi Jangka Panjang untuk Keuntungan Maksimal

 

4.    Antisipasi Window Dressing


 

a)    Lakukan Analisis Laporan Keuangan dan Kinerja Fundamental

Fokuslah mempelajari laporan keuangan dan kinerja fundamental perusahaan, Hindari FOMO (Fear of Missing Out). Jangan mudah tergoda membeli saham hanya karena harganya sedang naik. pastikan alasan kenaikannya rasional.

 

b)    Perhatikan Pola

Amati historis saham atau sektor tertentu yang sering mengalami lonjakan harga di akhir periode. Fokuslah pada saham-saham yang memilii fundamental yang baik untuk menghindari risiko jangka pendek akibat manipulasi harga.

 

5.    Diversifikasi Investasi

Hindari mengandalkan satu saham atau instrument investasi saja. Ingat pepatah, “Jangan suka menaruh semua telur dalam satu keranjang.” Apabila satu keranjang jatuh, telur dapat pecah semua. Pastikan berinvestasi dalam berbagai instrumen seperti saham, obligasi, reksa dana, property atau waralaba.

Diversifikasi investasi menjadi strategi penting untuk mengatisipasi window dressing, menghadapi risiko fluktuasi pasar, sekaligus mengoptimalkan peluang return. Jika Anda hanya menyimpan dana di deposito, pertumbuhan investasi cenderung akan lebih lambat dan tujuan keuangan Anda bisa tidak tercapai. 

Anda dapat menggunakan beberapa strategi yang meliputi diversifikasi instrumen, diversifikasi waktu, dan diversifikasi reksadana. Dalam diversifikasi instrumen, investor berinvestasi dalam satu kelas instrumen maupun beberapa kelas instrumen, sebagai contoh dalam satu kelas instrumen, diversifikasi dilakukan dengan membeli saham dari sektor yang berbeda atau obligasi dengan tenor yang beragam. Selain investasi seperti tersebut, pertimbangkan pula untuk menginvestasikan sebagian keuntungan untuk peningkatan teknologi dan pelatihan karyawan.
 
Nah, demikianlah beberapa tips terkait aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam berinvestasi untuk pengembangan usaha. Pertimbangkan pula untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan atau akuntan berpengalaman sehingga mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi bisnis Anda. Silakan manfaatkan juga fitur Tanya Ahli agar rencana investasi Anda tepat sasaran. Silakan daftarkan diri Anda untuk akses gratis di Daya.id.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

5.0

2 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

2 dari 5 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS