Dirilis

31 Juli 2022

Penulis

Thomas Aquino Herly Marwanto

Investasi kini menjadi semakin hits, terutama setelah sebagian anak-anak muda berpengaruh, mulai ikut ramai-ramai menginvestasikan uangnya di bursa saham, reksa dana, dan juga emas. Buat Anda yang masih muda dan punya kesadaran untuk berinvestasi, itu artinya, Anda termasuk orang yang peduli pada masa depan Anda dan kesejahteraan finansial di masa yang akan datang. 

 

Perhatikan Ini Sebelum Berinvestasi

Akibat booming investasi ini, mereka yang buru-buru menginvestasikan hartanya karena takut ketinggalan tren, justru mengambil banyak tindakan yang gegabah dan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Akhirnya tertipu oleh investasi bodong.  

Tapi ada juga lho, yang masih takut berinvestasi. Macam-macam jawabannya, namun yang paling sering itu seperti ini: “Gak tahu mau milih investasi apaan, karena gue masih newbie banget.” “Takut banget kalau uangku hilang.” “Gak tahan lihat naik turunnya investasi.

Nah, dengan berbagai faktor tersebut di atas, sebelum Anda memulai investasi, cobalah untuk memahami hal-hal mendasar di bawah ini:

 

1.    Tujuan investasi bukanlah untuk menjadikan seseorang lekas kaya.

Investasi selalu menyangkut pengeluaran sejumlah modal saat ini, seperti uang, waktu, tenaga, ataupun aset, dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih besar di masa depan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tertentu tersebut antara lain keinginan membangun rumah, membuka usaha, menikah, menperbesar usaha, menyekolahkan anak, bekal untuk masa pensiun dan sebagainya. Karena itu menjalani investasi,  harus disertai dengan kesabaran berproses, mau belajar terus menerus,  komitmen kuat, dan tetap tenang ketika pasar berfluktuasi.

Maka berhati-hatilah bila Anda mendapatkan tawaran investasi yang membujuk Anda, bahwa dengan investasi bersama mereka, return (pendapatan) yang akan diperoleh jauh lebih besar dari tempat lain. Urungkan niat bila menemukan perusahaan “investasi” dengan ciri-cirinya seperti ini, karena justru membuat Anda tidak akan lekas kaya raya, tapi uang lenyap seketika.
 

  1. Menawarkan keuntungan yang sangat besar, memberikan bunga melebihi dari rata-rata bunga bank dan bahkan berlipat-lipat dari modal yang disetorkan.
  2. Anggota mendapatkan penghasilan bila ia mampu merekrut anggota yang baru  dan bukan melalui penghasilan kegiatan bisnis. Jadi uang dihasilkan dari perekrutan.
  3. Umumnya mereka tidak memiliki produk yang dipasarkan, kalaupun punya produknya  akan berganti-ganti dan kualitasnya kurang memadai,  penghasilan diperoleh dari sejumlah setoran modal dari rekrutmen para anggotanya saja.
  4. Kantor yang tidak meyakinkan penampilannya dan alamat usaha yang tidak jelas.
  5. Sering sekali mereka mengklaim telah memiliki banyak, bahkan jutaan anggota di seluruh dunia, guna mengambil hati calon korbannya.
  6. Tidak ada kejelasan mengenai darimana pendapatan untuk member diperoleh, terkait dengan sejumlah modal (investasi) yang telah disetorkan.
  7. Seringkali mereka membawa nama seseorang yang berpengaruh (influencer atau public figure di masyarakat) yang telah berhasil mereka perdayai untuk bergabung di dalam bisnis yang mereka jalankan.


Berinvestasi itu memerlukan konsistensi dan improvisasi. Artinya, harus dilakukan secara terus-menerus dalam jangka panjang, dan perlu terus-menerus belajar. Bukan hanya produknya saja, namun juga pengetahuan apapun yang berkaitan dengan produk investasi.  Tujuannya untuk meminimalisir kerugian yang bisa kita alami. Ya, tentunya karena  tidak ada produk investasi yang tidak memiliki potensi rugi. Hanya saja, kabar baiknya kerugian bisa diminimalisasi meski tidak bisa kita hindari.

 

2.    Berinvestasi pasti selalu ada risiko.

Risiko untung maupun rugi. Jadi jangan punya pikiran bahwa dalam berinvestasi selalu untung. Berinvestasi itu tidak ada yang pasti. Meskipun investasi bukan judi, tetap saja pasar bisa tiba-tiba jatuh misalnya karena adanya perang, pandemi, krisis ekonomi negara dan sebagainya. 

Karena itu, banyak ahli keuangan dan investasi yang menyarankan untuk tidak menginvestasikan uangnya dalam waktu singkat, atau kurang dari lima tahun. Karena ketika pasar turun, maka Anda  akan kurang punya waktu untuk menutup kerugian. 

Dan dalam investasi hanya ada 2 risiko.  High risk high return. Low risk Low return (Risiko Tinggi, Pendapatan Tinggi, Risiko Rendah Pendapatan Rendah). Nah, kalau ada yang menawarkan investasi Low Risk High Return (Risiko rendah, Pendapatan Tinggi), berhati-hatilah, bisa jadi itu penipuan atau investasi bodong. 

Toleransi terhadap risiko yang siap ditanggung oleh investor atau sering disebut dengan profil risiko, berbeda-beda. Profil risiko investor dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, jumlah aset yang dimiliki, pengetahuan tentang investasi, dan kewajibannya. 

Profil risiko investor pada umumnya, dapat dikategorikan menjadi tiga hal, yaitu agresif, konservatif, dan moderat. Investor agresif cenderung berusaha memaksimalkan keuntungan melalui instrumen investasi dengan tingkat risiko yang relatif tinggi, misalnya saham. Investor konservatif cenderung lebih suka menghadapi market mood (volatilitas) atau pergerakan harga pasar yang rendah atau bahkan tidak ingin ada market mood sama sekali, misalnya investasi lewat deposito. Investor konservatif mengutamakan keamanan dana yang ia miliki, daripada potensi keuntungan yang bisa didapatkan Sedangkan investor moderat, memiliki kecenderungan siap menerima beberapa risiko terhadap dana yang dimilikinya melalui penempatan investasi yang seimbang antara instrumen investasi  jangka pendek dan jangka panjang. 

Baca juga: Anda tipe investor apa sih ?

Anda termasuk investor yang memiliki market mood seperti apa ? jangan khawatir, biasanya perusahaan investasi akan memberikan semacam kuesioner atau form untuk mengetahui profil risiko Anda sebagai investor.  Dari situlah Anda akan mengetahui profil Anda.

 

3.    Miliki alasan yang jelas kenapa Anda berinvestasi.

Banyak orang yang kurang memiliki alasan yang jelas untuk apa berinvestasi. Ada yang karena diajak teman, ikut tren, supaya jadi kaya, namun ada juga yang menjawab ingin bisa menyekolahkan anak ke luar negeri. Namun, berapa jumlah uang yang harus dimiliki, nama sekolah, dan biaya pendidikan pun mereka belum ketahui. Janganlah berinvestasi jika kamu belum punya rencana yang terprinci. Tujuan harus jelas, mulai dari jangka waktu, jumlah yang ingin kamu dapatkan, dan lainnya. Nah buat Anda yang masih bingung menentukan tujuan investasi dan bagaimana membuat perencanaan investasi agar tujuan tersebut tercapai, silakan manfaatkan fitur Tanya Ahli di website daya.id. Tanyakan kepada ahli perencanaan keuangan secara gratis di sana.

 

4.    Mulailah berinvestasi sedini mungkin.

Jumlah uang terakhir yang Anda terima tergantung dari jumlah uang yang  diinvestasikan, juga tergantung dari jangka waktunya. Makin panjang jangka waktunya, misalnya 30 tahun, sudah pasti hasilnya jauh lebih besar dari investasi yang hanya 5 lima tahun. Jadi agar uang  terkumpul dengan tingkat pengembalian besar.  Mulailah sedini mungkin, dari yang kecil namun konsisten. Toh, saat ini untuk investasi bisa dimulai dari Rp100.000.

 

5.    Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang.

Bayangkan bila Anda memiliki uang sebesar Rp10 juta. Lalu diinvestasikan semuanya pada saham. Delapan tahun kemudian harga saham anjlok sehingga Anda mengalami kerugian. Sementara Anda tidak punya uang lebih untuk menutup kerugian tersebut. Dengan demikian, membagi-bagi harta dan menempatkannya diberbagai  jenis investasi  itu sangat penting. Sehingga apabila satu rugi, Anda  masih memiliki simpanan lain untuk menutup kerugian.

Baca juga :  Perbandingan Jenis-jenis Investasi yang Bisa Membuat Anda Bertambah Kaya

Jadi lakukanlah diversifikasi portofolio investasi dengan tujuan meminimalisasi risiko dan memaksimalkan tingkat pengembalian dana investasi, misalnya, Pak Budi investor dengan profil risiko konservatif, tidak disarankan melakukan penempatan seluruh dana yang dimiliki pada instrumen investasi yang berisiko tinggi misalnya rsaham, karena secara profil tidak cocok dan juga berisiko tinggi. Ini bukan berarti ia tidak boleh berinvestasi di saham. Boleh, asalkan porsinya yang kecil, saham bisa berfungsi sebagai booster untuk menggenjot kinerja portofolio investasi yang konservatif, seperti deposito.
  
Demikianlah lima hal yang harus Anda pikirkan matang-matang sebelum memutuskan berinvestasi. Di samping itu, Anda harus yakin kalau aset Anda cukup untuk hidup, jika Anda menaruh sebagian uang untuk investasi.  Jangan sampai Anda berinvestasi, namun untuk ongkos dan makan malah kekurangan. 

Apabila Anda punya pertanyaan lain terkait bisnis maupun keuangan, jangan ragu untuk mendaftar di Daya.id, dan memilih fitur Tanya Ahli untuk berkonsultasi langsung dengan praktisi & trainer.

Sumber:

Berbagai sumber

Penilaian :

4.5

6 Penilaian

Share :

Berikan Komentar

Hendratno

10 November 2022

Mantap

Balas

. 0

Dedy rachim

09 November 2022

👍

Balas

. 0

Andy Sukmadhi

30 Oktober 2022

Mantap

Balas

. 0

Ada yang ingin ditanyakan?
Silakan Tanya Ahli

Ari Handojo

Business Coach

1 dari 3 konten bebas || Daftar dan Masuk untuk mendapatkan akses penuh ke semua konten GRATIS